Rabu, 15 Oktober 2014

REALITY COUNSELING


REALITY COUNSELING

A.    Pengertian Reality Therapy
Reality therapy dikembangkan oleh William Glasser. Yang dimaksud dengan istilah reality adalah suatu standar atau patokan obyektif, yang menjadi kenyataan atau realitas yang harus diterima. Sedangkan terapi realitas adalah suatu system yang difokuskan pada tingkah laku zaman sekarang. adapun  inti dari terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan kesehatan mental.
      
B.     Pandangan Tentang Hakekat Manusia
Glasser meyakini bahwa motivasi tingkah laku semua manusia didasarkan pada dua kebutuhan, yaitu:
1.      Kebutuhan fisiologis
Merupakan segala sesuatu untuk mempertahankan keberadaan organisme. Seperti makan, minum, udara segar yang diperlukan bagi kelansungan hidup manusia.
2.      Kebutuhan psikologis
Kebutuhan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan merasa berharga baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Glasser, (dalam Hansen, dkk, 1977) menyadari bahwa bila tindakan seorang manusia seperti memberi dan menerima cinta dan merasa berharga bagi dirinya sendiri dan orang lain, maka tingkah lakunya adalah benar dan bermoral. Dua kebutuhan dasar psikologis ini tergabung dalam satu kebutuhan yang disebut dengan identitas. pendekatan konseling realitas berpandangan identitas sebagai bagian tersendiri dan persyaratan dasar dari keberadaan semua umat manusia.

C.    Perilaku Bermasalah
Konseling realitas pada dasarnya tidak mengatakan bahwa perilaku individu sebagai perilaku yang abnormal. konsep perilaku menurut konseling realitas lebih dihubungkan dengan berperilaku yang tepat atau berperilaku yang tidak tepat.
Menurut Glasser, perilaku yang tidak tepat disebabkan oleh ketidakmampuannya memuaskan kebutuhannya, akibat kehilangan dari sentuhan dengan realitas objektif, dan tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, serta tidak daapat melakukan atas dasar kebenaran dan tanggung jawab. Meskipun konseling realitas tidak menghubungkan perilaku manusia dengan gejala abnormalitas, perilaku bermasalah dapat disamakan maknanya dengan identitas kegagalan, dimana identitas kegagalan ditandai dengan adanya  keterasingan, penolakan diri, irrasionalitas, perilakunya kaku, tidak objektif, lemah, tidak bertanggung jawab, kurang percaya diri dan menolak kenyataan.
.     

D.    Ciri-Ciri Terapi Realitas
Adapun ciri-ciri terapi realitas, yaitu:
1.      Terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental.
2.      Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan-perasaan dan sikap-sikap. meskipun tidak menganggap perasaan-perasaan dan sikap-sikap itu tidak penting, terapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Terapi realitas juga tidak bergantung pada pemahaman untuk mengubah sikap-sikap, tetapi menekankan bahwa perubahan sikap mengikuti perubahan tingkah laku.
3.      Terapi realitas terfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau. Karena masa lampau seseorang itu telah tetap dan tidak bisa diubah, maka yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang akan datang.
4.       Terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai.
5.      Terapi realitas tidak menekankan transferensi.
6.      Terapi realitas menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek-aspek ketidaksadaran.
7.      Terapi realitas menghapus hukuman.
8.      Terapi realitas menekankan tanggung jawab. 

E.     Proses Terapeutik (Terapi)
a)      Tujuan-tujuan terapi
Tujuan umum terapi realitas adalah membantu seseorang untuk mencapai otonomi. Pada dasarnya, otonomi adalah kematangan yang diperlukan bagi kemampuan seseorang untuk mengganti dukungan lingkungan dengan dukungan internal. Terapi realitas juga membantu orang-orang dalam menentukan dan memperjelas tujuan-tujuan mereka. Selanjutnya ia membantu mereka dalam memperjelas cara-cara mereka menghambat kemajuan ke arah tujuan-tujuan yang ditentukan oleh mereka sendiri. Terapis membantu klien menemukan alternatif-alternatif dalam mencapai tujuan-tujuan, tetapi klien sendiri yang menetapkan tujuan-tujuan terapi. 
b)      Fungsi dan peran terapis
Tugas dasar terapis adalah melibatkan diri dengan klien dan kemudian membuatnya menghadapi kenyataan. Terapis tidak membuat pertimbangan-pertimbangan nilai dan putusan-putusan bagi para klien, sebab tindakan demikian akan meyingkirkan tanggung jawab yang mereka miliki. Selain itu tugas terapis adalah bertindak sebagai pembimbing yang membantu klien agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis. Terapis diharapkan memberikan pujian apabila para klien bertindak dengan cara yang bertanggung jawab dan menunjukkan ketidaksetujuan apabila mereka tidak bertindak demikian.
Fungsi penting lainnya dari terapis realitas adalah memasang batas-batas, mencakup batas-batas dalam situasi terapeutik dan batas-batas yang ditempatkan oleh kehidupan pada seseorang.

c)      Hubungan antara terapis dank lien
Sebelum terjadi terapi yang efektif, keterlibatan antara terapis dan klien harus berkembang. Adapun prinsip-prinsip atau konsep yang spesifik yang menyajikan kerangka bagi proses belajar yang terjadi sebagai hasil dari hubungan antara terapis dank lien, yang dikemukakan oleh glasser (1965, 1969) serta glasser dan zunin (1973), yaitu:
1.      Terapi realitas berlandaskan hubungan dan keterlibatan pribadi antara terapis dan klien
2.      Perencanaan adalah hal yng esensial dalam terapi realitas.
3.      Komitmen adalah kunci utama terapi realitas
4.      Terapi realitas tidak menerima dalih 

F.     Teknik-Teknik Dan Prosedur-Prosedur Terapeutik
Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Prosedur-prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup.
Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik, antara lain sebagai berikut:
a)      Terlibat dalam permainan peran dengan klien
b)      Mengunakan humor
c)      Mengonfrontasikan klien dan memolak dalih apapun
d)     Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan
e)      Bertindak sebagai model dan guru
f)       Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi
g)      Menggunakan “terapi kejutan verbal” yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yng tidak realistis.
h)      Melibatkan diri dengan klien dalam upaya mencari kehidupan yang lebih efektif.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar