KARAKTERISTIK KONSELING
A. KONSELING SEBAGAI KEGIATAN BANTUAN
Konseling diakui salah satu professional
yang bisa diberikan dalam bidang pekerjaan dan kesejahteran sosial, pendidikan
psikologi klinis dan konseling. Psikiatri dan kesehatan masyarakat. Pengertian
bantuan bisa menimbulkan berbagai interprestasi karena banyak ragam nya.
1. Bantuan
non-profesional
a. Bantuan
sesaat, sifat bantuan ini adalah sekali saja tidak diulang atau berlanjut ini
bantuan itu sendiri juga bisa bermacam-macam baik dalam bentuk materi maupun
tenaga dalam arti pertolongan yang bisa diberikan kepada seseorang yang
membutuhkan.
b. Bantuan
yang mendasarkan pada belas kasihan atau kasih sayang. cendrung mengakibatkan
sipemerima bergantung terus dan mengandalkan bantuan terus diperoleh.
c. Bantuan
materi bantuan yang diberikan dalam bentuk materi, juga bisa berupa bantuan
sesaat karena ada kebutuhan mendesak
d. Bantuan
tenaga, yang diberikan karena kekurangan modal tenaga untuk melakukan sesuatu,
bantuan tenaga sering kali secara objektif-rasional bisa diterima.
e. Bantuan
moril, bantuan moril lebih berupa dukungan sehingga seseorang merasa lebih
mantap dan beban yang dirasakan lebih ringan.
f. Bantuan
nasehaat, lebih merupakan pentunjuk yang diberikan seseorang kepada kepada
mereka yang membutuhkan nasehat
Menurut
Heron (1990) ada enam jenis bantuan
a. Memberi
dukungan kepada teman
b. Memberi
layanan khusus melalui keterampilan
c. Memberi
layanan fisik, sosial dan budaya
d. Memberi
layanan organisasi melalui keterampilan komonikasi dan interaksi dalam pekerjaan.
e. Memberikan
layanan psikologis
f. Memberikan
layanan rohaniwan
2. Bantuan
professional
Bantuan ini diberikan karena orang
merasakan dalam keyataan memang membutuhkan bantuan dari orang lain, karena
tidak bisa atau tidak berdaya mengatasi sendiri. Menurut Lewis (1970) seorang
membutuhkan konseling karena banyak alasan, namun ia mengolongkan ada tiga
karakteristik umum :
1. Seseorang
sedang mengalami semacam ketidak puasan pribadi dan tidak mampu mengatasi dan
mengurangi ketidak puasan tersebut.
2. Seseorang
memasuki konseling dengan kecemasan yang ada beberapa segi kehidupan
3. Seseorang
membutuhkan konseling meskipun mengharapkan konselor bisa membantu.
B. KONSELING UNTUK PERUBAHAN PERILAKU
Dalam konseling konselor bisa bertindak
sebagai faktor luar ( environ mental faktor) yang mempengaruhi dengan hal-hal
yang baru, untuk menganti hal-hal yang lama yang memang perlu diubah. Kualitas,
kuantitas, dan intensitas perubahan yang bisa dilakukan konselor atau terapis
berbeda-beda baik perorangan dan dipengaruhi tahapan-tahapan perkembangan
C. PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN HIDUP KLIEN
Konseling bisa diarahkan untuk mengantur
lingkungan hidup seseorang sesuai dengan analisis dan penilaiannya bahwa klien harus
memasuki lingkungan tertentu supaya terjadi perubahan pada sebagai
kepribadiannya yang diharapkan.
Robert (1975) mengemukakan ada enam
faktor yang mempengaruhi klien, disamping faktor pribadi itu sendiri dan enam faktor tersebut saling berinteraksi satu
sama lain. Keenam faktor tersebut adalah Jenis kelamin, Keluarga, Budaya, Status
sosial, Daerah, Keturunan
D. PEMBATASAN PADA KLIEN DAN KONSELING
Batas yang boleh dilakukan atau tidak
perlu dilakukan adalah sesuatu yang diharapkan dan terbentuk sedikit demi
sedikit melalui kualitas dan kuantitas. Memahami pembatasan-pembatasan pada
klien merupakan alat untuk mengembangkan diri dan mengatasi masalah
kepribadiannya. Pembatasan bertujuan agar meninjau apa yang harus dilakuan.
Starategi melalui waktu konseling semakin diperjarang upaya untuk menyadarkan
dan untuk mengingat klien akan adanya pembatasan.
E. WAWANCARA DALAM KONSELING
Wawancara merupakan bagian dari
konseling dan berperan penting untuk keberhasilan atau sebaliknya kegagalan
pada konseling itu sendiri. Ada lima tahap struktur wawancara sebagai berikut:
a. Rapport
ditandai dengan ucapan berbasa-basi
b. Pengumpulan
data
c. Menentukan
hasil sesuai dengan arah kemana klien
ingginkan
d. Menemukan
macam-macam alternative penyelesaian
masalah
e. Generalisasi
dan pengendalian proses belajar
F.
KONSELOR
DALAM KONSELING SEBAGAI PENDENGAR
Betapa pentingnya kemampuan bertindak
sebagai pendengar yang baik dalam proses konseling, ditekankan oleh
Powell(1981) bahwa parapropesional pertama tama harus mengembangkan
keterampilan mendengarkan selama konselor mendengarkan klien, selama itu
konselor bisa melakukan penilaian, pengamatan terhadap klien
G. KONSELOR MEMAHAMI KLIEN
Memahami klien diartikan mengerti secara
lebih baik, lebih terinci mengenai keadaan klien dan latar belakangnya. Upaya
memahami klien seringkali diperlukan agar apa yang akan dilakukan terhadap
klien dalam rangkah member bantuan dapat mencapai hasil yang efektif dan
efisien.
H. KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM KONSELING
Komunikasi nonverbal menjadi dasar
paling penting pada setiap kali melakukan wawancara maupun konseling. Gasda, et
al (1977) yang dikutip oleh George dan Cristian (1981) membagi komunikasi nonverbal dalam empat kategori yakni.
1. Perilaku
komunikasi nonverbal dengan mempergunakan waktu
2. Perilaku
komunikasi nonverbal dengan menggunakan badan. Hal ini dilakukan dengan:
Ø Kontak
melalui mata
Ø Mata
Ø Kulit
Ø Postur
Ø Ekspresi
muka
Ø Melalui
anggota badan (menggigit kuku, menggaruk-garuk)
Ø Gerakan
yang diulang
Ø Tanda-tanda
atau perintah
Ø Sentuhan
3. Perilaku
komunikasi non verbal dengan nada suara
4. Perilaku
komunikasi non verbal dengan mempergunakan lingkungan
Ø Menjauh
kalau seseorang mendekat dan sebaliknya
Ø Pengaturan
lingkungan fisik
Ø Posisi
dalam ruangan
Johnson (7219)
mengidentifikasi cirri-ciri nonverbal sebagai sarana
Komunikasi yaitu:
1. Nada
suar lemah lembur berarti ada kehangatan dan sebaliknya nada suara keras
berarti bersikap dingin
2. Senyuman
dan menaru perhatian sebagai tanda adanya sikap hangat, sebaliknya waja
berkerut dan tidak menaruh minat adalah tanda dari sikap digin
3. Anggukan
kepala / badan, relaks, sebagai tanda kehangatan dan gerakan menjauh, tegang,
sikap sebaliknya
4. Tatapan
muka secara langsung sebagai tanda adanya kehangatan dan sebaliknya adalah
mengelak bertatap muka
5. Sentuhan
halus adalah tanda adanya sikap hangat dan sebaliknya dengan mengelakan
sentuhan
6. Gerakan
tubuh dengan gerakan terbuka atau menyambut, mengandung arti senang dan hangat,
begutupun sebaliknya.
7. Gerakan
yang mempersempit jarak adalah tanda-tanda bersikap hangat, sebaliknya yaitu
memperbesarjarak sebagai tanda dari sikap dingin
I. KONSELOR SEBAGAI PRIBADI
Konselor sebagai pribadi dengan
bermacam-macam konstelasi dengan gambaran kepribadiannya, mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan dalam melakukan kegiatan konseling, khususnya
kegiatan konseling sebagai profesi, mengenai pentingnya konselor sebagai pribadi
ditekan kan oleh Comb,et al (1969) yang menyimpulkan dari hasil penelitiannya
bahwa: Teknik yang banyak dilakukan dalam konseling adalah:diri sendiri sebagai
alat, (self-as-instrument) pribadi
konselor sebagai fasilitator untuk pertumbuhan yang positif dari klien. Ada
tiga hal penting yang mempengaruhi konselor, baik positif maupun negatif. Dalam
kegiatan konseling kegiatan propesional ialah:
1. Kualitas
pribadi
2. Pengetahuan
tentang profesi
Pada tahun 1961, Rogers menyimpulkan
dari pengalaman pribadi dan penelitianya mengenai karakteristik konselor bahwa
cirri kepribadian seorang konselor yang efektif, lebih penting dari pada dasar
teori atau ketranpilan teknik yang dimiliki. Menurut Rogers cirri tersebut
adalah:
1.
Menark
2.
Peramah
3.
Seorang yang
memperlihatkan sikap meyakini
4.
Dapat dipercaya
Combs & Soper (1963), mengemukakan
bahwa cirri konselor yang efektif adalah altruistik dan tidak dominan dan yang
menanggapi kliennya sebagai:
1.
Memiliki
kemampuan
2.
Bisa
bergantungkepada orang lain
3.
Peramah
4.
Patut dihargai
George & Cristani (1981)
mengintisarikan dari pembahasannya mengenai cirri-ciri konselor yang efektif
dan mengemukakannya sebagai berikut:
1. Konselor
yang efektif membuka dari dan menerima pengalaman sendiri
2. Konselor
yang efektif menyadari akan nilai dan pendapatnya sendiri
3. Konselor
yang efektif bisa membina hubungan hangat dan mendalam dengan orang lain
4. Konselor
yang efektif bisa membiarkan diri sendiri dilihat orang lain sebagai mana
adanya.
J. EMPATI
Kalau diartikan secara harfiah bahwa
dengan berempati seseorang masuk kedalam diri orang laindan menjadi orang lain
agar bisa merasakan dan menghayati orang lain. Maka timbul penilaian hahwa
orang tersebut mistahil bisa melakukan hal tersebut tanpa ia melepas diri dari
dirinya sendiri, dari akunnya yang unik, sehingga terdapat suatu akun yang ada
keluar menjadi orang lain.
Dipihak lain, banyak pula pendapat yang
mengatakan bahwa dengan melakukan empati terhadap orang lain, seseorang
dimungkinkan untuk memahami orang lain karena seeorang masuk dan menjadi sama
dengan orang lain, sehingga empati dianggap sebagai salah satu cara yang
efektif dalam usaha mengenali, memahami dan mengevaluasi orang lain. Dengan
berempati terhadap orang lain. Seseorang bisa benar-benar merasakan dan
menghayati sebagai orang lain bukan sekedar ikut atau merasakan, apakah itu
kesedihan atau kegembiraan (dalam hal ini lebih tepat disebut sebagai simpati,
karena ia berdiri “di luar” orang lain)
namun ia benar-benar menjadi orang lain dan seperasaan dengan orang
lain.
Mengenai empati ini, George &
Cristin (1981) mengemukakannya sebagai kemampuan untuk mengambil kerangka
berpikir klien sehingga memahami dengan tepat kehidupan dunia dalam dan
makna-maknanya dan bisa dikomunikasikan kembali denga jelas terhadap klien.
Selanjutnya juga menjelaskan bahwa yang berempati, konselor dimungkinka untuk
bisa mendengar dan bereaksi terhadap kehidupan perasaan klien. Yakni: marah,
benci empati merupakan sebagai kemampuan untuk menempatkan diri ditimpat orang
lain supaya bisa memahami dan mengerti kebutuhan dan perasaannya.
Ini Sumbernya dari buku apa ya?
BalasHapus