REALITY
COUNSELING
A.
Pengertian
Reality Therapy
Reality
therapy dikembangkan oleh William Glasser. Yang dimaksud dengan istilah reality
adalah suatu standar atau patokan obyektif, yang menjadi kenyataan atau
realitas yang harus diterima. Sedangkan terapi realitas adalah suatu system
yang difokuskan pada tingkah laku zaman sekarang. adapun inti dari terapi realitas adalah penerimaan
tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan kesehatan mental.
B.
Pandangan
Tentang Hakekat Manusia
Glasser
meyakini bahwa motivasi tingkah laku semua manusia didasarkan pada dua
kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan
fisiologis
Merupakan segala sesuatu untuk mempertahankan
keberadaan organisme. Seperti makan, minum, udara segar yang diperlukan bagi
kelansungan hidup manusia.
2. Kebutuhan
psikologis
Kebutuhan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan merasa berharga baik
bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Glasser, (dalam Hansen, dkk, 1977) menyadari bahwa
bila tindakan seorang manusia seperti memberi dan menerima cinta dan merasa
berharga bagi dirinya sendiri dan orang lain, maka tingkah lakunya adalah benar
dan bermoral. Dua kebutuhan dasar psikologis ini tergabung dalam satu kebutuhan
yang disebut dengan identitas. pendekatan konseling realitas berpandangan
identitas sebagai bagian tersendiri dan persyaratan dasar dari keberadaan semua
umat manusia.
C.
Perilaku
Bermasalah
Konseling
realitas pada dasarnya tidak mengatakan bahwa perilaku individu sebagai
perilaku yang abnormal. konsep perilaku menurut konseling realitas lebih dihubungkan
dengan berperilaku yang tepat atau berperilaku yang tidak tepat.
Menurut
Glasser, perilaku yang tidak tepat disebabkan oleh ketidakmampuannya memuaskan
kebutuhannya, akibat kehilangan dari sentuhan dengan realitas objektif, dan
tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, serta tidak daapat
melakukan atas dasar kebenaran dan tanggung jawab. Meskipun konseling realitas
tidak menghubungkan perilaku manusia dengan gejala abnormalitas, perilaku
bermasalah dapat disamakan maknanya dengan identitas kegagalan, dimana
identitas kegagalan ditandai dengan adanya
keterasingan, penolakan diri, irrasionalitas, perilakunya kaku, tidak
objektif, lemah, tidak bertanggung jawab, kurang percaya diri dan menolak
kenyataan.
.
D.
Ciri-Ciri
Terapi Realitas
Adapun
ciri-ciri terapi realitas, yaitu:
1. Terapi
realitas menolak konsep tentang penyakit mental.
2. Terapi
realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan-perasaan
dan sikap-sikap. meskipun tidak menganggap perasaan-perasaan dan sikap-sikap
itu tidak penting, terapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku
sekarang. Terapi realitas juga tidak bergantung pada pemahaman untuk mengubah
sikap-sikap, tetapi menekankan bahwa perubahan sikap mengikuti perubahan
tingkah laku.
3. Terapi
realitas terfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau. Karena masa
lampau seseorang itu telah tetap dan tidak bisa diubah, maka yang bisa diubah
hanyalah saat sekarang dan masa yang akan datang.
4. Terapi realitas menekankan
pertimbangan-pertimbangan nilai.
5. Terapi
realitas tidak menekankan transferensi.
6. Terapi
realitas menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek-aspek ketidaksadaran.
7. Terapi
realitas menghapus hukuman.
8. Terapi
realitas menekankan tanggung jawab.
E.
Proses
Terapeutik (Terapi)
a) Tujuan-tujuan
terapi
Tujuan umum terapi realitas adalah membantu
seseorang untuk mencapai otonomi. Pada dasarnya, otonomi adalah kematangan yang
diperlukan bagi kemampuan seseorang untuk mengganti dukungan lingkungan dengan
dukungan internal. Terapi realitas juga membantu orang-orang dalam menentukan
dan memperjelas tujuan-tujuan mereka. Selanjutnya ia membantu mereka dalam
memperjelas cara-cara mereka menghambat kemajuan ke arah tujuan-tujuan yang
ditentukan oleh mereka sendiri. Terapis membantu klien menemukan
alternatif-alternatif dalam mencapai tujuan-tujuan, tetapi klien sendiri yang
menetapkan tujuan-tujuan terapi.
b) Fungsi
dan peran terapis
Tugas dasar terapis adalah melibatkan diri dengan
klien dan kemudian membuatnya menghadapi kenyataan. Terapis tidak membuat
pertimbangan-pertimbangan nilai dan putusan-putusan bagi para klien, sebab
tindakan demikian akan meyingkirkan tanggung jawab yang mereka miliki. Selain
itu tugas terapis adalah bertindak sebagai pembimbing yang membantu klien agar
bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis. Terapis diharapkan
memberikan pujian apabila para klien bertindak dengan cara yang bertanggung
jawab dan menunjukkan ketidaksetujuan apabila mereka tidak bertindak demikian.
Fungsi penting lainnya dari terapis realitas adalah
memasang batas-batas, mencakup batas-batas dalam situasi terapeutik dan
batas-batas yang ditempatkan oleh kehidupan pada seseorang.
c) Hubungan
antara terapis dank lien
Sebelum terjadi terapi yang efektif, keterlibatan
antara terapis dan klien harus berkembang. Adapun prinsip-prinsip atau konsep
yang spesifik yang menyajikan kerangka bagi proses belajar yang terjadi sebagai
hasil dari hubungan antara terapis dank lien, yang dikemukakan oleh glasser
(1965, 1969) serta glasser dan zunin (1973), yaitu:
1. Terapi
realitas berlandaskan hubungan dan keterlibatan pribadi antara terapis dan
klien
2. Perencanaan
adalah hal yng esensial dalam terapi realitas.
3. Komitmen
adalah kunci utama terapi realitas
4. Terapi
realitas tidak menerima dalih
F.
Teknik-Teknik
Dan Prosedur-Prosedur Terapeutik
Terapi
realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal.
Prosedur-prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi
klien yang dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk
mencapai keberhasilan dalam hidup.
Dalam
membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa
menggunakan beberapa teknik, antara lain sebagai berikut:
a) Terlibat
dalam permainan peran dengan klien
b) Mengunakan
humor
c) Mengonfrontasikan
klien dan memolak dalih apapun
d) Membantu
klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan
e) Bertindak
sebagai model dan guru
f) Memasang
batas-batas dan menyusun situasi terapi
g) Menggunakan
“terapi kejutan verbal” yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah
lakunya yng tidak realistis.
h) Melibatkan
diri dengan klien dalam upaya mencari kehidupan yang lebih efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar