A.
Pengertian Kurikulum
Kurikulum
bukan berasal dari Bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa Latin yang kata
dasarnya adalah currere, secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari.
Lapangan tersebut ada batas start batas finish. Dalam lapangan pendidikan
pengertian tersebut dijabarkan bahwa bahan belajar sudah ditentukan secara
pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri, dan bagaimana cara untuk
menguasai bahan agar dapat mencapai gelar. [1]
Menurut
Saylor, dkk 1981 mendefinisikan kurikulum adalah sebagai sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum
yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum
yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan .[2]
Kurikulum
adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa,
dengan program itu para siswa dapat melakukan berbagai kegiatan belajar,
sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pembelajaran. [3]
Dan
dari banyak pengertian kami menyimpulkan, kurikulum adalah sejumlah mata ajaran
yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk mempeloreh sejumlah
pengetahuan.
Peran dan Fungsi
Kurikulum
Sebagai salah satu komponen dalam
system pendidikan, paling tidak kurikulum memiliki tiga peran, yaitu :
a.
Peran Konservatif
b.
Peran Kreatif
c.
Peran Kritis dan Evaluatif
Asas
Pengembangan Kurikulum Secara Psikologis
Asas psikologis berarti kegiatan
yang mengacu pada hal-hal yang bersifat Psikologi. Aspek-aspek tersebut
dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam
kurikulum sebagai berikut:
1.
Aspek ketakwaan :
dikembangkan dengan kelompok bidang agama.
2.
Aspek cipta : dikembangkan
dengan kelompok bidang studi eksaktra, social, bahasa dan filsafat.
3.
Aspek rasa: dikembangkan
dengan kelompok bidang studi seni.
4.
Aspek Karsa : dikembangkan
dengan kelompok bidang studi etikam budi pekerti, agama, PMP, PPKN.
5.
Aspek Karya : dikembangkan
melalui kegiatan penelitian, independent studi, pengembangan bakat.
6.
Aspek Karya (keprigelan) :
dikembangkan dengan berbagai mata pelajaran ketrampilan.
7.
Aspek Kesehatan :
dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
8.
Aspek Sosial: dikembangkan
melalui kegiatan praktik lapangan, gotong royong, kerja bakyi, KKN, PPL, dsb.
9.
Aspek Individu :
dikembangkan melalui pembinaan bakat, kerja mandiri.[4]
B.
Model Pemilihan Tujuan (Teori Tyler)
Model
ini berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah berkomunikasi atau sebagai
petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan atau sebagai
petunjuk perencanan untuk kegiatan pengelolaan. Nadler (1988) menjelaskan bahwa
model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan
memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan.
Setiap model memiliki kekhasan tertentu, dan disini kami hanya menjelaskan
mengenai model Tyler.
Menurut Tyler pengembangan kurikulum
Tyler yang dapat ditemukan dalam buku klasik yang sampai sekarang banyak
dijadikan rujukan dalam proses pengembangan kurikulum yang berjudul Basic
Principles Of Curriculum and Instruction. Sesuai dengan judul bukunya,
model pengembangan kurikulum Tyler ini, bersifat bagaimana merancang suatu
kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Dengan
demikian, model ini tidak menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk
langkah-langkah konkrit atau tahapan-tahapan secara rinci.
Menurut tyler ada empat hal yang dianggap fundamental untuk mengmbangkaan
kurikulum. Pertama berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai,
kedua, berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, ketiga,
pengorganisasian pengalaman belajar dan keempat, berhubungan dengan evaluasi.
a.
Menentukan Tujuan
Dalam penyusunan suatu kurikulum,
merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama yang harus dikerjakan.
Sebab, tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan tyler memang tidak
menjelaskan secara detail tentang sumber tujuan. Namun demikian, Tyler menjelaskan
bahwa sumber perumusan tujuan dapat berasal dari siswa, studi kehidupan masa
kini, disiplin ilmu, filosofis dan psikologis belajar.
b.
Menentukan
Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar adalah segala
aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar
menunjukkan kepada aktivitas siswa didalam proses pembelajaran. Dengan demikian
yang harus dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah apa yang akan atau telah
dikerjakan siswa “bukan” apa yang akan atau diperbuat guru”. Untuk itulah guru
sebagai pengembang kurikulum mestinya memahami apa minat siswa, serta bagaimana
latar belakangnyanya.
c.
Mengorganisasi
Pengalaman Belajar
Langkah ini memberikan arah bagi
pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata
bagi siswa.
d.
Evaluasi
Proses evaluasi merupakan langkah
yang sangat penting untuk mendapatkan informasi tentang kecapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Evaluasi memegang peranan yang cukup penting, sebab dengan
evaluasi dapat ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah atau belum.
Ada fungsi evaluasi, yaitu evaluasi
digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik
dan untuk melihat efektivitas proses pembelajaran. [5]
1.
Siswa
Siswa merupakan sumber data yang
pertama dan utama. Kita wajib memiliki gambaran mengenai kemampuan siswa supaya
dapat menentukan apa yang kiranya sudah dimilikinya.
2.
Masyarakat
Tujuan yang bersumberkan masyarakat
yang dibicarakan secara singkat ini adalah tujuan yang dasarnya hal-hal yang
menjadi perhatian masyarakat.
Dalam mata pelajaran yang lebih
tradisional pun tujuan yang bersumberkan masyarakat sering juga ada. Unit-unit
dalam mata pelajarn bahasa inggris yang membahas pengaruh media massa,
perbedaan fakta dan opini, dan kemampuan menuliskan surat-surat dagang dan
surat-surat pribadi, semuanya bertalian dengan tujuan yang bersumberkan
masyarakat.
3.
Bidang Studi sebagai
Sumber Tujuan
Sumber tujuannya bukan sekedar
mengenai apa yang telah guru ketahui atau dipelajari dari perguruan tinggi, dan
yang sebaiknya adalah dengan meminta siswa mengenali konsep mengenai mata
pelajarannya. Dan dari situ terkadang penyebab perilaku muncul sering timbul
sesudah diperoleh hasil-hasil belajar kognitif tertentu.
4.
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis
kompetensi yang pernah digagas dalam rintisan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karna desekan untuk segera
mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006.
Ciri-ciri
dan karekteristik kurikulum 2013
a.
Mewujudkan pendidikan
berkarakter sebernarnya yang merupakan karakter dan ciri pokok kurikulum
pendidikan sebelumnya.
b.
Menciptakan pendidikan
berwawasan local wawasan merupakan satu hal yang sangat penting.
c.
Menciptakan pendidikan yang
ceria dan bersahabat, pendidikan tidak hanya sebagai media pembelajaran. Tetapi
pada dasarnya pendidikan merupakan tempat untuk menggali seluruh potensi dalam
diri.[6]
Kelebihan
dan kekurangan kurikulum 2013
1. Kelebihan
a. Dana
yang besar membuat peserta menikmati akomodasi dan konsumsi
b. Memberi
peluang guru untuk lebih kreatif dan mengajak siswa untuk kreatif dengan
berbagai sumber belajar
c. Membuat
guru memiliki sikap yang terbuka untuk menerima kurikulum 2013.
d. Membuat
guru memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan kurikulum 2013
disekolah
e. Guru
menjadi lebih memahami kurikulum 2013, walaupun masih terlihat kekurangan
f. Ada
praktik mengajar atau peer teaching yang membuat guru lansung praktik belajar
mengajar dari materi yang dikuasainya
g. Buku dan
kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk
membaca dan menerapkan budaya literasi
h. Ada post
tes dan pre test untuk melihat tingkat kompetensi inti peserta yang harus
dicapai
i.
Guru
diharapkan mampu melaksanakan penilaian autentik dengan benar
j.
Membuat
guru memiliki keterampilan membuat RPP dan menerapkan pendekatan scientific
benar
2. Kekurangan
a. Jadwal
acara kurang sesuai dengan buku panduan pelatihan
b. Keterlambatan
pembagian jadwal acara, buku dan kelengkapan peserta membuat guru akhirnya
menjadi kurang memahami apa yang akan dilakukan selama 5 hari pelatihan
c. Guru
hanya sekedar tahu tentang kurikulum 2013, baik sebelum pre test maupun post
test, sebab banyak materi diklat yang tidak sampai keotak guru gengan baik
d. Guru
inti yang mentraining guru, ada yang kurang kompeten, bahkan guru inti masih
diisi oleh tim pusat kurikulum dan pembukuan,. Kemampuan berkomunikasi lisan,
dan tulisan dengan runtut benar dan santun belum terkuasai dengan baik
e. Perubahan
mind set guru selama pelatihan masih belum terjadi sebab pola piker guru belum
dipahami sepenuhnya oleh guru
f. Pemamhaman
SKL, kompetensi inti, dan kompetensi dasar masih belum utuh diterima guru
g. Tugas
menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan
oleh guru, masih banyak yang copy paste dan sekurangnya waktu untuk membaca
dokumen secara mendalam
h. Konsep
pendekatan scientific masih belum dipahami, apalagi tentang metode pembelajaran
yang kurang aplikatif disampaikan
i.
Keterampilan
merancang RPP dan penilaian autentik belum sepenuhnya dikuasai oleh guru, hal
ini dikarenakan guru inti yang menjadi nara sumber masih belum memiliki
keterampilan merancang RPP dan penilaian autentik
Perbedaan
kurikulum 2013 dan KTSP
Adapun secara khusus perbedaan kurikulum 2013
dan KTSP
No
|
Kurikulum 2013
|
KTSP
|
1
|
SKL
(standar kompetensi lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui permendikbud
No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan standar isi, yang berbentuk
kerangka dasar kurikulum, yang dituangkan dalam pernebdikbud No 67, 68, 69,
dan 70 Tahun 2013.
|
Standar
isi detentukan terlebih dahulu melalui permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah
itu ditentukan SKL (standar kompetensi lulusan) melalui permendiknas No 23
Tahun 2006.
|
2
|
Aspek
kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi
aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
|
Lebih
menekankan pada aspek pengetahuan.
|
3
|
Di
jenjang Sd tematik terpadu untuk kelas 1-VI.
|
Di
jenjang SD tematik terpadu untuk kelas 1-III.
|
4
|
Jumlah
jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit
disbanding KTSP.
|
Jumlah
pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding
2013.
|
5
|
Proses
pembelajaran setiap tema dijenjang SD dan semua mata
pelajaran dijenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah
(saintific approach) yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari
mengamati, menanya, mengola, menyajikan, menyimpulkan, dan menciptakan.
|
Standar
proses dalam pembelajaran terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan komfirmasi.
|
6
|
TIK
(teknologi informasi dan komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan
sebagai media pembelajaran.
|
TIK
sebagai mata pelajaran.
|
7
|
Standar
penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
|
Penilaian
lebih dominan pada aspek pengetahuan
|
8
|
Pramuka
menjadi ekstrakurikuler wajib.
|
Pramuka
bukan ekstrakurikuler wajib.
|
9
|
Pemintan
(penjurusan) mulai kelas untuk jenjang SMA/MA.
|
Penjurusan
mulai kelas XI.
|
10
|
BK
lebih menekankan mengembangkan potensi siswa.
|
BK
lebih pada menyelesaikan masalah siswa.
|
Itulah perbedaan beberapa kurikulum 2013 dan
KTSP, walaupun kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara
kurikulum 2013 dan KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan esensi kurikulum
2013 dan KTSP. Misalnya pendekatan ilmiah yang pada hakekatnya adalah
pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerina
pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan pendekatan
keterampilan proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah
kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan dikelas, bisa menjadi
pendekatan ilmiah yang diperkenalkan dikurikulum 2013 akan bernasib sama dengan
pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa
menerapkannya pembelajaran dikelas.[7]
SIMPULAN
Dari kasus yang terjadi
kurikulum memiliki banyak keuntungan, karna akan meningkatkan kecerdasaan siswa
dan tidak akan memberatkan guru, tapi guru yang diharapkan lebih kreatif dan
produktif dalam mengembangan kurikulum 2013 dan selain itu, guru harus tetap
mencapai apa yang perlu dicapai dari pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum
yang telah ditetapkan pemerintah untuk model kurikulum 2013 yang baru.
Kurikulum adalah sejumlah
mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk mempeloreh
sejumlah pengetahuan. Jadi kurikulum sangat penting untuk mencapai
pembelajaran, apabila salah dalam menetapkan kurikulum maka akan salah juga
pencapaiannya.
Dan dari situ
kami berharap semoga penerapan kurikulum 2013 berjalan dengan lancar dan cepat
berkembang di seluruh sekolah-sekolah di Indonesia.
REFERENSI
Prof. Drs. H. Dakir, 2004 .Perencanaan dan pengembangan
kurikulum. PT Rineka Cipta : Jakarta
DR. Wina Sanjaya, 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana
Prenada Media Group: Jakarta
Oemar Hamalik,1994. Kurikulum dan Pembelajran. Bumi Aksara:
Jakarta
Jurnal universitas gundawarman
Makalah mahasiswa fakults tarbiyah Jurusan Tadris MTK
BULETIN
[1]
Prof. Drs. H. Dakir, 2004 .Perencanaan dan pengembangan kurikulum. PT
Rineka Cipta : Jakarta (hal 2)
[2]
DR. Wina Sanjaya, 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Prenada Media
Group: Jakarta (hal 3-4)
[3]
Oemar Hamalik,1994. Kurikulum dan Pembelajran. Bumi Aksara: Jakarta (hal 17)
[4]
Prof. Drs. H. Dakir, 2004 .Perencanaan dan pengembangan kurikulum. PT
Rineka Cipta : Jakarta (hal 59-60)
[5]
DR. Wina Sanjaya, 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Prenada Media
Group: Jakarta ( hal 82-87)
[6]
Jurnal universitas gundawarman
[7]
Makalah mahasiswa fakults tarbiyah Jurusan Tadris MTK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar