Behavioristik
Konseling
A. Pengertian Behavioristik Konseling
Behaviorisme
adalah suatu pandangan ilmiah tentang
tingkah laku manusia.
Konseling
behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi behavioristik, yang menekankan
perhatiannya pada perilaku yang tampak.
Pada hakikatnya konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan
dari seorang konselor kepada klien,
bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya
membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya
sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi
krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya (Yusuf&Juntika,2005:9).
B. Pandangan
Behavioristik tentang Manusia (Teori Skinner)
F. Skinner sebagai pelopor behaviorisme menolak
semua teori kepribadian. Menurutnya, psikologi belum siap (belum memiliki data
faktual yang cukup) untuk membangun teori kepribadian yang mencakup segala hal.
Dia tidak membahas topik kepribadian secara khusus, kecuali sekedar
menjadikannya sebagai label dari aspek tingkahlaku tertentu. Skinner berbeda
dengan pakar kepribadian pada umumnya dalam 3 hal:
1.
Skinner menolak
analisis kehidupan internal semacam isnting-motif-drives-aktualisasi
diri-superiorita-keamanan, dan secara ekstrim berpendapat psikologi harus
membatasi diri hanya menangani data yang dapat diobservasi. Satu-satunya aspek
yang nyata dan relevan dengan psikologi adalah tingkahlaku yang teramati, dan
satu-satunya cara mengontrol dan meramalkan tingkahlaku itu adalah
mengaitkannya dengan kejadian yang mengawali tingkahlaku (event-antecedent) yang ada dilingkungan.
2.
Skinner tidak
tertarik dengan perbedaan individual seperti trait, life style, ego dan self. Menurutnya,
ilmu psikologi harus menemukan hokum umum dari tingkahlaku, hubungan empirik
antara stimulus denagn responnya.
3.
Pakar psikologi
kepribadian mengembangkan teorinya berdasarkan analisis terhadap orang abnormal
(Freud,dkk), atau terhadap orang normal (Rogers) atau terhadap orang yang
supernormal (Maslow), sedangkan Skinner memakai binatang (tikus dan merpati)
sebagai objek amatannya. Menurutnya binatang dan manusia dalam merespon stimuli
berada dalam tingkat kompleksitasnya, tetapi proses dasarnya secara umum
sama.
C.
Pandangan
Behavioristik tentang Kepribadian
Ada dua klasifikasi tipe tingkahlaku menurut Skinner
:
a.
Tingkahlaku
responden (Respondent Behavior)
Yaitu respon yang
dihasilkan organism untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan
dengan respon itu. Respon refleks termasuk dalam kelompo ini, seperti
mengeluarkan air liur ketika melihat makanan. Mengelak dari pukulan dengan
menundukkan kepada, merasa takut waktu ditanya guru, atau merasa malu waktu
dipuji.
b. Tingkahlaku
operan (Operant Behavior)
Yaitu respon yang
dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa
terjadinya respon itu. Terjadi proses pengikatan stimulus baru dengan respon
baru. Organism dihadapkan kepada pilihan-pilihan respon mana yang akan
dipakainya untuk menanggapi suatu stimulus. Keputusan respon mana yang dipilih
tergantung kepada efeknya terhadap lingkungan (yang tertuju kepadanya) atau
konsekuensi yang mengikuti respon itu.
D. Pendekatan Behavioral
Pendekatan
behavioral menekankan pada perubahan tingkah laku. Teknik-tekniknya ditujukan
pada mengubah tingkah laku seseorang. Pendekatan konitif, memfokuskan pada
kognisi, teknik-tekniknya pun berusaha mengubah kognisi yang salah. Meichenbaum
(1979) adalah salah satu dari orang yang pertama-pertama menjembatani
pendekatan behavioral dengan pendekatan kognitif dan menyebutnya sebagai
cognitive behavior modification.
Pendekatan ini
memandang bahwa masalah yang dihadapi individu dikarenakan individu salah dalam
membuat keputusan atau mengambil sikap untuk melakukan suatu tindakan.
Oleh karena itu
pendekatan ini didalam konselingnya menekankan pada perilaku spesifik, yaitu
perilaku yang memang berbenturan atau yang berlawanan dengan lingkungan dan
diri klien sendiri. Perilaku secara spesifik tersebut seperti: kgangguan makan,
penyalahgunaan zat, dan disfungsi psikoseksual. Juga bermanfaat untuk membantu
gangguan yang diasosiasikan dengan anxietas, stres, asertivitas, berfungsi
sebagai orang tua dan interaksi sosial (Gladding, 2004 ). Pendekatan ini lebih
bersifat suatu pelatihan terhadap perilaku klien. Maka pendekatan ini
menekakankan pada teknik dan prosedur untuk memfasilitasi perubahan perilaku
pada diri klien. Sehingga pendekatan behavioral ini lebih mementingkan
penggunaan teknik perubahan perilaku (behavior modivication). Peran konselor
disini sebagai model bagi klien daripada kualitas hubungan konseling.
Pendekatan konseling ini termasuk juga Konseling Behavioristik dan Konseling
Realitas.
E. Metode atau Teknik
Behavioral
Adalah konseling yang menekankan prinsip desensitifikasi sistematik, impulsif, latihan asertif dan pengkondisian operant dan
semua menggunakan prinsip belajar dalam perubahan perilaku. Tujuan konseling
behavior yaitu menghapus perilaku klien yang maladaptif, mempelajari pola
perilaku konstruktif, membantu klien menguji keputusan dini, dan membuat
keputusan baru menurut kesadaran dirinya.
Modifikasi perilaku adalah sebuahteknik yang
berangkat dari konsepsi Skinerian bahwa dalam setiap situasi atau dalam
merespons setiap stimulus, seseorangsudah memiliki perbendaharaan respons yang
mungkin sesuai dengan stimulus tersebut, danmengeluarkan perilaku yang
dikuatkan atau diberi ganjaran.
Skinner (1953) berpendapat bahwa respons yang akan
dikeluarkan adalah yang paling sering dikuatkan di masa lalu. Ayllon dan Azrin
(1965, 1968) mengaplikasikan teknik ini di bangsal psikistri di sebuah rumah
sakit terhadap beberapa orang yang terganggu jiwanya dengan menggunakan teknik
yang dikenal dengan istilah token
economy.
Teknik lain yang direpresentasikan pada awal
konseling dengan pendekatan behavioral adalah systematic desensitization (desensitisasi sistematik) yang
dipelopori oleh Wolpe.
F. Hakikat Manusia Dalam Konseling Behavioral
Hakikat
manusia dalam pandangan para behaviorist adalah fasif dan mekanistis, manusia
dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan
keinginan lingkungan yang membentuknya. Lebih jelas lagi Muhamad
Surya (1988:186) menjelaskan tentang hakikat manusia dalam pandangan teori
behavioristi sebagai berikut : ‘ dalam teori ini menganggap manusia bersifat
mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan control terbatas, hidup dalam
alam deterministic dan sedikit peran aktifnya dalam memilih martabatnya.
Manusia memulai kehidupnya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya, dan
interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian. Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan
yang diterima dalam situasi hidupnya. Dapat kita simpulkan dari anggapan teori
ini bahwa perilaku manusia adalah efek dari lingkungan, pengaruh yang paling
kuat maka itulah yang akan membentuk
diri individu.
G. Aplikasi Teori Behavioral dalam Konseling Keluarga
Para konselor mengemukakan bahwa prosedur-prosedur
belajar yang telah digunakan untuk mengubah perilaku, dapat diaplikasikan untuk
mengubah perilaku yang bermasalah didalam suatu keluarga.
. Pertama kali, sebagaimana anggota keluarga
berinteraksi satu sama lain, dapat diterjemahkan kedalam behavioral dan
belajar, dengan memfokuskannya pada akibat-akibat perilaku, atau
kemungkinan-kemungkinan reinforcement.
Dalam deskripsi ini ada tugas dan
teknik-teknik yang menandai ciri utama dari aplikasi behavioral terhadap
konseling keluarga. Liberman (1981) mengemukakan tiga bidang kepedulian teknis
bagi konselor : (1) kreasi dari gabungan terapeutik yang positif, (2) membuat
analisa fungsional terhadap masalah-masalah dalam keluarga dan (3) implementasi
prinsip-prinsip behavioral yakni reinforcement
dan modeling di dalam konteks
interaksi dalam keluarga.
1. Peranan
Gabungan Terapeutik (Role Of Therapeutic
Alliance)
Liberman menekankan tentang peranan
aliansi terapeutik sehingga konselor dapat memfungsikan dirinya sebagai
katalisator bagi mempercepat perubahan dalam sistem keluarga.
2. Penilaian
Keluarga
Selama fase awal konseling, membuat
iklim yang hangat dan mendorong, konselor menilai masalah-masalah yang ada, dan
membuat apa yang dikenal “analisis fungsional atau behavioral terhadap
masalah-masalah”. Konselor behavioral terikat pada analisa sistematik terhadap
perilaku yang tepat dan dapat diamati, yang akan ditangani.
3. Melaksanakan
Strategi Behavioral
Sekali analisis behavioral dibuat dan
tujuan-tujuan spesifik diformulasikan, maka aspek ketiga dari konseling
keluarga behavioral dipilih yaitu teknik terapeutik yang memadai. Menurut
Liberman cara yang bernilai untuk memikirkan tentang strategi-strategi ini
ialah “sebagai eksperimen-eksperimen perubahan perilaku” di mana keluarga
dengan bimbingan konselor memprogramkan kembali kontingensi-kontingensi reinforcement yang ada dalam keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar