Rabu, 15 Oktober 2014

Psikoanalisis Konseling


PSYCHOANALITY COUNSELING

A.    Menjelaskan Tentang Manusia (Freud)
Freud ini menganggap bahwa manusia adalah makhluk yang tidak mampu mengontrol atau menghadapi tigkah lakunya sendiri. Sedangkan Positivisme disini adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan pengetahuan dan fakta terutama dibidang fisika dan fisiologi.
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah determinisme..

B.     Menjelaskan Tentang Kepribadian, Struktur Kepribadian, dan Perkembangan Kepribadian
1.      Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyakorang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi (Pervin).

2.      Struktur Kepribadian
Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga struktur atau aspek, yaitu :
a.       Das Es (The id), yaitu aspek biologis
Das Es atau dalam bahasa Inggris the id disebut juga oleh Freud  System der Unbewusten. Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang original di dalam kepribadian dan dari aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh. Pedoman ini disebut Freud “Prinsip Kenikmatan atau Prinsip Keenakkan”.
Untuk menghilangkan ketidakenakkan dan mencapai kenikmatan, maka das Es mempunyai dua cara (alat proses), yaitu :
1.      Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin, berkedip, dan sebagainya.
2.      Proses primer, seperti orang lapar yang membayangkan makanan. 

b.      Das Ich (The ego), yaitu aspek psikologi
Das Ich atau dalam bahasa Inggris the ego yang disebut juga System der Bewusste-Vorbewussten. Aspek ini adalah aspek Psikologis daripada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Orang yang lapar mesti perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam dirinya, ini berarti bahwa organisme harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataan tentang makanan.
Di dalam berfungsinya das Ich berpegang teguh pada “Prinsip Kenyataan atau Prinsip Realitas”. Tujuannya adalah untuk mencari obyek yang tepat untuk mereduksikan tegangan yang timbul dalam organisme. Das Ich dapat pula dipandang sebagai aspek ekslusif kepribadian, karena das Ich ini mengontrol jalan-jalan yang ditempuh dalam memilih kebutuhan yang dapat dipenuhi dan memilih obyek-obyek yang dapat memenuhi kebutuhannya, serta cara-cara memenuhinya.

c.       Das Ueber Ich (The super ego), yaitu aspek sosiologis
Das Ueber Ich adalah aspek sosiologi kepribadian yang merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya yang diajarkan dengan berbagai perintah dan larangan. Das Ueber Ich lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu das Ueber Ichdapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsinya adalah untuk menentukan apakah sesuatu itu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Adapun fungsi pokok das Ueber Ich itu dapat dilihat dalam      hubungan dengan ketiga aspek kepribadian itu, yaitu :
1.      Merintangi impuls-impuls das Es, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat.
2.      Mendorong das Ich untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas daripada realitas.
3.      Mengejar kesempurnaan.

3.      Perkembangan Kepribadian
Kepribadian itu berkembang dalam hubungan dengan empat macam sumber tegangan pokok, yaitu :
a.       Proses pertumbuhan fisiologis
b.      Frustasi
c.       Konflik
d.      Ancaman
Identifikasi
Freud mempergunakan istilah identifikasi dan bukan imitasi, sebab menurutnya istilah imitasi mengandung arti peniruan yang dangkal, sedangkan dalam identifikasi apa yang ditiru itu lalu menjadi bagian daripada kepribadiannya. Anak mengidentifikasikan diri dengan orang tuanya, karena baik anak mereka itu adalah omnipotent, setidak-tidaknya selama mereka masih sangat kecil, setelah anak lebih besar dia menemukan orang-orang lain tempat dia mengidentifikasikan diri, oleh karena ternyata orang-orang lain itu lebih cocok dengan kebutuhannya. Tiap masa mempunyai tokoh identifikasi yang khas yang pada umumnya identifikasi ini berlangsung dengan tidak disadari, dan jarang dilakukan dengan maksud sadar. Daripada itu perlu dikemukakan bahwa orang tidak perlu mengidentifikasikan diri dengan semua hal yanga ada pada orang lain tempat dia mengidentifikasikan diri itu, akan tetapi biasanya dia memilih hal-hal yang dalam anggapannya akan dapat menolongnya untuk mencapai sesuatu maksud.

Pemindahan Obyek
Adapun arah pemindahan obyek ini ditentukan oleh dua faktor, yaitu :
1.      Kemiripan obyek pengganti terhadap obyek aslinya
2.      Sanksi-sanksi dan larangan-larangan masyarakat

a.       Mekanisme Pertahanan
Karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang berlebih-lebihan, maka das Ich kadang-kadang terpaksa mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan atau mereduksi tegangan. Cara-cara yang demikian itu disebut mekanisme pertahanan. Dan semua mekanisme pertahanan itu mempunyai kesamaan sifat-sifat, yaitu :
1.      Kesemuanya itu menolak,memalsukan atau menggangu kenyataan.
2.      Kesemuanya itu bekerja dengan tidak disadari, sehingga orang yang bersangkutan tidak tahu apa yang sedang terjadi.



C.    Kasus Klien
Siska 17 tahun, kelas XII merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Ayahnya adalah seorang nahkoda kapal pesiar ternama di Riau, sedangkan ibunya sudah lama meninggal saat berprofesi menjadi pramugari dan pesawatnya kecelakaan meledak di udara, saat itu usia Siska 3,5 tahun. Siska dirumah hanya tinggal dengan pembantu dan tukang kebun, karena saudaranya sudah berkeluarga dan sekarang memiliki rumah sendiri. Kejadian masa lalu membuat Siska sering bertingkah aneh, Siska tidak pernah mau jika satu kelompok belajar dengan laki-laki. Dan setiap melihat laki-laki dirinya merasakan ingin melemparkan sesuatu ke wajah laki-laki tersebut. Dan yang membuatnya khawatir adalah pada usia 17 tahun dirinya sama sekali belum tertarik atau simpatik kepada laki-laki.
Proses konselingnya :
Dimana tujuan dari konseling psikoanalisis adalah menggali ketidaksadaran dan bekerja ke arah pengubahan kepribadian secara radikal. Konselor memulai konseling dengan terapiotik yang berawal dari pembicaraan klien kepada katarsis. Asosiasi bebas dengan pemanggilan kembali pengalaman masa lampau. Klien menceritakan kepada konselor sesuatu yang selama ini belum pernah diceritakan, yakni kebenciannya pada setiap laki-laki. Pembicaraan awal ini dinilai sudah cukup baik bagi langkah selanjutnya, karena klien sudah melepaskan represi yang selama ini dipendam. Disini konselor membangun hubungan kerja dengan klien, dan banyak mendengar dan menafsirkan. Konselor perlu mengorganisasikan proses terapiotik dalam konteks pemahaman terhadap struktur kepribadian.
Konselor mencoba menyoroti kurangnya perhatian dari bapaknya dengan analisis dan penafsiran transferensi yang mendorong klien untuk mengalamatkan pada analisis “urusan yang tak selesai” yakni klien tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya yang pada waktu itu klien berusia 3,5 tahun sudah harus ditinggalkan orang tuanya, ayahnya pergi kerja sebagai nahkoda yang berlayar selama berbulan-bulan, sedangkan ibunya meninggal karena kecelakaan pada usia klien masih balita. Kurangnya pemberian kasih sayang seorang ayah kepada anaknya, dan perhatian sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang emosional anak. Analisis transferensi dapat memungkinkan klien mampu menembus konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya sehingga sekarang menghambat pertumbuhan emosionalnya. Maka posisi konselor disini menjadi pengganti bapak dari klien yang berpengaruh dalam kehidupan klien. Setelah proses terapiotik ini, klien akan mengalami kenyamanan dan merasakan kasih sayang dari orang tua (bapak) yang selama ini jarang dia dapatkan, dan diharapkan klien.
D.    Tujuan Konseling
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.
1.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial individu adalah sebagai berikut :
a.       Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b.      Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
c.       Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai denganajaran agama yang dianut.
d.      Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.
e.       Memiliki sikap posotif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
f.       Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
g.      Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
h.      Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
i.        Memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.
j.        Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
k.      Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif. 

2.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah sebagai berikut :
a.       Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, dan sebagainya.
b.      Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
c.       Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mencatat pelajaran, dan sebgainya.
d.      Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, dan sebgainya.
e.       Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

3.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah sebagai berikut :
a.       Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan.
b.      Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja, dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun tanpa merasa rendah diri, dan sebagainya.
c.       Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan yang dituntut, dan sebagainya.
d.      Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat.
e.       Dapat membentuk pola-pola karir yaitu kecenderungan arah karir.
f.       Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamana dalam suatu karir dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.

E.     Menjelaskan Berbagai Macam Teknik Dasar Dalam Konseling
Keberhasilan konseling banyak ditentukan oleh kefektifan konselor dalam menggunakan berbagai teknik. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik-teknik konseling mulai dari persiapan, pelaksanaan , dan penggunaan berbagai pendekatan.
1.      Persiapan untuk konseling, yaitu ada tiga hal yang harus dilakukan konselor dalam memulai proses konseling yaitu membentuk kesiapan untuk konseling, memperoleh informasi riwayat kasus, dan evaluasi psikodiagnostik.
2.      Pelaksanaan konseling, yaitu proses bimbingan yang dilakukan dengan berbagai pendekatan-pendekatan antara konselor dan klien.
3.      Penggunaan berbagai pendekatan, dilakukan untuk menjalin hubungan yang baik antara konselor dan klien dengan menguasai berbagai teknik, yaitu :
a.       Teknik Rapport, merupakan suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama yaitu untuk menjembatani hubungan antara konselor dan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya. Dimana dalam rapport ini akan tercipta suasana hubungan yang akrab, yang ditandai dengan saling mempercayai.
b.      Refleksi perasaan, merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalan bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang esensial (perlu). Perasaan-perasaan yang diekspresikan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu yang positif, negatif, dan ambivalen.
c.       Teknik-teknik penerimaan, merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar klien merasa diterima dalam proses konseling. Ada tiga unsur dalam teknik penerimaan ini yaitu ekspresi air muka, tekanan suara, dan jarak dan perawakan.
d.      Teknik menstrukturkan, merupakan proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakekat, batas-batas, dan tujuan proses konseling pada umumnya, dan hubungan tertentu pada khususnya.
e.       Diam sebagai suatu teknik, merupakan teknik hubungan konseling yang mempunyai berbagai makna. Diantaranya penolakan atau kebimbangan klien, klien mengalami perasaan sakit dan tidak siap untuk bicara, klien sedang memikirkan apa yang dikatakan, dll.
f.       Teknik-teknik memimpin, merupakan keadaan dimana konselor berada di depan atau di samping pikiran klien dan keadaan dimana konselor mengarahkan pemikiran klien kepada penerimaan perkataan konselor.
g.      Memberikan jaminan, merupakan semacam pemberian ganjaran di masa yang akan datang. Pemberian jaminan ini dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan persetujuan, prediksi hasil, pasca-diksi hasil, kondisi wawancara, jaminan faktual, dan mengembalikan pertahanan diri.
h.      Keterampilan mengakhiri, merupakan teknik hubungan dalam proses konseling untuk mengakhiri wawancara dalam konseling. Yang dapat dilakukan dengan cara mengatakan bahwa waktu sudah habis, merangkum isi pembicaraan, menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang, berdiri, isyarat gerakan tangan, menunjukkan catatan-catatan singkat, dan memberikan tugas-tugas tertentu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar