KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat Allah swt yang teah mencurahkan segala bentuk rahmat NYA
kepada semua makhluk NYA ,dan atas berkat rahmat NYA tersebut penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini tepat pada waktu nya.Kemudian salawat beserta salam tak
lupa penulis ucapan kepada arwah junjungan kita yakni nabi besar Muhammad saw, yang telah membawakan
titik terang dalam segala bentuk penyampaian.
Penulis
cukup menyadari bahwa tidak pernah ada kesempurnaan hakiki selama karya adalah
ciptaan dan hasil karya dari manusia. Begitu juga dengan makalah yang penulis
sajikan ini masih sangat jauh dari kesmpurnaan .Oleh karena itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk dapat menambah dan memperluas khazanah
pengetahuan agar terus mendekati kesempurnaan.
Padang,
20 september 2013
pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
Ingatan atau Memori adalah sebuah fungsi
dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Ingatan banyak
dipelajari dalam psikologi
kognitif dam ilmu syaraf sebagai bentuk terjadinya hubungan timbal balik antara potensi memorialnya dan
pengalaman eksternal yang diserapnya. Dengan kata lain, ingatan merupakan
tempat menampung hasil-hasil visualitas manusia, misalnya setelah mempelajari
sesuatu kemudian menyimpannya didalam
ingatan
Aktivitas
ingatan dicirikan dengan hal-hal berikut :
pertama, Penyimpanan informasi dalam pikiran. kedua, recognisi atau mengeluarkan informasi yang
sudah tersimpan. ketiga recall,
membangkitkan pengalaman masa lalu yang sudah cukup lama terlupakan. keempat,
reproduksi yaitu menghasilkan kembali beberapa informasi yang diperlukan
setelah lama menghilang dan secara tidak sadar dilupakan, tetapi pada suatu waktu
sangat diperlukan. Kelima, menampilkan kembali karakteristik keaslian dari
kepribadian yang sesungguhnya. Pada makalah ini kami lebih memfokuskan pada
model-model memori dan memori jangka pendek.
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL-MODEL MEMORI DAN MEMORI JANGKA PENDEK
A.
Model-Model Memori Ganda
1.
James
Model memori ganda (Dualistic
Model Of Memory) berkembang pada akhir tahun 1800-an ketika James
membedakan Memori lansung (Immediate
Memory) yang disebut juga dengan memori
primer dan Memori tidak lansung (Indirect
Memori) atau disebut juga dengan memori sekunder. James menyusun teorinya
tentang struktur memori berdasarkan introspeksi, dan ia mengagnggap memori
sekunder sebagai suatu tempat penyimpanan informasi (pengalaman) yang pernah
dialami, namun tidak dapat diakses lagi. James berpendapat bahwa memori primer
yang mirip (namun tidak identik) atau memori jangka pendek (Short Term Memory/STM) merupakan
jalur-jalur yang tidak pernah meninggalkan kesadaran dan senantiasa menyediakan
“tayangan” peristiwa-peristiwa yang dialami.
Kemudian memori sekunder
atau memori jangka panjang (Long Term
Memory/LTM), didefenisikan sebagai jalur-jalur yang “terpahat” dalam
jaringan otak manusia, dan setiap manusia memiliki struktur jalur yang berbeda.
James juga berpendapat bahwa memori memiliki sifat dualistik, yaitu transitoris
( sebagai pengantar) dan permanen,
meskipun demikian pada masa James belum terdapat bukti ilmiah yang mendukung
perbedaan defenisi operasional antar kedua sistem memori tersebut.
Bukti-bukti ilmiah tersebut
baru muncul 75 tahun kemudian ketika hubungan antara memori primer dan memori
sekunder dideskripsikan oleh Waugh dan Norman
pada tahun 1965, didalam model sistem memori primer dan sekunder, sebuah
item memasuki memori primer dan kemudian disimpan (melalui latihan pengulangan)
atau dilupakan. Dengan menggunakan pengulangan (Rehearsal), item tersebut
memasuki memori sekunder dan selanjutnya menjadi bagian dari memori permanen.
2.
Waugh dan Norman
Model behavioral modern
pertama dikembangkan oleh Waugh dan Norman pada tahun 1965. Model tersebut
adalah model dualistik, mencakup memori primer dan memori sekunder. Wough dan Norman
mengembangkan model James dengan mengkuantifikasikan karakteristik-karakteristik
memori primer. Sistem penyimpanan jangka pendek diketahui memiliki kapasitas
yang sangat terbatas, sehingga hilangnya informasi terjadi tidak hanya sebagai
suatu proses yang terjadi “seiring berlalunya waktu”, namun terjadi karena
item-item baru “menindihi” item-item lama saat ruang penyimpanan telah penuh.
3.
Atkinson dan Shiffrin
Atkinson dan Shiffrin
meminjam konsep dualistik memori dari Waugh dan Norman, namun dengan adanya
lebih banyak subsistem dalam STM dan LTM. Model-model awal tentang memori,
menurut Atkinson dan Shiffrin bersifat terlalu menyederhanakan dan tidak cukup
kuat untuk menangani kerumitan proses atensi, proses membandingkan stimuli,
pengendalian dalam mengambil memori (Retrieval Control), pemindahan dari STM
ke LTM, pencitraan, memori penyandiaan sensorik.
Dalam model Atkinson dan Shiffrin,
memori memiliki tiga area penyimpangan, antara lain yaitu:
a.
Register sensorik
b.
Penyimpanan jangka pendek
c.
Penyimpanan jangka panjang
Atkinson dan Shiffrin
membuat suatu perbedaan penting antara konsep memori dan konsep penyimpanan
memori. Istilah “memori” mengacu pada
data-data yang disimpan, sedangkan “penyimpanan “(Store)” mengacu pada komponen
struktural yang berisi informasi. Dalam model Atkinson dan Shiffrin, informasi
dalam penyimpanan jangka pendek dapat ditransfer ke penyimpanan jangka panjang,
sedangkan informasi lain dipertahankan selama beberapa menit dalam penyimpanan
jangka pendek namun tidak pernah memasuki penyimpanan jangka panjang.
Penyimpanan jangka pendek
dipandang sebagai suatu sistem kerja (Working
System) yang di dalamnya informasi-informasi yang masuk akan memudar dan
menghilang dengan cepat, informasi yang tersimpan dalam penyimpanan jangka
pendek dapat berupa suatu bentuk yang berbeda dengan wujud asli informasi
tersebut, misalnya sebuah kata yang dibaca oleh sistem visual akan diubah dan
direpresentasikan dalam memori secara auditorik. Informasi yang disimpan dalam
penyimpanan jangka panjang dianggap relatif permanen, sekalipun terkadang tidak
dapat diakses akibat adanya interferensi dari informasi-informasi baru. Adapun
kegunaan penyimpanan jangka panjang adalah mengawasi stimuli dalam register
sensorik (sehingga mengendalikan informasi yang memasuki penyimpanan jangka
pendek) dan menyediakan ruang penyimpanan bagi informasi dalam penyimpanan
jangka pendek.
B.
Memori Jangka Pendek
Atkinson dan Shiffrin berpendapat bahwa memori jangka
pendek (STM- Short Term Memory)
adalah bagian di mana pemprosesan seperti aritmatika mental dilakukan. Jika
informasi bertahan di STM dalam waktu cukup lama, maka informasi tersebut akan
memasuki memori jangka panjang (LTM- Long
Term Memory). LTM memiliki kapasitas dan durasi besar penyimpan informasi
untuk penarikan di kemudian hari. Meskipun STM memiliki kapasitas yang jauh
lebih kecil dibandingkan LTM, STM memiliki peranan penting dalam pemrosesan
memori. Suatu karakteristik lain pada STM adalah kapasitas penyimpanannya yang
terbatas diimbangi oleh kapasitas pemrosesan yang juga terbatas, dan bukan
hanya itu, terdapat pula pertukaran (Trade
Off) konstan antara kapasitas penyimpanan dan kemampuan pemrosesan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi memori jangka pendek, yaitu: Efek posisi
serial (The Serial Position Effect). Sejumlah
item-item atau objek yang disajikan secara berurutan akan mempengaruhi ingatan
seseorang. Item-item atau objek-objek yang berada pada posisi atau urutan
bagian awal (depan) dan juga akhir (belakang) akan cenderung diingat lebih baik
daripada item-item atau objek-objek yang berada pada urutan di tengah. Sebab informasi atau item-item
yang terletak di bagian awal atau depan akan lebih dulu memasuki ingatan jangka
pendek sehingga memungkinkan dilakukan pengulangan di dalam pikiran secara
memadai untuk kemudian dipindahkan ke dalam ingatan jangka panjang.
Bagi informasi yang terletak di tengah urutan, ketika
memasuki ingatan jangka pendek bersamaan waktunya dengan proses pengulangan
informasi di bagian depan, sehingga hanya sedikit kapasitas bagi pengulangan
kembali informasi yang terletak di tengah. Dengan demikian informasi yang
terletak di tengah urutan belum sampai dipindahkan ke ingatan jangka panjang.
Sementara itu, informasi yang terletak di bagian akhir cenderung diingat lebih
baik, sebab informasinya masih berada pada ingatan jangka pendek pada waktu di
recall. Pengaruh informasi yang terletak pada daftar urutan awal penyajian
terhadap kuatnya ingatan disebut primacy effects. Sementara itu, pengaruh
informasi yang terletak pada daftar urutan terakhir penyajian terhadap kuatnya
ingatan disebut recency effects. Memori jangka pendek menyimpan informasi
melalui suara atau bunyi sementara memori janka panjang menyimpan informasi
melalui bahasa atau makna.
C.
Dukungan Neorosis Kognitif, Model Memori Kerja,
Kapasitas STM, Penyandian Informasi Dalam STM, Pengambilan Informasi Dari STM
1)
Dukungan neorosis kognitif
Penemuan-penemuan
neurofisiologis menunjukkan bahwa kedua penyimpanan memori yang berbeda
tersebut memiliki letak tertentu dalam struktur otak manusia. Studi-studi
neurofisiologis tersebut melibatkan pasien-pasien klinis yang mengalami sejenis
trauma fisik atau cedera otak. Misalnya
kasus K.F yang diteliti oleh Warrington dan Shallice pada tahun 1969, K.F
memilki LTM yang berfungsi secara normal, namun ia mengalami kesulitan besar
mengingat serangkaian angka . Dalam kasus K.F, K.F mengalami gangguan STM namun
bukan LTM.
2)
Model memori kerja
Model memori kerja( WM- Working Memory) yang dikembangkan Baddeley
dan Hitch (1974) merupakan upaya untuk meniru proses-proses yang bekerja dalam
STM. Oleh karena itu, ini merupakan alternatif bagi peyimpanan jangka pendek
yang dikemukakan oleh Atkinson dan Shiffrin. Memori kerja didefenisikan secara
konseptual sebagai suatu tipe meja kerja (Workbench)
yang secara konstan mengubah, mengkombinasikan, dan memperbarui informasi baru
dan lama.
Ada tiga komponen utama
dalam memori kerja, yaitu:
a.
Pengulangan fonologis
Pengulangan fonologis (Artikulatori) menyimpan bunyi-bunyi wicara dalam jumlah terbatas
untuk kurun waktu singkat. Pengulangan fonologis terdiri dari dua komponen,
yaitu penyimpanan fonologis pasif dan proses pengendalian artikulatori atau
subvokal yang membantu latihan mental.
b.
Papan sketsa visuospasial
Papan sketsa visuospasial (memori kerja visuospasial)
adalah versi visual pengulangan fonologis, memyimpan untuk sementara dan
memanipulasi informasi visual dan spasial dengan cara yang sama seperti
pengulangan fonologis dalam wicara.
c.
Pelaksana pusat
Pelaksana pusat mengatur sumber daya atensional ke
subsistem-subsistem lain dalam WM, serta bertanggung jawab atas proses-proses
berpikir tingkat tinggiyang digunakan dalam penalaran dan pemahaman bahasa.
Pelaksana pusat hanya memiliki kapasitas atensional terbatas dan tidak memiliki
kapasitas penyimpanan (penyimpanan terletak di dalam cabang sistem-sistem budak
dan LTM) jika suatu tugas terlalu menuntut
maka sumber daya-sumber daya pelaksana pusat akan habis dan
mengakibatkan penurunan kinerja tugas. Jadi pelaksana pusat adalah perantara
antara sistem-sistem budak dan LTM, fokus dan mengalihkan perhatian dalam
tugas-tugas, serta mengaktivasi representasi-representasi dalam LTM (Logie &
Duff, 1996).
Kemudian pada tahun 2000, Baddeley menambahkan
satu komponen lagi dalam model memori
kerja, yaitu penyangga episodik. Penyangga episodik bertindak sebagai alat
penghubung antara sistem-sistem budak lain dan LTM. Peyangga episodik juga
sebagai tempat penyimpanan sementara di mana informasi dari sejumlah sumber
digabungkan menjadi suatu kesatuan utuh yang dapat ditarik dan digunakan
sebagai suatu ruang percontohan untuk membantu dalam belajar.
3)
Kapasitas STM
Lloyd dan Margaret Peterson adalah
para peneliti yang mempelajari durasi STM, namun Miller lah yang dalam karyanya
yang berwawasan mempelajari kapasitas STM. Miller menyimpulkan bahwa STM memuat
tujuh unit. Menurutnya, catatan resmi paling awal tentang keterbatasan
ditemukan pada pengamatan Sir William Hamilton, seorang filsuf abad ke-19, yang
mengatakan “ jikalau anda melemparkan segemgam kelereng ke lantai, anda
paling-paling hanya mampu mengamati secara sekaligus hanya enam kelereng tau
paling banyak tujuh kelereng tanpa rasa bingung”. Dengan demikian Miller
menyusun hipotesis bahwa kapasitas kita untuk memproses informasi memiliki
batas sekitar tujuh unit.
4)
Penyandian informasi dalam STM
Informasi yang tersimpan dalam STM dapat berupa
informasi auditorik, visual, atau
sematik tergantung jenis informasi atau jenis tugas yang dialami seseorang.
a)
Sandi auditorik
STM nampaknya beroperasi menggunakan sandi auditorik,
bahkan sekalipun informasi tersebut dihasilkan dari sandi non-auditorik seperti
stimulus visual. Misalnya ketika
anda ditanya tentang berapa jumlah jendela di rumah anda,
anda memang menggunakan sandi visual untuk menghasilkan informasi yang
dibutuhkan, namun anda menghitung dan melaporkan dan melaporkan jawaban dalam
sandi auditorik.
Conrad menemukan bahwa kekeliriuan dalam-kekeliruan
dalam STM bersumber dari kekeliruan auditorik bukan kekeliruan visual. Dalam
ekperimennya, Conrad menanyangkan huruf-huruf yang bunyinya mirip (B dan V),
dan berdasarkan huruf-huruf tersebut, ia menyusun rangkaian-rangkaian huruf
yang tiap rangkaiannya terdiri dari enam huruf. Rangkaian-rangkaian tersebut
disajikan kepada partisipan. Huruf-huruf tersebut disajikan dalam bentuk
auditorik dan visual. Diasumsikan bahwa para partisipan yang mendapatkan
stimuli auditorik (mendengar huruf) akan membuat kekeliruan pada huruf-huruf
yang bunyinya serupa, sedangkan para partisipan yang mendapatkan stimuli visual
(membaca huruf) akan membuat kekeliruan berdasarkan struktur visual huruf-huruf
tersebut.
Secara umum, diasumsikan bahwa memori yang terlibat
dalam pemprosesan informasi bersifat akustik (secara dominan) dan kesalahan
yang paling besar akan didapati pada partisipan yang mendapat stimuli suara.
b)
Sandi visual
Posner dan rekan-rekannya, menemukan bahwa setidaknya
dalam sebagian kecil waktu informasi disandikan secara visual dalam STM. Dalam
ekperimen tersebut, para peneliti menyajikan huruf-huruf berpasangan dalam tiga
mode, yaitu mode yang pertama, huruf berpasangan yang identik dalam pelafalan
dan bentuk (AA, aa). Mode yang kedua, huruf berpasangan yang memiliki pelafalan
yang sama tapi bentuk berbeda (Aa) dan mode yang ketiga, huruf berpasangan yang
memiliki perbedaan pelafalan sekaligus berbeda bentuk (AB, ab).
Para partisipan diminta menunjukkan (dengan menekan
tombol) apakah kedua huruf yang ditampilkan adalah huruf yang sama.huruf-huruf
disajikan satu demi satu dengan jeda waktu yang bervariasi : 0 detik (artinya
huruf-huruf disajikan serentak), 0,5 detik, 1 detik atau 2 detik. Para peneliti
mengasumsikan bahwa bila pasangan huruf tersebut diproses secara auditorik
seharusnya partisipan memerlukan waktu lebih lama untuk memproses AA disbanding
Aa. Namun, bila penyandian visual juga penting maka partisipan akan memerlukan
waktu yang lama untuk merespon Aa dibandingkan AA.
c)
Sandi sematik
Sandi sematik adalah sandi yang berhubungan dengan
makna. Ekperimen Delos Wickens dan rekan-rekannya, dilakukan berdasarkan konsep
inhibisi proaktif (Proactive Inhibition /PI).
PI adalah sebuah fenomena ketika kemampuan mengingat dihambat oleh adanya
hubungan sematik antara daftar yang diingat dengan daftar sebelumnya. Misalnya
ketika seorang partisipan diminta mengingat sebuah daftar kata-kata yang
tergabung dalam satu kategori (nama-nama buah), mereka mungkin dapat mengingat
90 persen isi daftar tersebut. Namun, bila mereka diminta mengingat daftar
kedua juga berisi nama-nama buah, kemampuan mereka mengingat daftar tersebut
hanya sebesar 30 persen. Selanjutnya jika partisipan yang sama diminta
mempelajari daftar ketiga yang juga berisi nama-nama buah, kemampuan mengingat
semakin menurun.
Inhibisi proaktif ini mengindikasikan bahwa informasi
sematik sedang diproses dalam STM karena informasi tersebut saling “mengganggu”
dengan informasi-informasi dari daftar berikutnya.
5)
Pengambilan informasi dari STM
Era modern pemprosesan
informasi sangat di pengaruhi oleh sebuah teknik ekperimental yang di
kembangkan oleh Saul Sternberg. Teknik ini melibatkan sebuah tugas pemindaian
serial yang didalamnya pertisipan mendapatkan stimuli berupa serangkaian item,
misalnya angka, dengan jeda 1,2 detik setiap item. Diasumsikan bahwa item-item
tersebut disimpan dalam STM partisipan. Setelah partisipan menghapalkan daftar,
ia menekan sebuah tombol untuk memunculkan sebuah angka yang ada (atau yang
tidak ada) dalam daftar yang telah
dilihat sebelumnya. Tugas partisipan adalah membandingkan angka tersebut dengan
daftar yang telah diingatnya dan menjawab apakah angka tersebut memang ada
didaftar atau tidak. Setiap tugas berisi daftar yang berbeda. para peneliti
mengubah-ubah ukuran daftar sesuai kapasitas STM yaitu dari satu hingga enam
angka. Pada dasarnya, tugas ini
mengharuskan partisipan mencari angka-angka dalam suatu daftar untuk
menemukan jawaban yang tepat.pencarian seperti ini dapat berhenti dengan
sendirinya saat partisipan telah menemukan angka tersebut dan memberikan
jawaban, sebaliknya partisipan mungkin melakukan pencarian menyeluruh terhadap
daftar di memori sebelum melaporkan jawabannya, terlepas ia menemuka angka itu
atau tidak.
Waktu reaksi
mencerminkan waktu yang diperlukan partisipan untuk melakukan pencarian angka
pada daftar dalam memori dan waktu reaksi dapat berperan sebagai dasar untuk
menggambarkan struktur STM sekaligus menggambarkan hukum-hukum pengambilan
informasi dari struktur tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Model-model memori ganda
Menurut james memori ganda dibedakan menjadi dua,
yaitu: pertama, memori primer atau memori jangka pendek dan memori sekunder
atau memori jangka panjang.
2.
Memori jangka pendek
Atkinson dan shiffrin berpendapat bahwa memori jangka
pendek (stm- short term memory)
adalah bagian di mana pemprosesan seperti aritmatika mental dilakukan. Adapun
factor-faktor yang mempengaruhi memori jangka pendek, yaitu: effek posisi
serial (the serial position effects).
3.
Dukungan neorosis kognitif, model memori kerja, kapasitas STM,
penyandian informasi dalam STM, pengambilan informasi dari STM
a.
Dukungan neorosis kognitif
b.
Model memori kerja
Ada
tiga komponen utama dalam memori kerja yaitu pertama, pengulangan fonologis.
Kedua, papan sketsa visuospasial. Ketiga, pelaksana pusat.
c.
Kapasitas STM
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, miller menyimpulkan bahwa stm memuat tujuh unit
d.
Penyandian informasi dalam STM
Ada
beberapa bentuk penyandian informasi dalam stm, yaitu sandi auditorik, sandi
visual dan sandi sematik.
e.
Pengambilan informasi dari STM
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu
pemakalah mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun untuk dapat dijadikan acuan
dimasa yg akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Solso, Robert L Dkk. 2007. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlannga.
Marliany, Rosleny. 2010. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Ling, Jonathan dan Jonathan
Catling. 2012. Psikologi Kognitif. Erlangga.
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.
terima kasih artikelnya sangat bermanfaat kunjungi juga
BalasHapusMy blog