KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat
Allah SWT, karna berkat rahmat beliaulah makalah Psikologi Kognitif ini
dapat kami selesaikan. Shalawat
dan salam tertuju buat Rasullullah SAW,
yang telah sukses mengembangkan agama islam dalam kehidupan manusia.
Terima kasih
kepada dosen yang mengajar mata kuliah Psikologi Kognitif
yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah Psikologi Kognitif
ini, dengan pembahasa “Aspek-aspek Terapan Memori”.
Makalah
Psikologi Kognitif ini berasal dari tugas kelompok
Jurusan Pikologi Islam (A) di Fakultas Ushuluddin, IAIN Imam Bonjol Padang.
Dengan tujuan sebagai pedoman dalam diskusi mata kuliah Psikologi Kognitif
yang akan berlangsung.
Sesuai dengan
materi yang akan kami bahas yaitu “Aspek-Aspek Terapan Memori ”,
maka kami mencoba mengeluarkan makalah ini yang mungkin keberadaannya kurang
sempurna. Maka kami selaku mahasiswa yang masih dalam proses pencarian ilmu,
mengharapkan masukan dan saran kepada dosen yang bersangkutan. Karna kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan dalam
segala hal. Untuk itu kepada para pembaca kami juga sangat mengharapkan saran
dan kritiknya demi kesempurnaan makalah kami ini.
Padang, 24 September 2013
Kelompok
V
ASPEK- ASPEK TERAPAN MEMORI
A. Memori Otobiografis
Memori otobiografis adalah ingatan tentang
informasi yang berkaitan dengan diri. Terdapat dua komponen dalam memori
otobiografis, yaitu episodik dan semantik.
Memori episodik adalah
peristiwa-peristiwa yang dialami secara pribadi pada suatu waktu dan tempat
tertentu, seperti liburan terakhir atau ciuman terakhir anda. Schrookompts, van
Dijkum dan Assink (2004) berpendapat bahwa komponen episodik memori otobiografis
harus dibagi lebih jauh menjadi komponen (berkaitan dengan ekspektasi) dan
retrospektif (memori). Memori semantik tidak secara khusus berkaitan dengan
lokasi atau waktu; ini meliputi fakta-fakta pribadi seperti makanan kesukaan
anda, atau nama seorang teman masa kecil.
Struktur dan
dimensi-dimensi memori otobiografis
Ada empat dimensi memori
otobiografis:
1.
Fakta-fakta biografis dan pribadi ini mencakup tempat dan tanggal lahir,
nama-nama anggota keluarga, dan sekolah-sekolah yang diikuti.
2.
Salinan atau rekonstruksi peristiwa-peristiwa asli-memori otobiografis
dapat berupa salinan langsung peristiwa asli, yang sangat nyata dan mencakup
informasi indrawi dan emosional, atau rekonstruksi suatu peristiwa yang
diinterprestasikan ulang dari sudut pandang informasi yang lebih baru.
3.
Ingatan spesifik atau generik-memori otobiografis genetik adalah memori
tentang peristiwa-peristiwa yang berulang yang tidak terpaku pada suatu
kasus spesifik, seperti ingatan tentang berjalan kaki kesekolah.
4.
Perspektif pengamat atau perspektif lapangan-memori otobiografis dapat
dilihat dari perspektif berbeda. Perspektif pengamat adalah dimana memori
digambarkan dari sudut pandang orang lain, perspektif lapangan adalah dimana
memori dipandang dari sudut pandang individu yang memiliki memori terebut.
Conway (1996) membagi memori otobiografis menjadi tiga kategori:
1.
Periode sepanjang hidup:
periode-periode berjalan yang signifikan, seperti bersekolah disekolah tertentu
atau hidup bersama seseorang.
2.
peristiwa-peristiwa umum:
peristiwa-peristiwa yang diulang atau diperluas yang berkaitan dengan kurun
waktu yang lebih pendek.
3.
Pengetahuan spesifik peristiwa:
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dalam rentang waktu pendek, dari detik
hingga jam.
Memori Lampu Kilat
Adalah potret jelas tentang situasi-situasi dimana kita mendengar informasi
berurutan atau traumatik.
Brown dan Kulik (1977) berpendapat bahwa memori lampu kilat lebih akurat,
rinci, dan tahan terhadap lupa ketimbang memori lainnya. Mereka mengemukakan
bahwa terdapat mekanisme syaraf unik untuk memori lampu kilat yang berbeda dari
rumusan memori-memori otobiografis biasa. Terr dkk. (1997) menemukan bahwa
anak-anak lebih mungkin memiliki ingatan tajam dan akurat tentang bencana
Challenger ketika mereka mengalami tingkat emosi yang lebih tinggi dan memiliki
minat pribadi yang lebih kuat terhadap peristiwa tersebut.
Teknik-teknik untuk meneliti memori
otobiografis
Beberapa metode telah digunakan untuk menguji memori otobiografis. Tes
memori otobiografis (AMT-Autobiographical
Memory Test), Tes Crovitz, dan Paradigma Rubin didasarkan pada teknik
Galton dan telah digunakan secara luas
untuk menguji ingatan tentang peristiwa-peristiwa pribadi.
Tes-tes macam itu memiliki
beberapa keterbatasan, termasuk memiliki ciri berakhiran terbuka yang tidak
memungkinkan penyelidikan untuk periode waktu tertentu. Juga tidak ada skema
standar untuk mengubah ingatan-ingatan episodik menjadi skor-skor kuantitatif
standar sehingga memungkinkan perbandingan-perbandingan antar berbagai studi.
Pengaruh usia dalam memori otobiografis
Memori otobiografis tidak sama seiring waktu periode-periode tertentu dalam
hidup tampaknya diingat dengan relatif baik, sedangkan periode lainnya sama
sekali tidak diingat. Para peneliti telah mnecoba menjelaskan kecendrungan yang
tidak pasti ini. Ada tiga pola yang berkaitan dengan usia dalam memori
otobiografis, sbb:
a.
Amnesia infantil (masa kanak-kanak)
Adalah
ketidakbiasaan memori untuk diakses berkenan dengan peristiwa-peristiwa yang
terjadi dimasa kanak-kanak dan balita. Ada beberapa penjelasan untuk amnesia
infantil, termasuk pencampuran atau kerusakan memori, perkembangan bahasa yang
belum sempurna menghambat pengodean memori dengan cara yang dapat disarikan
oleh orang dewasa yang mampu berbahasa, atau yang paling mungkin, kurangnya
perkembangan neurologis pada hipokampus menghambat pembentukan memori.
b.
Efek kebaruan, tonjolan dan dan memori otobiografis
Efek tonjolan
yaitu kemungkinan lebih tinggi dan tidak berimbang bahwa individu dapat
mengingat memori antara usia 10 dan 30 tahun pada individu-individu yang
berusia 35 tahun.
B. Kesaksian Saksi Mata
Menurut Loftus
dan Palmer,(1974) para saksi seringkali tidak bisa diandalkan, hingga dimana
titik kesalahan diidentifikasikan oleh saksi mata telah diidentifikasi sebagai
faktor terpenting yang mengakibatkan kesalahan pendakwaan. Meski demikian,
penelitian saksi mata memiliki dampak signifikan untuk mengubah asumsi-asumsi
hukum tentang keandalan bukti dari saksi mata, terutama terkait peran anak-anak
dalam sistem hukum kriminal (Dent & Flin, 1992).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
saksi mata dapat dibagi menjadi isu yang berhubungan dengan pengodean dan
penyimpanan dan yang berhubungan dengan penarikan.
v Faktor-faktor pengodean dan penyimpanan dalam
memori saksi mata
a.
Stres
Stres yang meningkat memiliki efek negatif
terhadap identifikasi orang yang menjadi target dan terhadap ingatan tentang
rincian yang berkaitan dengan kejahatan. Deffebacher (1994) mengemukakan bahwa
efek negatif tingkat kecemasan tinggi terhadap ingatan berhubungan dengan
tingginya tingkat aktivasi fisiologis. Kesadaran atas aktivasi ini akan
mengakibatkan kurangnya fokus pada informasi yang berhubungan dengan kejahatan
dan karenanya mengurangi ingatan.
b.
Fokus senjata
Fokus senjata adalah kecendrungan para saksi kejahatan berat untuk fokus
perhatian mereka pada senjata yang digunakan dengan mengabaikan informasi
lainnya. Mass dan Kohnken (1989) menemukan bahwa para peserta lebih mampu mengingat
rincian tentang seorang perempuan yang memgang sebuah pena ketimbang ketika ia
memegang sebuah alat suntik.
c.
Informasi sentral versus periveral
Tipe informasi merupakan penentu penting atas
apa yang diingat. Memon dan Vartoukian (1996) mengamati bahwa “sentral”
merupakan bagian-bagian terpenting dari suatu peristia, seperti aksi-aksi atau
orang-orang yang terlibat dan diingat lebih baik ketimbang informasi periferal,
seperti warna sepatu seorang anggota pelaku kejahatan.
v Faktor-faktor penarikan dalam memori saksi
mata
a.
Informasi pasca peristiwa dan memori palsu
Kesalahan informasi atau efek memori palsu terjadi ketika ingatan tentang
suatu peristiwa dipengaruhi oleh informasi yang diterima setelah peristiwa
tersebut diketahui secara luas.
Mekanisme
dibalik efek kesalahan informasi diyakini adalah lupa yang dipengaruhi oleh
penarikan. Disinilah dimana penarikan informasi yang menyesatkan
pasca-peristiwa akan menguat seiring dengan waktu, menyebabkan hambatan pada
jejak memori tentang peristiwa sesungguhnya (MacLeod, 2002).
b.
Usia
Perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengaan usia dalam ingatan telah
diteliti secara luas. Walaupun ingatan
bebas menghasilkan respons-respons sangat akurat tanpa memandang usia, namun
orang dewasa cendrung mengingat informasi lebih banyak ketimbang anak-anak.
Ingatan bebas anak-anak yang berusia muda tentang berbagai peristiwa, sering
kurang menyeluruh, lebih kurang sama akuratnya dengan individu-individu yang
lebih tua. Oleh karena itu, usia sendiri tampaknya tidak menghambat
penggambaran akurat tentang berbagai peristiwa.
c.
Penundaan
Semakin lama
penundaan sebelum mengajukan pertanyaan, semakin besar penurunan dalam ingatan.
Meski demikian, usia saksi berinteraksi dengan penundaan. Poole dan White
(1993) mengamati bahwa tidak ada perbedaan ingatan antara ingatan anak-anak dan
orang dewasa setela suatu wawancara langsung, namun setelah penundaan selama
dua tahun orang dewasa melakukan kesalahan kurang dari separuh kesalahan yang
dilakukan anak-anak.
d.
Efek Tipikalitas
Teori skema
juga memiliki implikasi bagi kesaksian saksi mata, dimana ingatan dipengaruhi
oleh gagasan-gagasan tentang apa yang terjadi dalam kejahatan umum, atau
stereotip mereka tentang karakteristik-karakteristik individutertentu.
v Metode-metode untuk memperkuat penarikan
Para peneliti
telah menguji metode-metode verbal dan nonverbal untuk memperkuat ingatan dan
pengenalan. Metode-metode verbal termasuk pendekatan-pendekatan berbeda
terhadap wawancara, sedangkan metode nonverbal termasuk penyangga dan
pengembalian lingkungan atau pengembalian konteks.
a.
Metode verbal : wawancara
Teknik-teknik
wawancara yang lebih baik akan mendorong lebih banyak informasi yang diingat
dan memori yang lebih akurat. Ada beberapa pendekatan dalam wawancara, yang
paling terkenal adalah Wawancara
Kognitif yang dikembangkan oleh Fisher dan Geiselman (1992). Wawancara Kognitif
measukkan berbagai teknik penarikan memori termasuk pengembalian konteks untuk
meningkatkan kuantitas informasi yang diperoleh menjadi suatu struktur
wawancara yang terorganisasi.
b.
Metode-metode nonverbal untuk memperkuat ingatan
Para peneliti
yang menguji alat-alat bantu memori nonverbal secara umum dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu mereka yang enguji efek-efek peraga terhadap ingatan mereka
yang fokus pada petunjuk-petunjuk nonverbal lain untuk memori seperti pengembalian
lingkungan.
c.
Peraga
Peraga adalah
petunjuk fisik yang meniru persis aspek dari suau situasi; peraga dapat
spesifikasi pada suatu lingkungan tertentu, seperti suatu tiruan peristiwa
tertentu dalam kejahatan, atau memiliki karakteristik umum, seperti boneka yang
tepat secara anatomis.
d.
Pengembalian
Dalam
pengembalian konteks atau lingkungan,
para saksi dekembalikan kelokasi dimana mereka pada awalnya mengalami peristiwa
tertentu.
e.
Metode-metode lain untuk meningkatkan kinerja saksi mata
Beberapa
peraturan telah disusun untuk membantu saksi mata anak-anak memberikan
keterangan, termasuk penggunaan bukti video, memberikan kesaksian melalui
saluran TV langsung, dalam sesi-sesi pengadilan tertutup dalam kamera, atau
dari balik pembatas yang menutupi mereka dari si tertuduh.
v Isu-isu dalam penelitian saksi mata
1.
Stimuli dan validitas ekologis
2.
Relevansi stimuli
C.
Memori Prospektif
Memori prospektif (PM-prospektive memory)
adalah proses mengingat untuk melakukan hal-hal pada suatu waktu dimasa
mendatang, seperti mengingat untuk membayar tagihan tepat waktu. Memori
prospektif adalah suatu tipe umum kegagalan lupa.
ü Karakteristik-karakteristik PM
PM seringkali
dianggap sebagai suatu konsep kesatuan, meski tidak mungkin karena terdapat
serangkaian atribut yang berdampak pada kinerja PM. Suatu perbedaan mendasar
dalam PM adalah antara PM berdasarkan waktu dan berdasarkan peristiwa, serta
apakah tugas tersebut selalu dilakukan atau jarang dilakukan, dan apakah
tindakan harus dilakukan dalam waktu dekat atau dalam waktu yang masih lama.
ü Teori-teori PM
Menurut
Einstein dan McDaniel (1996), model-model PM dapat dibagi menjadi penarikan
otomatis dan strategis. Dewasa ini penelitian mencoba mengembangkan suatu
pemahaman tentang peran proses-proses atensial dalam PM. Teori memori
preparatori dan atensional mengemukakan beberapa sumber daya atensial selalu
dibutuhkan untuk dapat berhasil melakukan suatu tugas PM.
ü Hubungan antara memori prorpektif den
retroprektif
PM memiliki
proses-roses yang sama dengan memori retrospektif dalam hal pengodean,
penyimpanan, dan penarikan. Memori retrospektif dan prospektif sulit untuk
dipisahkan, kerena setiap tugas propektif membutuhkan informasi untuk disimpan
dalam memori hingga waktu yang tepat. Meski demikian, dua bentuk memori
tersebut adalah entitas yang terpisah. Crowder (1996) berpendapat bahwa kinerja
tindakan-tindakan tersebut bukan merupakan cerminan akurat memori tentang
tindakan-tindakan tersebut.
ü Penelitian tentang PM
a)
Aspek-aspek perkembangan
Studi tentang
PM pada orang dewasa lanjut menunjukkan bahwa mereka bekerja lebih buruk pada
tugas-tugas berdasarkan waktu, namun tidak dalam tugas berdasarkan peristiwa
ketimbang orang dewasa muda (Henry dkk,2004). Orang dewasa tua juga menunjukkan
sensitivitas yang lebih besar untuk meningkatkan beban kognitif namun cendrung
berkinerja lebih baik dalam tugas-tugas dunia nyata ketimbang tugas-tugas
laboratorium (Kvavilashvili & Ellis, 2004).
b)
Neuropsikologi klinis PM
Sebagian besar
penelitian Neuropsikologi tentang PM dilakukan pada individu-individu yang
mengalami kerusakan otak. Penelitian ini menunjukkan bahwa kerusakan di korteks
prafontalis mengakibatkan masalah-masalah PM karena keterkaitan daerah ini dengan
fungsi pelaksana.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari makalah yang kami buat diatas, dapat disimpulkan bahwa
aspek-aspek terapan memori terdiri dari: 1.
Memori otobiografis yang mencakup didalamnya; struktur dan dimensi
memori otobiografis, Memori lampu kilat,
teknik-teknik untuk meneliti memori otobiografis, studi-studi catatan harian
memori otobiografis, pengaruh-pengarug usia dalam memori otobiografis. 2.
Kesaksian saksi mata yang mencakup didalamnya; faktor-faktor pengodean dan
penyimpanan dalam memori saksi mata, faktor-faktor penarikan dalam memori saksi
mata, metode-metode untuk memperkuat penarikan. 3. Memori prospektif (PM)
mencakup; karakteristik-karakteristik PM, Teori-teori Pm, Hubungan antara
memori prospektif dan retrospektif, Penelitian tentang PM, Neuropsikologi PM.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil diatas, kami sebagai pemakalah menyadari adanya
kekurangan dalam makalah kami ini, maka dari itu kami mengharapkan krik, saran,
serta masukan dari pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jonathan ling & Jonathan Calting.
Psikologi Kognitif. Erlangga, Jakarta : 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar