Selasa, 14 Oktober 2014

ASPEK- ASPEK TERAPAN MEMORI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat  Allah SWT, karna berkat rahmat beliaulah makalah Psikologi Kognitif ini dapat kami selesaikan. Shalawat dan salam tertuju buat Rasullullah SAW,  yang telah sukses mengembangkan agama islam dalam kehidupan manusia.
Terima kasih kepada dosen yang mengajar mata kuliah Psikologi Kognitif yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah Psikologi Kognitif ini, dengan  pembahasa “Aspek-aspek Terapan Memori.
Makalah Psikologi Kognitif ini berasal dari tugas kelompok Jurusan Pikologi Islam (A) di Fakultas Ushuluddin, IAIN Imam Bonjol Padang. Dengan tujuan sebagai pedoman dalam diskusi mata kuliah Psikologi Kognitif yang akan berlangsung.
Sesuai dengan materi yang akan kami bahas yaitu “Aspek-Aspek Terapan Memori ”, maka kami mencoba mengeluarkan makalah ini yang mungkin keberadaannya kurang sempurna. Maka kami selaku mahasiswa yang masih dalam proses pencarian ilmu, mengharapkan masukan dan saran kepada dosen yang bersangkutan. Karna kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan dalam segala hal. Untuk itu kepada para pembaca kami juga sangat mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah kami ini.


Padang, 24 September 2013
                                                                                                                                     Kelompok V
                       



ASPEK- ASPEK TERAPAN MEMORI

A.    Memori Otobiografis
Memori otobiografis adalah ingatan tentang informasi yang berkaitan dengan diri. Terdapat dua komponen dalam memori otobiografis, yaitu episodik dan semantik.
            Memori episodik adalah peristiwa-peristiwa yang dialami secara pribadi pada suatu waktu dan tempat tertentu, seperti liburan terakhir atau ciuman terakhir anda. Schrookompts, van Dijkum dan Assink (2004) berpendapat bahwa komponen episodik memori otobiografis harus dibagi lebih jauh menjadi komponen (berkaitan dengan ekspektasi) dan retrospektif (memori). Memori semantik tidak secara khusus berkaitan dengan lokasi atau waktu; ini meliputi fakta-fakta pribadi seperti makanan kesukaan anda, atau nama seorang teman masa kecil.
            Struktur dan dimensi-dimensi memori otobiografis
            Ada empat dimensi memori otobiografis:
1.      Fakta-fakta biografis dan pribadi ini mencakup tempat dan tanggal lahir, nama-nama anggota keluarga, dan sekolah-sekolah yang diikuti.
2.      Salinan atau rekonstruksi peristiwa-peristiwa asli-memori otobiografis dapat berupa salinan langsung peristiwa asli, yang sangat nyata dan mencakup informasi indrawi dan emosional, atau rekonstruksi suatu peristiwa yang diinterprestasikan ulang dari sudut pandang informasi yang lebih baru.
3.      Ingatan spesifik atau generik-memori otobiografis genetik adalah memori tentang peristiwa-peristiwa yang berulang yang tidak terpaku pada suatu kasus spesifik, seperti ingatan tentang berjalan kaki kesekolah.
4.      Perspektif pengamat atau perspektif lapangan-memori otobiografis dapat dilihat dari perspektif berbeda. Perspektif pengamat adalah dimana memori digambarkan dari sudut pandang orang lain, perspektif lapangan adalah dimana memori dipandang dari sudut pandang individu yang memiliki memori terebut.

Conway (1996) membagi memori otobiografis menjadi tiga kategori:
1.       Periode sepanjang hidup: periode-periode berjalan yang signifikan, seperti bersekolah disekolah tertentu atau hidup bersama seseorang.
2.       peristiwa-peristiwa umum: peristiwa-peristiwa yang diulang atau diperluas yang berkaitan dengan kurun waktu yang lebih pendek.
3.       Pengetahuan spesifik peristiwa: berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dalam rentang waktu pendek, dari detik hingga jam.

Memori Lampu Kilat
Adalah potret jelas tentang situasi-situasi dimana kita mendengar informasi berurutan atau traumatik.
Brown dan Kulik (1977) berpendapat bahwa memori lampu kilat lebih akurat, rinci, dan tahan terhadap lupa ketimbang memori lainnya. Mereka mengemukakan bahwa terdapat mekanisme syaraf unik untuk memori lampu kilat yang berbeda dari rumusan memori-memori otobiografis biasa. Terr dkk. (1997) menemukan bahwa anak-anak lebih mungkin memiliki ingatan tajam dan akurat tentang bencana Challenger ketika mereka mengalami tingkat emosi yang lebih tinggi dan memiliki minat pribadi yang lebih kuat terhadap peristiwa tersebut.

Teknik-teknik untuk meneliti memori otobiografis
Beberapa metode telah digunakan untuk menguji memori otobiografis. Tes memori otobiografis  (AMT-Autobiographical Memory Test), Tes Crovitz, dan Paradigma Rubin didasarkan pada teknik Galton  dan telah digunakan secara luas untuk menguji ingatan tentang peristiwa-peristiwa pribadi.
            Tes-tes macam itu memiliki beberapa keterbatasan, termasuk memiliki ciri berakhiran terbuka yang tidak memungkinkan penyelidikan untuk periode waktu tertentu. Juga tidak ada skema standar untuk mengubah ingatan-ingatan episodik menjadi skor-skor kuantitatif standar sehingga memungkinkan perbandingan-perbandingan antar berbagai studi.

Pengaruh usia dalam memori otobiografis
Memori otobiografis tidak sama seiring waktu periode-periode tertentu dalam hidup tampaknya diingat dengan relatif baik, sedangkan periode lainnya sama sekali tidak diingat. Para peneliti telah mnecoba menjelaskan kecendrungan yang tidak pasti ini. Ada tiga pola yang berkaitan dengan usia dalam memori otobiografis, sbb:
a.       Amnesia infantil (masa kanak-kanak)
Adalah ketidakbiasaan memori untuk diakses berkenan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa kanak-kanak dan balita. Ada beberapa penjelasan untuk amnesia infantil, termasuk pencampuran atau kerusakan memori, perkembangan bahasa yang belum sempurna menghambat pengodean memori dengan cara yang dapat disarikan oleh orang dewasa yang mampu berbahasa, atau yang paling mungkin, kurangnya perkembangan neurologis pada hipokampus menghambat pembentukan memori.
b.      Efek kebaruan, tonjolan dan dan memori otobiografis
Efek tonjolan yaitu kemungkinan lebih tinggi dan tidak berimbang bahwa individu dapat mengingat memori antara usia 10 dan 30 tahun pada individu-individu yang berusia 35 tahun.

B.      Kesaksian Saksi Mata
Menurut Loftus dan Palmer,(1974) para saksi seringkali tidak bisa diandalkan, hingga dimana titik kesalahan diidentifikasikan oleh saksi mata telah diidentifikasi sebagai faktor terpenting yang mengakibatkan kesalahan pendakwaan. Meski demikian, penelitian saksi mata memiliki dampak signifikan untuk mengubah asumsi-asumsi hukum tentang keandalan bukti dari saksi mata, terutama terkait peran anak-anak dalam sistem hukum kriminal (Dent & Flin, 1992).
      Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja saksi mata dapat dibagi menjadi isu yang berhubungan dengan pengodean dan penyimpanan dan yang berhubungan dengan penarikan.
v  Faktor-faktor pengodean dan penyimpanan dalam memori saksi mata
a.       Stres
Stres yang meningkat memiliki efek negatif terhadap identifikasi orang yang menjadi target dan terhadap ingatan tentang rincian yang berkaitan dengan kejahatan. Deffebacher (1994) mengemukakan bahwa efek negatif tingkat kecemasan tinggi terhadap ingatan berhubungan dengan tingginya tingkat aktivasi fisiologis. Kesadaran atas aktivasi ini akan mengakibatkan kurangnya fokus pada informasi yang berhubungan dengan kejahatan dan karenanya mengurangi ingatan.
b.      Fokus senjata
Fokus senjata adalah kecendrungan para saksi kejahatan berat untuk fokus perhatian mereka pada senjata yang digunakan dengan mengabaikan informasi lainnya. Mass dan Kohnken (1989) menemukan bahwa para peserta lebih mampu mengingat rincian tentang seorang perempuan yang memgang sebuah pena ketimbang ketika ia memegang sebuah alat suntik.



c.       Informasi sentral versus periveral
Tipe informasi merupakan penentu penting atas apa yang diingat. Memon dan Vartoukian (1996) mengamati bahwa “sentral” merupakan bagian-bagian terpenting dari suatu peristia, seperti aksi-aksi atau orang-orang yang terlibat dan diingat lebih baik ketimbang informasi periferal, seperti warna sepatu seorang anggota pelaku kejahatan.

v  Faktor-faktor penarikan dalam memori saksi mata
a.       Informasi pasca peristiwa dan memori palsu
Kesalahan informasi atau efek memori palsu terjadi ketika ingatan tentang suatu peristiwa dipengaruhi oleh informasi yang diterima setelah peristiwa tersebut diketahui secara luas.
Mekanisme dibalik efek kesalahan informasi diyakini adalah lupa yang dipengaruhi oleh penarikan. Disinilah dimana penarikan informasi yang menyesatkan pasca-peristiwa akan menguat seiring dengan waktu, menyebabkan hambatan pada jejak memori tentang peristiwa sesungguhnya (MacLeod, 2002).
b.      Usia
Perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengaan usia dalam ingatan telah diteliti secara luas. Walaupun  ingatan bebas menghasilkan respons-respons sangat akurat tanpa memandang usia, namun orang dewasa cendrung mengingat informasi lebih banyak ketimbang anak-anak. Ingatan bebas anak-anak yang berusia muda tentang berbagai peristiwa, sering kurang menyeluruh, lebih kurang sama akuratnya dengan individu-individu yang lebih tua. Oleh karena itu, usia sendiri tampaknya tidak menghambat penggambaran akurat tentang berbagai peristiwa.
c.       Penundaan
Semakin lama penundaan sebelum mengajukan pertanyaan, semakin besar penurunan dalam ingatan. Meski demikian, usia saksi berinteraksi dengan penundaan. Poole dan White (1993) mengamati bahwa tidak ada perbedaan ingatan antara ingatan anak-anak dan orang dewasa setela suatu wawancara langsung, namun setelah penundaan selama dua tahun orang dewasa melakukan kesalahan kurang dari separuh kesalahan yang dilakukan anak-anak.
d.      Efek Tipikalitas
Teori skema juga memiliki implikasi bagi kesaksian saksi mata, dimana ingatan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan tentang apa yang terjadi dalam kejahatan umum, atau stereotip mereka tentang karakteristik-karakteristik individutertentu.

v  Metode-metode untuk memperkuat penarikan
Para peneliti telah menguji metode-metode verbal dan nonverbal untuk memperkuat ingatan dan pengenalan. Metode-metode verbal termasuk pendekatan-pendekatan berbeda terhadap wawancara, sedangkan metode nonverbal termasuk penyangga dan pengembalian lingkungan atau pengembalian konteks.
a.       Metode verbal : wawancara
Teknik-teknik wawancara yang lebih baik akan mendorong lebih banyak informasi yang diingat dan memori yang lebih akurat. Ada beberapa pendekatan dalam wawancara, yang paling terkenal  adalah Wawancara Kognitif yang dikembangkan oleh Fisher dan Geiselman (1992). Wawancara Kognitif measukkan berbagai teknik penarikan memori termasuk pengembalian konteks untuk meningkatkan kuantitas informasi yang diperoleh menjadi suatu struktur wawancara yang terorganisasi.
b.      Metode-metode nonverbal untuk memperkuat ingatan
Para peneliti yang menguji alat-alat bantu memori nonverbal secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mereka yang enguji efek-efek peraga terhadap ingatan mereka yang fokus pada petunjuk-petunjuk nonverbal lain untuk memori seperti pengembalian lingkungan.
c.       Peraga
Peraga adalah petunjuk fisik yang meniru persis aspek dari suau situasi; peraga dapat spesifikasi pada suatu lingkungan tertentu, seperti suatu tiruan peristiwa tertentu dalam kejahatan, atau memiliki karakteristik umum, seperti boneka yang tepat secara anatomis.
d.      Pengembalian
Dalam pengembalian konteks atau  lingkungan, para saksi dekembalikan kelokasi dimana mereka pada awalnya mengalami peristiwa tertentu.
e.       Metode-metode lain untuk meningkatkan kinerja saksi mata
Beberapa peraturan telah disusun untuk membantu saksi mata anak-anak memberikan keterangan, termasuk penggunaan bukti video, memberikan kesaksian melalui saluran TV langsung, dalam sesi-sesi pengadilan tertutup dalam kamera, atau dari balik pembatas yang menutupi mereka dari si tertuduh.

v  Isu-isu dalam penelitian saksi mata
1.      Stimuli dan validitas ekologis
2.      Relevansi stimuli


C.     Memori Prospektif
Memori prospektif (PM-prospektive memory) adalah proses mengingat untuk melakukan hal-hal pada suatu waktu dimasa mendatang, seperti mengingat untuk membayar tagihan tepat waktu. Memori prospektif adalah suatu tipe umum kegagalan lupa.
ü  Karakteristik-karakteristik PM
PM seringkali dianggap sebagai suatu konsep kesatuan, meski tidak mungkin karena terdapat serangkaian atribut yang berdampak pada kinerja PM. Suatu perbedaan mendasar dalam PM adalah antara PM berdasarkan waktu dan berdasarkan peristiwa, serta apakah tugas tersebut selalu dilakukan atau jarang dilakukan, dan apakah tindakan harus dilakukan dalam waktu dekat atau dalam waktu yang masih lama.
ü  Teori-teori PM
Menurut Einstein dan McDaniel (1996), model-model PM dapat dibagi menjadi penarikan otomatis dan strategis. Dewasa ini penelitian mencoba mengembangkan suatu pemahaman tentang peran proses-proses atensial dalam PM. Teori memori preparatori dan atensional mengemukakan beberapa sumber daya atensial selalu dibutuhkan untuk dapat berhasil melakukan suatu tugas PM.
ü  Hubungan antara memori prorpektif den retroprektif
PM memiliki proses-roses yang sama dengan memori retrospektif dalam hal pengodean, penyimpanan, dan penarikan. Memori retrospektif dan prospektif sulit untuk dipisahkan, kerena setiap tugas propektif membutuhkan informasi untuk disimpan dalam memori hingga waktu yang tepat. Meski demikian, dua bentuk memori tersebut adalah entitas yang terpisah. Crowder (1996) berpendapat bahwa kinerja tindakan-tindakan tersebut bukan merupakan cerminan akurat memori tentang tindakan-tindakan tersebut.



ü  Penelitian tentang PM
a)      Aspek-aspek perkembangan
Studi tentang PM pada orang dewasa lanjut menunjukkan bahwa mereka bekerja lebih buruk pada tugas-tugas berdasarkan waktu, namun tidak dalam tugas berdasarkan peristiwa ketimbang orang dewasa muda (Henry dkk,2004). Orang dewasa tua juga menunjukkan sensitivitas yang lebih besar untuk meningkatkan beban kognitif namun cendrung berkinerja lebih baik dalam tugas-tugas dunia nyata ketimbang tugas-tugas laboratorium (Kvavilashvili & Ellis, 2004).
b)      Neuropsikologi klinis PM
Sebagian besar penelitian Neuropsikologi tentang PM dilakukan pada individu-individu yang mengalami kerusakan otak. Penelitian ini menunjukkan bahwa kerusakan di korteks prafontalis mengakibatkan masalah-masalah PM karena keterkaitan daerah ini dengan fungsi pelaksana.  













PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan dari makalah yang kami buat diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek terapan memori terdiri dari: 1.  Memori otobiografis yang mencakup didalamnya; struktur dan dimensi memori otobiografis,  Memori lampu kilat, teknik-teknik untuk meneliti memori otobiografis, studi-studi catatan harian memori otobiografis, pengaruh-pengarug usia dalam memori otobiografis. 2. Kesaksian saksi mata yang mencakup didalamnya; faktor-faktor pengodean dan penyimpanan dalam memori saksi mata, faktor-faktor penarikan dalam memori saksi mata, metode-metode untuk memperkuat penarikan. 3. Memori prospektif (PM) mencakup; karakteristik-karakteristik PM, Teori-teori Pm, Hubungan antara memori prospektif dan retrospektif, Penelitian tentang PM, Neuropsikologi PM.
B.     Saran
Berdasarkan dari hasil diatas, kami sebagai pemakalah menyadari adanya kekurangan dalam makalah kami ini, maka dari itu kami mengharapkan krik, saran, serta masukan dari pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini.















DAFTAR PUSTAKA

Jonathan ling & Jonathan Calting. Psikologi Kognitif. Erlangga, Jakarta : 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar