Tes Intelengensi
A.
Pengertian Intelengensi
Kata intelegensi erat sekali hubungannya dengan intelek.
Karna keduanya berasal dari bahasa Latin yang sama yaitu intellegere, yang
berarti memahami. Intelectus atau intelek adalah bentuk participium perpectum
(pasif) dari intellegere sedangkan intellegens atau intelengensi adalah bentuk
partisipium praesen (aktif) dari kata yang sama.
Dan dapat di simpulkan bahwa intelek adalah daya atau
potensi untuk memahami , sedangkan intelegensi adalah aktivitas atau perilaku
yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi tersebut.
Menurut David Wechsler, inteligensi
adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut:
intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru,
dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William
Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan
turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi
seseorang.
B.
Jenis-jenis
Intelegensi
Berdasarkan penataannya ada beberapa jenis tes
intelegensi, yaitu :
1) Tes Intelegensi individual, beberapa di
antaranya:
a. Stanford – Binet Intelegence Scale.
b. Wechster – Bellevue Intelegence Scale (WBIS)
c. Wechster – Intelegence Scale For Children
(WISC)
d. Wechster – Adult Intelegence Scale (WAIS)
e. Wechster Preschool and Prymary Scale of
Intelegence (WPPSI)
2) Tes Intelegensi kelompok, beberapa di
antaranya:
a.
Pintner
Cunningham Prymary Test
b.
The
California Test of Mental Makurity
c.
The
Henmon – Nelson Test Mental Ability
d.
Otis
– Lennon Mental Ability Test
e.
Progassive
Matrices
3) Tes Intellegensi dengan tindakan perbuatan=
Untuk tujuan
program layanan bimbingan di sekolah yang akan dibahas adalah tes intelegensi
kelompok berupa:
a. Pintner Cunningham Prymary Test
b. The California Test of Mental Makurity
c. The Henmon – Nelson Test Mental Ability
d. Otis – Lennon Mental Ability Test
e. Progassive Matrices
PENGUKURAN INTELEGENSI
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor
Simon, 2 orang psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat
dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus
(anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini
kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari
Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya
adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio
(perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini
disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan
oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal
dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan
untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes
Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang
ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari
satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari
faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor
Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini
adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC
(Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak
C. Perbedaan
Individu dalam Intelegensi
Dinamika intelegensi
Dalam bahasan ini akan dijelaskan beberapa poin
tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan intelegensi
1. Hubungan intelegensi dengan tingkat kelompok
jabatan
Super dan Cities menyimpulkan
bahwa makin tinggi tingkat kelompok jabatan, makin tinggi rata-rata IQ-nya.
2. Hubungan intelegensi anak-anak dengan
intelegensi orang tua mereka.
Schienfield
menyatakan tentang hereditas intelegensi (apa yang diwariskan oran tua kepada
anaknya) selain adanya pengaruh tingkat pendidikan orang tua dengan
perkembangan intelegensi anak (stimulasi orang tua) seperti yang dikemukakan
oleh Fitzegerald dan McKinney.
3. Hubungan kondisi jasmani terhadap
intelegensi seseorang.
Berdasarkan penelitian, ternyata orang-orang
yang ber-IQ tinggi cenderung lebih sehat jasmaninya dan pertumbuhannya lebih
subur dibandingkan dengan orang-orang yang ber-IQ rendah.
4. Pengaruh pendidikan pada tingkat
intelegensi.
Prof.Irving Lorge (1945) dari universitas California menunjukan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula skor
IQ-nya, disamping adanya faktor lain seperti lingkungan keluarga, sosial, minat
belajar, keperibadian, dan sebagainya
Daftar Pustaka
Fudyartanta, Ki. 2004. Tes bakat dan perskalaan kecerdasan. Pustaka
pelajar : Yogyakarta
Sobur, alex. 2003. Psikologi umum. CV pustaka setia : Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar