Selasa, 14 Oktober 2014

Kurikulum (Psikologi Pendidikan)


A.   Pengertian Kurikulum

Kurikulum bukan berasal dari Bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa Latin yang kata dasarnya adalah currere, secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada batas start batas finish. Dalam lapangan pendidikan pengertian tersebut dijabarkan bahwa bahan belajar sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri, dan bagaimana cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai gelar. [1]

Menurut Saylor, dkk 1981 mendefinisikan kurikulum adalah sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan .[2]

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa, dengan program itu para siswa dapat melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. [3]

Dan dari banyak pengertian kami menyimpulkan, kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk mempeloreh sejumlah pengetahuan.


Peran dan Fungsi Kurikulum
Sebagai salah satu komponen dalam system pendidikan, paling tidak kurikulum memiliki tiga peran, yaitu :
a.       Peran Konservatif
b.      Peran Kreatif
c.       Peran Kritis dan Evaluatif
            Asas Pengembangan Kurikulum Secara Psikologis
            Asas psikologis berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat Psikologi. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut:
1.      Aspek ketakwaan : dikembangkan dengan kelompok bidang agama.
2.      Aspek cipta : dikembangkan dengan kelompok bidang studi eksaktra, social, bahasa dan filsafat.
3.      Aspek rasa: dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni.
4.      Aspek Karsa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi etikam budi pekerti, agama, PMP, PPKN.
5.      Aspek Karya : dikembangkan melalui kegiatan penelitian, independent studi, pengembangan bakat.
6.      Aspek Karya (keprigelan) : dikembangkan dengan berbagai mata pelajaran ketrampilan.
7.      Aspek Kesehatan : dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
8.      Aspek Sosial: dikembangkan melalui kegiatan praktik lapangan, gotong royong, kerja bakyi, KKN, PPL, dsb.
9.      Aspek Individu : dikembangkan melalui pembinaan bakat, kerja mandiri.[4]

B.   Model Pemilihan Tujuan (Teori Tyler)

Model ini berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah berkomunikasi atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan atau sebagai petunjuk perencanan untuk kegiatan pengelolaan. Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Setiap model memiliki kekhasan tertentu, dan disini kami hanya menjelaskan mengenai model Tyler.
Menurut  Tyler pengembangan kurikulum Tyler yang dapat ditemukan dalam buku klasik yang sampai sekarang banyak dijadikan rujukan dalam proses pengembangan kurikulum yang berjudul Basic Principles Of Curriculum and Instruction. Sesuai dengan judul bukunya, model pengembangan kurikulum Tyler ini, bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Dengan demikian, model ini tidak menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah konkrit atau tahapan-tahapan secara rinci.
Menurut tyler ada empat hal yang dianggap fundamental untuk mengmbangkaan kurikulum. Pertama berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, kedua, berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, ketiga, pengorganisasian pengalaman belajar dan keempat, berhubungan dengan evaluasi.
a.      Menentukan Tujuan
Dalam penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama yang harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan tyler memang tidak menjelaskan secara detail tentang sumber tujuan. Namun demikian, Tyler menjelaskan bahwa sumber perumusan tujuan dapat berasal dari siswa, studi kehidupan masa kini, disiplin ilmu, filosofis dan psikologis belajar.

b.      Menentukan Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar menunjukkan kepada aktivitas siswa didalam proses pembelajaran. Dengan demikian yang harus dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah apa yang akan atau telah dikerjakan siswa “bukan” apa yang akan atau diperbuat guru”. Untuk itulah guru sebagai pengembang kurikulum mestinya memahami apa minat siswa, serta bagaimana latar belakangnyanya.

c.       Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Langkah ini memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.

d.      Evaluasi
Proses evaluasi merupakan langkah yang sangat penting untuk mendapatkan informasi tentang kecapaian tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi memegang peranan yang cukup penting, sebab dengan evaluasi dapat ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah atau belum.
Ada fungsi evaluasi, yaitu evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik dan untuk melihat efektivitas proses pembelajaran. [5]

1.    Siswa
Siswa merupakan sumber data yang pertama dan utama. Kita wajib memiliki gambaran mengenai kemampuan siswa supaya dapat menentukan apa yang kiranya sudah dimilikinya.



2.    Masyarakat
Tujuan yang bersumberkan masyarakat yang dibicarakan secara singkat ini adalah tujuan yang dasarnya hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat.
Dalam mata pelajaran yang lebih tradisional pun tujuan yang bersumberkan masyarakat sering juga ada. Unit-unit dalam mata pelajarn bahasa inggris yang membahas pengaruh media massa, perbedaan fakta dan opini, dan kemampuan menuliskan surat-surat dagang dan surat-surat pribadi, semuanya bertalian dengan tujuan yang bersumberkan masyarakat.

3.    Bidang Studi sebagai Sumber Tujuan
Sumber tujuannya bukan sekedar mengenai apa yang telah guru ketahui atau dipelajari dari perguruan tinggi, dan yang sebaiknya adalah dengan meminta siswa mengenali konsep mengenai mata pelajarannya. Dan dari situ terkadang penyebab perilaku muncul sering timbul sesudah diperoleh hasil-hasil belajar kognitif tertentu.

4.    Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam rintisan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karna desekan untuk segera mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006.
                        Ciri-ciri dan karekteristik kurikulum 2013
a.       Mewujudkan pendidikan berkarakter sebernarnya yang merupakan karakter dan ciri pokok kurikulum pendidikan sebelumnya.
b.      Menciptakan pendidikan berwawasan local wawasan merupakan satu hal yang sangat penting.
c.       Menciptakan pendidikan yang ceria dan bersahabat, pendidikan tidak hanya sebagai media pembelajaran. Tetapi pada dasarnya pendidikan merupakan tempat untuk menggali seluruh potensi dalam diri.[6]
Kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013
1.   Kelebihan
a.       Dana yang besar membuat peserta menikmati akomodasi dan konsumsi
b.      Memberi peluang guru untuk lebih kreatif dan mengajak siswa untuk kreatif dengan berbagai sumber belajar
c.       Membuat guru memiliki sikap yang terbuka untuk menerima kurikulum 2013.
d.      Membuat guru memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 disekolah
e.       Guru menjadi lebih memahami kurikulum 2013, walaupun masih terlihat kekurangan
f.       Ada praktik mengajar atau peer teaching yang membuat guru lansung praktik belajar mengajar dari materi yang dikuasainya
g.      Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi
h.      Ada post tes dan pre test untuk melihat tingkat kompetensi inti peserta yang harus dicapai
i.        Guru diharapkan mampu melaksanakan penilaian autentik dengan benar
j.        Membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP dan menerapkan pendekatan scientific benar




2.      Kekurangan
a.       Jadwal acara kurang sesuai dengan buku panduan pelatihan
b.      Keterlambatan pembagian jadwal acara, buku dan kelengkapan peserta membuat guru akhirnya menjadi kurang memahami apa yang akan dilakukan selama 5 hari pelatihan
c.       Guru hanya sekedar tahu tentang kurikulum 2013, baik sebelum pre test maupun post test, sebab banyak materi diklat yang tidak sampai keotak guru gengan baik
d.      Guru inti yang mentraining guru, ada yang kurang kompeten, bahkan guru inti masih diisi oleh tim pusat kurikulum dan pembukuan,. Kemampuan berkomunikasi lisan, dan tulisan dengan runtut benar dan santun belum terkuasai dengan baik
e.       Perubahan mind set guru selama pelatihan masih belum terjadi sebab pola piker guru belum dipahami sepenuhnya oleh guru
f.       Pemamhaman SKL, kompetensi inti, dan kompetensi dasar masih belum utuh diterima guru
g.      Tugas menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, masih banyak yang copy paste dan sekurangnya waktu untuk membaca dokumen secara mendalam
h.      Konsep pendekatan scientific masih belum dipahami, apalagi tentang metode pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan
i.        Keterampilan merancang RPP dan penilaian autentik belum sepenuhnya dikuasai oleh guru, hal ini dikarenakan guru inti yang menjadi nara sumber masih belum memiliki keterampilan merancang RPP dan penilaian autentik
Perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP
Adapun secara khusus perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP
No
Kurikulum 2013
KTSP
1
SKL (standar kompetensi lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan standar isi, yang berbentuk kerangka dasar kurikulum, yang dituangkan dalam pernebdikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013.
Standar isi detentukan terlebih dahulu melalui permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (standar kompetensi lulusan) melalui permendiknas No 23 Tahun 2006.
2
Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Lebih menekankan pada aspek pengetahuan.
3
Di jenjang Sd tematik terpadu untuk kelas 1-VI.
Di jenjang SD tematik terpadu untuk kelas 1-III.

4
Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit disbanding KTSP.
Jumlah pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding 2013.
5
Proses pembelajaran setiap tema dijenjang SD dan semua mata pelajaran dijenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach) yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya, mengola, menyajikan, menyimpulkan, dan menciptakan.
Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan komfirmasi.
6
TIK (teknologi informasi dan komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran.
TIK sebagai mata pelajaran.
7
Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
Penilaian lebih dominan pada aspek pengetahuan
8
Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib.
Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib.
9
Pemintan (penjurusan) mulai kelas untuk jenjang SMA/MA.
Penjurusan mulai kelas XI.
10
BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa.
BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa.
Itulah perbedaan beberapa kurikulum 2013 dan KTSP, walaupun kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara kurikulum 2013 dan KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan esensi kurikulum 2013 dan KTSP. Misalnya pendekatan ilmiah yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerina pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan pendekatan keterampilan proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan dikelas, bisa menjadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan dikurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya pembelajaran dikelas.[7]



SIMPULAN
            Dari kasus yang terjadi kurikulum memiliki banyak keuntungan, karna akan meningkatkan kecerdasaan siswa dan tidak akan memberatkan guru, tapi guru yang diharapkan lebih kreatif dan produktif dalam mengembangan kurikulum 2013 dan selain itu, guru harus tetap mencapai apa yang perlu dicapai dari pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan pemerintah untuk model kurikulum 2013 yang baru.
Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk mempeloreh sejumlah pengetahuan. Jadi kurikulum sangat penting untuk mencapai pembelajaran, apabila salah dalam menetapkan kurikulum maka akan salah juga pencapaiannya.
Dan dari situ kami berharap semoga penerapan kurikulum 2013 berjalan dengan lancar dan cepat berkembang di seluruh sekolah-sekolah di Indonesia.











REFERENSI
Prof. Drs. H. Dakir, 2004 .Perencanaan dan pengembangan kurikulum. PT Rineka  Cipta : Jakarta
DR. Wina Sanjaya, 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group: Jakarta
Oemar Hamalik,1994. Kurikulum dan Pembelajran. Bumi Aksara: Jakarta
Jurnal universitas gundawarman
Makalah mahasiswa fakults tarbiyah Jurusan Tadris MTK
BULETIN


[1] Prof. Drs. H. Dakir, 2004 .Perencanaan dan pengembangan kurikulum. PT Rineka  Cipta : Jakarta (hal 2)
[2] DR. Wina Sanjaya, 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group: Jakarta (hal 3-4)
[3] Oemar Hamalik,1994. Kurikulum dan Pembelajran. Bumi Aksara: Jakarta (hal 17)
[4] Prof. Drs. H. Dakir, 2004 .Perencanaan dan pengembangan kurikulum. PT Rineka  Cipta : Jakarta (hal 59-60)
[5] DR. Wina Sanjaya, 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group: Jakarta ( hal 82-87)
[6] Jurnal universitas gundawarman
[7] Makalah mahasiswa fakults tarbiyah Jurusan Tadris MTK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar