PSYCHOANALITY
COUNSELING
A.
Menjelaskan Tentang Manusia (Freud)
Freud
ini menganggap bahwa manusia adalah makhluk yang tidak mampu mengontrol atau
menghadapi tigkah lakunya sendiri. Sedangkan Positivisme disini adalah cara
pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan pengetahuan dan fakta terutama
dibidang fisika dan fisiologi.
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional
yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual
tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini
menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang
sifat manusia pada dasarnya adalah determinisme..
B.
Menjelaskan Tentang Kepribadian, Struktur
Kepribadian, dan Perkembangan Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah seluruh
karakteristik seseorang atau sifat umum banyakorang yang mengakibatkan pola
yang menetap dalam merespon suatu situasi (Pervin).
2. Struktur Kepribadian
Menurut Freud
kepribadian terdiri atas tiga struktur atau aspek, yaitu :
a. Das Es (The id), yaitu aspek biologis
Das
Es atau dalam bahasa Inggris the id
disebut juga oleh Freud System der Unbewusten. Aspek ini adalah
aspek biologis dan merupakan sistem yang original di dalam kepribadian dan dari
aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh. Pedoman ini disebut Freud “Prinsip
Kenikmatan atau Prinsip Keenakkan”.
Untuk menghilangkan
ketidakenakkan dan mencapai kenikmatan, maka das Es mempunyai dua cara (alat
proses), yaitu :
1. Refleks dan reaksi-reaksi otomatis,
seperti bersin, berkedip, dan sebagainya.
2. Proses primer, seperti orang lapar yang
membayangkan makanan.
b. Das Ich (The ego), yaitu aspek psikologi
Das
Ich atau dalam bahasa Inggris the ego yang
disebut juga System der
Bewusste-Vorbewussten. Aspek ini adalah aspek Psikologis daripada kepribadian
dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan
dunia kenyataan. Orang yang lapar mesti perlu makan untuk menghilangkan
tegangan yang ada dalam dirinya, ini berarti bahwa organisme harus dapat
membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataan tentang makanan.
Di
dalam berfungsinya das Ich berpegang teguh pada “Prinsip Kenyataan atau Prinsip
Realitas”. Tujuannya adalah untuk mencari obyek yang tepat untuk mereduksikan
tegangan yang timbul dalam organisme. Das Ich dapat pula dipandang sebagai
aspek ekslusif kepribadian, karena das Ich ini mengontrol jalan-jalan yang
ditempuh dalam memilih kebutuhan yang dapat dipenuhi dan memilih obyek-obyek
yang dapat memenuhi kebutuhannya, serta cara-cara memenuhinya.
c. Das Ueber Ich (The super ego), yaitu
aspek sosiologis
Das
Ueber Ich adalah aspek sosiologi kepribadian yang merupakan wakil dari
nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan
orang tua kepada anak-anaknya yang diajarkan dengan berbagai perintah dan
larangan. Das Ueber Ich lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan,
karena itu das Ueber Ichdapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian.
Fungsinya adalah untuk menentukan apakah sesuatu itu benar atau salah, pantas
atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak
sesuai dengan moral masyarakat.
Adapun
fungsi pokok das Ueber Ich itu dapat dilihat dalam hubungan
dengan ketiga aspek kepribadian itu, yaitu :
1. Merintangi impuls-impuls das Es,
terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang
oleh masyarakat.
2. Mendorong das Ich untuk lebih mengejar
hal-hal yang moralitas daripada realitas.
3. Mengejar kesempurnaan.
3. Perkembangan Kepribadian
Kepribadian
itu berkembang dalam hubungan dengan empat macam sumber tegangan pokok, yaitu :
a. Proses pertumbuhan fisiologis
b. Frustasi
c. Konflik
d. Ancaman
Identifikasi
Freud
mempergunakan istilah identifikasi dan bukan imitasi, sebab menurutnya istilah
imitasi mengandung arti peniruan yang dangkal, sedangkan dalam identifikasi apa
yang ditiru itu lalu menjadi bagian daripada kepribadiannya. Anak
mengidentifikasikan diri dengan orang tuanya, karena baik anak mereka itu
adalah omnipotent, setidak-tidaknya
selama mereka masih sangat kecil, setelah anak lebih besar dia menemukan
orang-orang lain tempat dia mengidentifikasikan diri, oleh karena ternyata
orang-orang lain itu lebih cocok dengan kebutuhannya. Tiap masa mempunyai tokoh
identifikasi yang khas yang pada umumnya identifikasi ini berlangsung dengan
tidak disadari, dan jarang dilakukan dengan maksud sadar. Daripada itu perlu
dikemukakan bahwa orang tidak perlu mengidentifikasikan diri dengan semua hal
yanga ada pada orang lain tempat dia mengidentifikasikan diri itu, akan tetapi
biasanya dia memilih hal-hal yang dalam anggapannya akan dapat menolongnya
untuk mencapai sesuatu maksud.
Pemindahan Obyek
Adapun arah pemindahan
obyek ini ditentukan oleh dua faktor, yaitu :
1. Kemiripan obyek pengganti terhadap obyek
aslinya
2. Sanksi-sanksi dan larangan-larangan
masyarakat
a. Mekanisme Pertahanan
Karena
tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang berlebih-lebihan, maka das Ich
kadang-kadang terpaksa mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan atau
mereduksi tegangan. Cara-cara yang demikian itu disebut mekanisme pertahanan.
Dan semua mekanisme pertahanan itu mempunyai kesamaan sifat-sifat, yaitu :
1. Kesemuanya itu menolak,memalsukan atau
menggangu kenyataan.
2. Kesemuanya itu bekerja dengan tidak
disadari, sehingga orang yang bersangkutan tidak tahu apa yang sedang terjadi.
C.
Kasus Klien
Siska
17 tahun, kelas XII merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Ayahnya adalah
seorang nahkoda kapal pesiar ternama di Riau, sedangkan ibunya sudah lama
meninggal saat berprofesi menjadi pramugari dan pesawatnya kecelakaan meledak
di udara, saat itu usia Siska 3,5 tahun. Siska dirumah hanya tinggal dengan
pembantu dan tukang kebun, karena saudaranya sudah berkeluarga dan sekarang
memiliki rumah sendiri. Kejadian masa lalu membuat Siska sering bertingkah
aneh, Siska tidak pernah mau jika satu kelompok belajar dengan laki-laki. Dan
setiap melihat laki-laki dirinya merasakan ingin melemparkan sesuatu ke wajah laki-laki
tersebut. Dan yang membuatnya khawatir adalah pada usia 17 tahun dirinya sama
sekali belum tertarik atau simpatik kepada laki-laki.
Proses konselingnya :
Dimana
tujuan dari konseling psikoanalisis adalah menggali ketidaksadaran dan bekerja
ke arah pengubahan kepribadian secara radikal. Konselor memulai konseling
dengan terapiotik yang berawal dari pembicaraan klien kepada katarsis. Asosiasi
bebas dengan pemanggilan kembali pengalaman masa lampau. Klien menceritakan
kepada konselor sesuatu yang selama ini belum pernah diceritakan, yakni
kebenciannya pada setiap laki-laki. Pembicaraan awal ini dinilai sudah cukup
baik bagi langkah selanjutnya, karena klien sudah melepaskan represi yang
selama ini dipendam. Disini konselor membangun hubungan kerja dengan klien, dan
banyak mendengar dan menafsirkan. Konselor perlu mengorganisasikan proses
terapiotik dalam konteks pemahaman terhadap struktur kepribadian.
Konselor
mencoba menyoroti kurangnya perhatian dari bapaknya dengan analisis dan
penafsiran transferensi yang mendorong klien untuk mengalamatkan pada analisis
“urusan yang tak selesai” yakni klien tidak mendapatkan kasih sayang seorang
ayah kepada anaknya yang pada waktu itu klien berusia 3,5 tahun sudah harus
ditinggalkan orang tuanya, ayahnya pergi kerja sebagai nahkoda yang berlayar
selama berbulan-bulan, sedangkan ibunya meninggal karena kecelakaan pada usia
klien masih balita. Kurangnya pemberian kasih sayang seorang ayah kepada
anaknya, dan perhatian sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang emosional
anak. Analisis transferensi dapat memungkinkan klien mampu menembus
konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya sehingga sekarang
menghambat pertumbuhan emosionalnya. Maka posisi konselor disini menjadi
pengganti bapak dari klien yang berpengaruh dalam kehidupan klien. Setelah
proses terapiotik ini, klien akan mengalami kenyamanan dan merasakan kasih
sayang dari orang tua (bapak) yang selama ini jarang dia dapatkan, dan
diharapkan klien.
D.
Tujuan Konseling
Secara khusus bimbingan dan konseling
bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan
perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan
karir.
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek pribadi-sosial individu adalah sebagai berikut :
a. Memiliki komitmen yang kuat dalam
mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik
dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah,
tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat
beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya
masing-masing.
c. Memiliki pemahaman tentang irama
kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang
tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai
denganajaran agama yang dianut.
d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri
secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun
kelemahan, baik fisik maupun psikis.
e. Memiliki sikap posotif atau respek
terhadap diri sendiri dan orang lain.
f. Memiliki kemampuan melakukan pilihan
secara sehat.
g. Bersikap respek terhadap orang lain,
menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga
dirinya.
h. Memiliki rasa tanggung jawab, yang
diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
i.
Memiliki
kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan
persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.
j.
Memiliki
kemampuan dalam menyelesaikan konflik baik bersifat internal (dalam diri
sendiri) maupun dengan orang lain.
k. Memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan secara efektif.
2. Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah sebagai berikut :
a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar
yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, dan
sebagainya.
b. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar
sepanjang hayat.
c. Memiliki keterampilan atau teknik
belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mencatat pelajaran,
dan sebgainya.
d. Memiliki keterampilan untuk menetapkan
tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan
tugas-tugas, dan sebgainya.
e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan
untuk menghadapi ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek karir adalah sebagai berikut :
a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan
minat) yang terkait dengan pekerjaan.
b. Memiliki sikap positif terhadap dunia
kerja, dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun tanpa merasa rendah
diri, dan sebagainya.
c. Memiliki kemampuan untuk membentuk
identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan yang
dituntut, dan sebagainya.
d. Memiliki kemampuan merencanakan masa
depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran
yang sesuai dengan minat.
e. Dapat membentuk pola-pola karir yaitu
kecenderungan arah karir.
f. Mengenal keterampilan, kemampuan dan
minat. Keberhasilan atau kenyamana dalam suatu karir dipengaruhi oleh kemampuan
dan minat yang dimiliki.
E.
Menjelaskan Berbagai Macam Teknik Dasar Dalam
Konseling
Keberhasilan konseling banyak ditentukan
oleh kefektifan konselor dalam menggunakan berbagai teknik. Berikut ini akan
dibahas mengenai teknik-teknik konseling mulai dari persiapan, pelaksanaan ,
dan penggunaan berbagai pendekatan.
1. Persiapan untuk konseling, yaitu ada
tiga hal yang harus dilakukan konselor dalam memulai proses konseling yaitu
membentuk kesiapan untuk konseling, memperoleh informasi riwayat kasus, dan
evaluasi psikodiagnostik.
2. Pelaksanaan konseling, yaitu proses
bimbingan yang dilakukan dengan berbagai pendekatan-pendekatan antara konselor
dan klien.
3. Penggunaan berbagai pendekatan,
dilakukan untuk menjalin hubungan yang baik antara konselor dan klien dengan
menguasai berbagai teknik, yaitu :
a. Teknik Rapport, merupakan suatu kondisi
saling memahami dan mengenal tujuan bersama yaitu untuk menjembatani hubungan
antara konselor dan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap
klien dan masalahnya. Dimana dalam rapport ini akan tercipta suasana hubungan
yang akrab, yang ditandai dengan saling mempercayai.
b. Refleksi perasaan, merupakan suatu usaha
konselor untuk menyatakan dalan bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang
esensial (perlu). Perasaan-perasaan yang diekspresikan dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kategori yaitu yang positif, negatif, dan ambivalen.
c. Teknik-teknik penerimaan, merupakan cara
bagaimana konselor melakukan tindakan agar klien merasa diterima dalam proses
konseling. Ada tiga unsur dalam teknik penerimaan ini yaitu ekspresi air muka,
tekanan suara, dan jarak dan perawakan.
d. Teknik menstrukturkan, merupakan proses
penetapan batasan oleh konselor tentang hakekat, batas-batas, dan tujuan proses
konseling pada umumnya, dan hubungan tertentu pada khususnya.
e. Diam sebagai suatu teknik, merupakan
teknik hubungan konseling yang mempunyai berbagai makna. Diantaranya penolakan
atau kebimbangan klien, klien mengalami perasaan sakit dan tidak siap untuk
bicara, klien sedang memikirkan apa yang dikatakan, dll.
f. Teknik-teknik memimpin, merupakan
keadaan dimana konselor berada di depan atau di samping pikiran klien dan
keadaan dimana konselor mengarahkan pemikiran klien kepada penerimaan perkataan
konselor.
g. Memberikan jaminan, merupakan semacam
pemberian ganjaran di masa yang akan datang. Pemberian jaminan ini dapat
dilakukan dengan pernyataan-pernyataan persetujuan, prediksi hasil, pasca-diksi
hasil, kondisi wawancara, jaminan faktual, dan mengembalikan pertahanan diri.
h. Keterampilan mengakhiri, merupakan
teknik hubungan dalam proses konseling untuk mengakhiri wawancara dalam konseling.
Yang dapat dilakukan dengan cara mengatakan bahwa waktu sudah habis, merangkum
isi pembicaraan, menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang, berdiri,
isyarat gerakan tangan, menunjukkan catatan-catatan singkat, dan memberikan
tugas-tugas tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar