A.
ADHD (ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVITY DISORDER)
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder
atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH). Attention Deficit (kekurangan pemusatan
perhatian) karna anak-anak ini mengalami kesulitan untuk melakuakan pemusatan
perhatian terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Sekalipun
mempunyai motivasi yang baik, namun mereka sangat sulit untuk mengerjakannya
dan kalaupun mengerjakannya maka mereka menghabiskan banyak tenaga bila
dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
ADHD adalah
sebuah nama untuk gangguan perilaku dengan gejala-gejala;
-
Gangguan pemusatan
perhatian dan kosentrasi
-
Impulsintas
-
Hiperaktivitas
Kemungkinan Gejala ADHD pada
berbagai Usia
Masalah Gangguan Pemusatan
Perhatian Dan Kosentrasi
|
Impulsintas
|
Hiperaktivitas
|
Anak-anak
-
Tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
-
Cepat beralih perhatian
-
Tidak bisa kosentrasi
|
-
Kurang control diri
-
Tidak dapat menunggu giliran
-
Bicara sebelum gilirannya dan segalanya campur aduk
|
-
Sangat banyak gerak dan goyang-goyang
-
Selalu on the ego
-
Tak bisa berhenti bicara
|
Remaja
-
Tidak dapat memenuhi tuntutan pendidikan
-
Tidak komunikatif
-
Cepat beralih perhatian
|
-
Kontrol diri yang jelek
-
(seksual) perilaku berisiko
|
-
Dalam hati tidak tenang dan merasa kehilangan
ketenangan
-
Penyalahgunaan obat terlarang
|
Dewasa
-
Mempunyai kesulitan untuk memusatkan perhatian ke
sesuatu
-
Mudah beralih perhatian
-
Tidak bisa mendengarkan orang lain
|
-
Sulit menguasai implusivitas
-
Masalah dengan mengendalikan/ mengendarai mobil
-
Tidak dapat menguasai reaksi emosinya
|
-
Gerak-gerik kecil
-
Bicara tak terbatas
-
Tidak ada ketenangan di dalam hati
|
Gangguan yang menyertai ADHD
1.
Gangguan Perkembangan Pervasive.
PDD-NOS (Pervasive developmental disorder not otherwise specified)
Gangguan ini merupakan
gangguan dibawah kriteria gangguan autism. PDD-NOS adalah bentuk gangguan dari
kelompok yang tidak sepenuhnya memenuhi kriteria autism (karna itu disebut NOS
atau not otherwise specified). Anak-anak dengan PDD-NOS mempunyai
masalah untuk memahami apa yang terjadi pada orang lain, dan kesulitan dalam
menanggapi situasu sosial secara fleksibel. Kondisi ini sering kali menyebabkan
rasa takut dan juga akan sangat terikat dengan lingkungan yang dapat dipercaya
serta yang dapat diramalkannya.
2.
Gangguan Perilaku Oposan.
ODD (Oppotitional Defiant Disorder)
Anak dengan ODD sering kali
menentang apa yang digariskan padanya. Mereka tidak mempunyai kesabaran yang
cukup. Sering kali cepat marah dan cepat merasa terhina. Ia akan cepat
tersinggung oleh seseorang dan mengalihkan kesalahan dirinya pada orang lain.
Peraturan-peraturan yang dibuat oleh orang-orang dilingkungannya, akan segera
menginjak-injaknya, atau ia akan melakukan debat kusir yang tidak ada hentinya.
3.
Gangguan Perilaku Agresif.
CD (Conduct Disorder)
Anak-anak dengan CD sering
kali memberontak dan tidak mau mendengarkan, seperti juga anak-anak dengan ODD.
Hanya bedanya anak ini selain menyakiti orang lain dan menunjukkan kekerasan,
juga berbohong, mencuri , menyakiti orang lain secara fisik, merugikan dan
merusak barang milik sendiri maupun milik orang lain.
4.
Gangguan Belajar
Beberapa anak, sekalipun ia
mempunyai inteligensi yang normal atau pun tinggi, tetapi dia juga memiliki
masalah dalam pelajaran membaca dan berhitung.
Gangguan belajarnya seperti:
o Disleksia
(gangguan membaca)
o Disorthografi
(gangguan mengeja)
o Diskakulia
(gangguan berhitung)
o Dispraksia
(gangguan motorik)
o Disfasia
(gangguan bicara dan bahasa)
5.
Gangguan rasa takut dan stemming
Perasaan takutnya dan
khawatirannya dalam kenyataan tidak sesuai dengan masalah yang ada. Karna itu,
bisa terjadi bahwa rasa takut terhadap situasi baru dan orang yang tak dikenal
begitu besar dari pada yang normal nya anak-anak.
6.
Gangguan TICS
Sebanyak 10 % anak dengan
ADHD memiliki gangguan TICS yaitu kedutan/tarik-tarikan otot muka, atau gerakan
tangan atau kaki secara tiba-tiba. Juga
suara-suara seperti orang yang mengoro, deham-deham, tarik-tarik cuping,
hidung.
7.
Gangguan Motorik
Banyak anak-anak dengan ADHD
memiliki masalah dengan motorik, terutama dalam motorik halus. Mengancing baju,
dan menutup jas, menalikan tali sepatu, menggambar, menulis, adalah pekerjaan
yang sulit baginya.
8.
Sindroma yang secara
bersama-sama muncul dengan gejala ADHD
-
Syndroma Giles de la Taurrette (gangguan yang keluar
dengan sendiri karna tak terkontrol seperti suara-suara,
jerit-jeritan/seruan-seruan, atau gerak-gerakkan, 50-70 %) dari anak-anak ini
juga menyandang ADHD).
-
Penyakit Von Recklinghausen neurofibromatosis, kecacatan bawaan yang
disebabkan karna adanya mutasi genetik yang disebabkan karna adanya mutasi
genetic yang disebakan karna gangguan pada protein tertentu yang disebut
neurofibromine).
-
Fetal Alcohol Syndrome (FAS yaitu gangguan pada
susunan saraf pusat yang disebabkan karna penggunaan alcohol pada saat ibu
hamil.
-
Syndroma Fragile-X (sindrom yang melalui pemeriksaan kromosom akan
dikenali adanya gannguan ini, yang menyebabkan gangguan ketertinggalan
perkembangan).
-
Syndroma Marfan (cacat bawaan pada connective tissue dengan gejala
pertumbuhan dengan dimensi panjang/tinggi yang ekstrem).
-
Syndroma Shprintzen (disebut juga Velo Cardio Facial syndrome adanya
kecacatan pada langit-langit mulut, kadang-kadang diikuti juga adanya kecacatan
pada bilik jantung serta kecacatan pada muka).
-
Syndroma Prader Will (cacat Kromosom yang menyebabkan keterbelakangan
mental dimana kadang juga diikuti dengan gejala ADHD, anak-anak dengan Syndrome
Prader Willi umumnya gemuk dan lemas).
-
Syndroma XYY (dalam hal ini terlalu banyak kromosom
laki-laki yaitu kromosom Y, kadang anak-anak ini berkembang lebih lambat, dan
sering pula diikuti dengan masalah berpikir seperti halnya ADHD).
PENYEBAB ADHD
1.
Faktor Keturunan
Faktor keturunan membawa
peranan sekitar 80 % dari perbedaan antara anak-anak yang mempunyai gejala ADHD
dalam kehidupan bermasyarakat akan ditentukan oleh faktor genetiknya. Anak
dengan orang tua yang mempunyai delapan kali kemungkinan mempunyai risiko
mendapat anak ADHD.
2.
Genetik Dan Lingkungan
ADHD juga bergantung kepada
kondisi gen tersebut dan efek negative lingkungannya, yang bila hati itu
terjadi bersamaan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan itu penuh berisiko.
Lingkungan ini mempunyai pengertian yang luas termasuk lingkungan psikologis,
lingkungan fisik, lingkungan biologis.
3.
ADHD dan Otak
Secara biologis ada dua
mekanisme:
o Pengaktifan
sel-sel saraf, pada reaksi eksistasi sel-sel saraf terhadap adanya rangsangan
dari luar adalah melalui panca indra. Dengan reaksi inhibisi, sel saraf akan
mengatur bila terlalu banyak eksitasi.
o Penghambatan
sel-sel saraf (inhibisi), dalam perkembangan seorang anak pada dasarnya
pengaktifan sistem-sistem ini adalah perkembangan yang terbanyak. Pada anak
kecil, sistem pengereman atau sistem hambatan belumlah cukup berkembang, setiap
anak batita akan bereaksi implusif, sulit menahan diri, dan menganggap dirinya sebagai
pusat dari dunia.
4.
Otak yang Berbeda
Adanya perbedaan
neuro-anatomi adalah adanya perbedaan bentuk dari beberapa daerah dibagian
otak. Perbedaan neuro kimia adalah perbedaan dalam penyampaian sinyal-sinyal di
dalam otak.
5.
Neuro-Anatomi
Pada ADHD terdapat gangguan
perkembangan otak di usia dini. Hal itu terjadi dibagian frontal , korpus
kalusum yang menghubungkan belahan otak kanan, otak kecil dan dibagian neklues
basalis. Di beberapa bagian belahan otak kanan pada ADHD tampak lebih kecil
bila dibandingkan dengan anak tanpa ADHD.
6.
Kimiawi Otak
Dikarnakan oleh dua sistem
Neurotransmitters yaitu sistem dopamine dan sistem adrenalin. Cara kerja
obat-obat untuk ADHD adalah mempengaruhi kedua sistem ini. Sebuah penelitian
tentang orang dewasa dengan ADHD dan kelompok control menunjukkan bahwa orang
dewasa dengan ADHD dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa orang dewasa dengan
ADHD rata-rata mampunyai 70 % aktivitas
dengan dopamine-transpoter leih tinggi.
AKIBAT YANG MENYERTAI ADHD
1.
Akibat Pada Anak, bagi si anak ADHD berarti ancaman
bagi :
o Perkembangan
konsep yang positif.
o Pengalaman
Positif dalam relasi social.
o Suksesnya
penyelesaian karir disekolah.
2.
Akibat Pada Orang Tua
Karna terlalu banyak terjadi
kekacauan dan terjadi konflik-konflik untuk beberapa saat di dalam keluarga,
orang tua sering kali merasa tertimpa reaksi negative dari lingkungan.
Kadang-kadang dengan alasan ini, maka kontak sosial juga dibatasi dan
terjadilah ancaman isolasi sosial.
3.
Bila Anda Menarik Kereta Sendirian
Masalah hubungan suami istri
dan perceraian lebih dari setengah terjadi dalan keluarga yang anaknya
menderita ADHD.
4.
Kakak dan Adik
Kakak dan adik dari anak
yang ADHD pada umumnya mempunyai masalah-masalah yang khusus, mereka mempunyai
perhatian yang lebih sedikit dibandingkan dengan saudaranya yang ADHD.
ADHD dibagi
menjadi tiga subtype, yaitu ADHD-predominantly inattentive type,
ADHD-predominantly hyperactive-impulsive type, dan ADHD-combined type (American
Psychiatric Association, 200 dalam Hallahan, Kauffman, & Pullen,2009).
a.
Tipe
ADHD-Inattentive
Karakteristik
dan gejala Inatensi yang sering muncul:
1.
Mudah
terdistrak dengan stimulus lain (penglihatan, suara, gerakan dalam lingkungan).
2.
Tampak tidak
mendengarkan ketika diajak berbicara langsung.
3.
Kesulitan untuk
mengingat dan mengikuti arahan.
4.
Kesulitan
memusatkan perhatian pada tugas dan
aktivitas bermain.
5.
Kesulitan
mempertahankan tingkat kewaspadaan terhadap tugas yang membosankan dan bukan minatnya.
6.
Pelupa dalam
aktivitas sehari-hari.
7.
Tampak bingung,
mudah meluap-luap.
8.
Kesulitan
memulai tugas dan tidak menyelesaikan tugas.
9.
Menghindari
atau tidak menyukai tugas yang membutuhkan banyak usaha mental (seperti tugas
sekolah atau pekerjaan rumah).
10. Sulit memperhatikan detail dan membuat
kesalahan yang ceroboh.
11. Mudah kehilangan barang yang berguna
untuk mengerjakan tugas atau aktivitas.
12. Kesulitan mengorganisir tugas dan
aktivitas.
13. Menunda-nunda pekerjaan dan sebagainya.
(Rief,2005)
Kesulitan
Akademis Akibat Inatensi
Membaca:
·
Kehilangan
bagian yang sedang dibaca.
·
Tidak bisa fokus
pada apa yang sedang dibacanya (terutama apabila bacaan sulit, panjang,
membosankan, dan tidak diamati), sehingga sering melewatkan beberapa kata, detail,
dan pemahaman.
·
Lupa pada apa
yang telah dibacanya dan harus membaca ulang beberapa kali.
Menulis:
·
Sulit
merencanakan dan mengorganisir tugas
menulis.
·
Tidak sesuai
dengan topik akibat kehilangan apa yang sedang dipikirkan.
·
Hasil tulisan
sedikit dan lambat.
·
Ejaan buruk,
membuat kesalahan-kesalahan teknis (huruf besar,dsb).
Matematika:
·
Kesalahan
penghitungan akibat tidak perhatian pada tanda-tanda perhitungan.
·
Sulit
memecahkan persoalan karena ketidakmampuan mempertahankan focus untuk
menyelesaikan semua langkah-langkah pemecahannya.
b.
Tipe
ADHD- Hyperactive
Karakteristik dan gejala Hiperaktivitas
yang sering muncul
·
Belaku
seolah-olah digerakkan oleh motor.
·
Meninggalkan
tempat duduk di kelas atau pada situasi lain dimana ia diharapkan untuk duduk
dalam jangka waktu tertentu.
·
Tidak bisa
duduk diam (jatuh dari kursi, duduk berlutut, berdiri di sebela meja, dsb ).
·
Sangat
energetik, hampir selalu bergerak.
·
Belari atau
memanjat pada saat situasi tidak tepat.
·
Kesulitan
melakukan pekerjaan atau permainan dengan diam. Dan sebagainya (Rief, 2005).
Karakteristik
dan gejala Impulsivitas yang sering muncul
·
Banyak bicara.
·
Menginterupsi
orang lain.
·
Menjawab
sebelum pertanyaan selesai.
·
Kesulitan
menunggu giliran dalam permainan atau kegiatan.
·
Memecahkan
barang, merusakkan sesuatu.
·
Mudah bosan,
tidak sabar.
·
Mengganggu
orang lain.
·
Membuat
suara-suara aneh.
·
Sulit
mengantri. Dan sebagainya (Rief, 2005)
KARAKTERISTIK
ADHD
Menurut Russell Barkley (dalam
Hallahan, Kauffman,& Pullen), Behavioural inhibilion atau penghentian
tingkah laku merupakan kunci karakteristik ADHD, yang membentuk tahapan-
tahapan masalah dalam fungsi eksekutif serta kesadaran dan manajemen waktu,
yang kemudian mengganggu kemampuan individu dalam melakukan tingkah laku yang
mengarah pada tujuan.
Behavioural
inhibition (penghentian perilaku) termasuk
kemampua dalam:
·
Menahan respon,
·
Menginterupsi
respon yang sedang berjalan, apabila individu mendeteksi bahwa sebuah respon
tidak pantas karena perubahan mendadak dalam permintaan tugas, atau
·
Menjaga respon
dari stimulus yang mengganggu ayau menyaingi.
(Lawrence et.al., 2002 dalam Hallahan,
Kauffan, & Pullen, 2009).
·
Menunggu
giliran,
·
Menghindari
percakapan yang mengganggu,
·
Menahan
kemungkinan gangguan ketika sedang bekerja, atau
·
Menahan
keinginan yang menggebu- gebu untuk bekerja demi penghargaan yang lebih besar
atau lebih lama.
KRITERIA
DIAGNOSIS ADHD MENURUT DSM IV
1. Kurangnya pemusatan perhatian:
setidaknya mempunyai enam dari tujuh gejala-gejala dibawah ini yang berlangsung
enam bulan lamanya, dan tidak bertumpang tindih dengan tingkat kecerdasan yang
rendah.
a. Seringkali tidak baik dalam melihat
hal-hal yang detail, atau dalam mengerjakan tugas sekolah serta dalam
kegiatan-kegiatan lain, membuat kesalahan-kesalahan karna ketidaktelitian.
b. Sering kesulitan pemusatan perhatian
untuk sebuah tugas atau permainan.
c. Sering tampak tidak mendengarkan bila
seseorang berbicara terhadapnya.
d. Sering kesulitan mengikuti sebuah
instruksi secara penuh atau saat harus mengerjakan tugas sekolah, melakukan
pekerjaan atau tugas-tugas lain tidak selesai (bukan dikarnakan perilaku
membangkang atau juga bukan karna tidak mampu memahami instruksi ).
e. Sering kali kesulitan mengorganisasi
aktivitas dan tugas.
f. Sering meninggalkan tugas-tugas yang
membutuhkan waktu yang lama (misalnya, pekerjaan sekolah dan pekerjaan rumah);
membencinya atau tidak mau memulainya.
g. Sering kehilangan barang-barang yang
dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas atau aktivitas lain (misalnya,
mainannya, latihan-latihan dari sekolah, pensil, buku dan alat-alat kerja).
h. Sering mudah beralih perhatian.
i.
Sering kali
lupa pada hal-hal yang sederhana.
2. Hiperaktivitas/ Impulsifitas:
setidaknya dari enam dari gejala-gejala sebagai berikut, dan selama enam bulan
lamanya sesuai dengan kriteria, dan tidak bertumpang-tindih dengan tingkat
kecerdasan rendah:
Hiperaktivitas:
a. Tangan atau kaki sering bergerak-gerak,
tidak tenang, atau bergoyang-goyang dikursinya.
b. Berdiri dari tempat duduknya didalam
kelas atau dalam situasi lain, dimana seharusnya anak-anak duduk ditempatnya.
c. Sering berlari-lari tidak pada
tempatnya, berkelilingan atau mengerjakan yang tidak-tidak (yang pada orang
dewasa dapat tetap diam, hingga dapat memunculkan perasaan subjektif dari
ketenangan).
d. Sulit untuk bermain atau kegiatan lain
secara tenang.
e. Sering melakukan hal terus menerus
f. Sering berbicara terus menerus.
Impulsintas
a. Melempar jawaban sebelum pertanyaan
selesai.
b. Menggangu kegiatan anak lain dan
meminta perhatian.
c. Seringkali sulit menunggu giliran.
B.
LD ( LEARNING
DISSABILITION) / ANAK DENGAN
KESULITAN BELAJAR KHUSUS
BATASAN
Menurut IDEA atau Individuals With Disabilities
Education Act Amandements yang dibuat pada tahun 1997 dan ditinjau kembali pada
tahun 2004 : secara umum anak berkebutuhan belajar khusus adalah anak-anak yang
mengalami hambatan/ penyimpangan pada satu atau lebih proses-proses psikologis
dasar yang mencakup pengertian atau penggunaan bahasa baik lisan maupun
tulisan, dimana hambatannya dapat berupa ketidakmampuan mendengar, berfikir,
berbicara, membaca, menulis, mengeja ataua berhitung. Hambatan tersebut
termasuk kondisi-kondisi seperti : gangguan persepsi, keusakan otak, MBD (Minimal
Brain Dysfunction), kesulitan membaca (Dyslexia), dan gangguan dalam
memahami kata-kata (Developmental Aphasia). Batasan ini tidak mencakup
anak-anak yang mengalami hambatan belajar akibat dari kecacatan visual,
pendengaran, atau motorik, keterbelakangan mental, gangguan emosional, atau
deprivasi/ kurangnya stimulasi dari lingkungan (Hallahan dan Kauffman,2006,
hal. 171).
Selain
defenisi IDEA terdapat tujuh faktor yang kurang disetujui oleh NJCLD (The
National Joint Committee On Learning Disabilities). Tujuh faktor tersebut
adalah:
1. Mengacu
pada proses-proses psikologis.
2. Ketiadaan
naturinstrinstik dari kesulitan belajar.
3. Ketiadaan
orang dewasa.
4. Ketiadaan
masalah regulasi.
5. Penghilangan
istilah yang sulit didefenisikan.
6. Kebingungan
mngenai klausa yang dihulangkan.
7. Inklusi
masalah mengeja.
Berdasarkan
ketujuh kelemahan dari defenisi Idea diatas, NJCLD mengajukan defenisi sebagai
berikut :
Kesukaran
belajar adalah terminologi umum yang dikaitkan pada sekelompk penyimpangan
heterogen, ditunjukkan dengan kesulitan nyata dalam penguasaan dan penggunaan
dari aktivitas mendengan, berbicara, membaca, menulis, berfikir, atau kemampuan
matematika. Penyimpangan-penyimpangan ini bersifat intristik pada individu,
diperkirakan karena terganggunya fungsi system syaraf pusat, dan bisa terjadi sepanjang kehidupan. Masalah dalam
regulasi diri, persepsi social dan interaksi social dapat muncul pada kesukaran
belajar, tetapi tidak merupakan sumber utama dari kesukaran belajar. Walaupun
kesukaran belajar bisa terjadi bersamaan dengan kondisi kecacatan lain
(seperti, kerusakan sensoris, retardasi mental, gangguan emosional serius) atau
karena pengaruh factor eksternalintrinsik (seperti perbedaan budaya, instruksi
yang kurang memadai atau kurang tepat), ini bukanlah akibat dari
kondisi-kondisi atau pengaruh-pengaruh tersebut (National Join Committee On
Learning Disabilities, 1998 dalam Hallahan dan Kouffman, p.172)
KARAKTERISTIK
Karakteristik anak-anak kesulitan belajar dapat
dilihat dari gejala-gejala yang mereka perlihatkan. Hallahan dan Kauffman
(2006) menyebutkan beberapa karakteristik yang umumnya dimiliki oleh siswa
dengan kesulitan belajar, yang di kelompokkan kedalam enam macam masalah.:
1. Masalah
Prestasi Akademis
a. Membaca
(disleksia)
Anak
kesulitan belajar mengalami masalah dalam 3 aspek membaca, yaitu decoding,
kelancaran (fluency), dan pemahaman (comprehension). Anak
mengalami kesulitan dalam mengubah bahasa tulisan menjadi bahasa lisan (decoding),
misalnya kesulitan menyebutkan huruf-huruf yang membentuk kata topi, yaitu t,
o, p dan i. anak juga mengalami kesulitan dalam membaca dengan lancar (fluency)
dan memahami arti bacaan (comprehension).
b. Bahasa
tulisan (disgrafia)
Anak
kesulitan belajar sering mengalami masalah dalam tulisan tangan, ejaan dan
komposifi (Hallahan et.al, 1995 dalam Hallahan & Kauffma, 2006).
Sebagian dari mereka menulis dengan lambat dan sulit dibaca. Anak-anak ini juga
mengalami kesulitan dalam aspek-aspek kreatif sebuah komposisi ( Mountague
& Graves, 1992 dalam Hallahan & Kauffman, 2006), misalnya tidak
terorganisir dalam menulis sebuah paragraf.
c. Bahasa
lisan
Anak
kesulitan belajar memiliki masalah dengan penggunaan bahasa secara mekanikal
maupun social. Secara mekanikal, mereka mengalami masalah dalam tata bahasa (syntax),
arti kata (semantics) dan kemampuan menguraikan kata menjadi komponen
bunyinya atau menyatukan bunyi-bunyian menjadi kata-kata (phonology).
Secara social, mereka mengalami kesulitan memproduksi dan menerima percakapan.
Oleh karena itu, anak-anak kesulitan belajar bukan lah peserta percakapan yang
baik.
d. Matematika
Pada
siswa dengan kesulitan belajar mengalami kesulitan dalam penghitungan matematis
(Cawlay, Parmar, Yan, dan Miller, 1998 dalam Hallahan & Kauffman, 2006).
2. Masalah perceptual,
perceptual-motor, dan koordinasi umum
Penelitian
menunjukkan adanya ketidakmampuan persepsi visual dan atau auditori. Anak
dengan masalah persepsi visual mengalami kesulitan menyelesaikan puzzle atau
melihat dan mengingat bentuk-bentuk visual serta memiliki kecendrungan memutar
balikkan huruf ( misalnya D dibaca B). Mereka juga sulit membedakan dua kata
yang berbunyi hampir sama, misalnya Fit dan Fib, serta sulit mengikuti arahan
lisan. Selain itu, anak-anak tersebut mengalami kesulitan dalam aktifitas fisik
yang melibatkan kemampuan motorik.
3. Gangguan
atensi dan hiperaktivitas
Contoh
prilaku anak dengan kesulitan belajar dalam hal atensi dan hiperaktivitas,
antara lain : sulit berkonsentrasi pada satu tugas dalam waktu tertentu, gagal
mendengarkan orang lain, tidak berhenti berbicara , dan tidak terorganisasi
dalam merencanakan kegiatan sekolah maupun luar sekolah. Mereka lebih sering
mengalami masalah atensi (Kotkin, Forness, & Kavale, 2001 dalam Hallahan
& Kauffman, 2006). Bahkan masalah ini tergolong cukup parah untuk
didiagnosis sebagai ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
4. Masalah
memori, kognitif, dan metakognitif
Mengingat
sesuatu seperti tugas atau janji, merupakan salah satu hal yang sulit bagi anak
dengan kesulitan belajar. Masalah ingatan ini berdampak pada dua tipe memori,
yaitu STM (short term memory), dimana terjadi kesulitan mengingat
kembali informasi segera setelah melihat atau mendengarnya, serta WM (work
memory), dimana terjadi kesulitan untuk menyimpan informasi dalam pikiran
sementara mengerjakan tugas kognitif lainnya. Selain memory, anak dengan
kesulitan belajar juga mengalami masalah dalam kognisi mereka, yaitu berpikir
secara tidak terorganisir sehingga bermasalah dalam perencanaan kegiatan.
Mereka juga mengalami masalah dalam metakognisi, misalnya kesulitan menilai
sulit/tidaknya sebuah tugas, dsb.
5. Masalah
Sosial-emosional
Pada
tahun-tahun awal kehidupannya, anak dengan kesulitan belajar sering ditolak
oleh teman-temannya dan memiliki konsep diri yang buruk. Pada masa dewasa,
pengalaman menyakitkan pada masa kecil menjadi sulit untuk disembuhkan. Mereka
memiliki resiko mengalami depresi, bahkan bunuh diri, jika masalah penolakan
dan pengucilan tidak dapat diatasi dengan baik.
6. Masalah
Motivasional
Anak
dengan kesulitan belajar terlihat membiarkan segala sesuatu terjadi tanpa
berusaha mengontrolnya. Mereka percaya bahwa hidup mereka dikontrol oleh
faktor-faktor eksternal seperti keberuntungan atau takdir, daripada faktor
internal, seperti keinginan yang kuat atau kemampuan diri. Orang seperti ini
biasanya menampilkan learned helplessness,
yaitu kecendrungan menyerah dan mengharapkan hal yang buruk karena beranggapan
bahwa sekeras apapun mereka berusaha, mereka akan gagal (Seligman, 1992 dalam
Hallahan & Kauffman, 2006).
Beberapa
karakteristik tambahan dari anak dengan kesulitan belajar (Harwell, 1982;
Vallet dalam Johnson & Monasky, 1980)antara lain :
1. Hambatan
dalam orientasi ruang arah /spatial
2. Hambatan
dalam perkembangan bahasa
3. Hambatan
dalam pembentukan konsep
4. Masalah
perilaku
5. Memiliki
sejarah kegagalan akademik berulang kali
6. Hambatan
fisik maupun lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar
7. Kecemasan
yang samar-samar
8. Perilaku
yang berubah-ubah dan tidak dapat diubah
9. Penilaian
(label) yang keliru karena data tidak lengkap
10. Pendidikan
yang tidak memadai dengan kebutuhan anak
ETIOLOGI
Sejarah dari penyebab kesulitan belajar dibagi
dalam 4 fase, yaitu :
1.
Fase
dasar
Fase ini
terjadi pada masa 1800-1930. Hal ini merupakan era awal penelitian pada otak
dan kerusakannya.
2.
Fase
Transisi
Fase ini
mulai masa 1930-1960. Pada fase ini peneliti secara klinis mengamati anak-anak
yang mempunyai permasalahan dalam belajar. Psikolog dan pendidik mengembangkan
alat-alat untuk pengukuran dan remedial. Kemajuan pada fase ini ditandai dengan
ditemukan sebutan-sebutan brain injured child (anak dengan luka otak) yang diperkenalkan oleh Alfred
Strauss.
3.
Fase
Integrasi
Pada
masa antara 1960-1980. Pada masa ini tampak implementasi yang pesat dari
program-program kesulitan belajar di sekolah-sekolah.
4.
Fase Contempory
Mulai
setelah abad 1980. Pada masa ini diperkenalkan antara lain tentang rentang
usia, rentang kesulitan dari sedang kebarat (mild-severe).
Menurut
HIRSCH (1970), penyebab kesukaran belajar dibagi dalam 8 kemungkinan kategori,
yaitu :
1.
Minimal Brain Dysfunction atau Disfungsi Minimal Otak
2.
Mixed Dominance / Mixed Laterately, tidak adanya dominasi lateralitas
3.
Traditional Visual Anomalities, adanya penyimpangan visual
4.
Developmental Abnormalities, adanya perkembangan yang tidak normal
5.
Intellectual Deprivation, deprivasi dalam proses berpikir.
6.
Psychological Disorders, penyimpangan psikologi
7.
Genetic Causation, adanya penyebab yang bersifat genetic
8.
Teaching
Methodology, pengaruh / kesalahan dalam cara mengajar (dalam Suran & Rizzo,
1979)
Secara umum faktor penyebab kesulitan belajar
dapat disimpulkan disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dari individu.
·
Faktor
Internal :
- faktor
konstitusi tubuh/fisik
- faktor Psikologik
·
Faktor
Eksternal :
- faktor
alamiah
- faktor sosial
IDENTIFIKASI
Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat
tentang kesulitan belajar, seorang siswa, perlu dilakukan “diagnosa” dan
asesmen yang dapat memahami masalah-masalah yang dihadapi siswa dan bagaimana
menolong siswa tersebut dalam menghadapi masalah belajar. Pada tahun 1970-an,
prosedur identifikasi yang digunakan oleh sebagian besar negara adalah dengan
melihat perbedaan skor siswa pada tes inteligensi dan tes prestasi. Namun, cara
ini menimbulkan banyak kritik dan diprediksi akan mengalami kegagalan. Oleh karena
itu, muncul sebuah alternatif yang disebut dengan pendekatan response to interventation (RTI), yang
lebih meyakinkan bahwa rendahnya prestasi siswa bukan sekedar disebabkan oleh intruksi
yang tidak efektif. Namun demikian, belum banyak studi yang yang meneliti
mengenai efektivitas dan keberhasilan RTI ini (Hallahan & Kauffman, 2006).
Maka, dikembangkan beberapa cara untuk melakukan diagnosis dan identifikasi
awal pada anak yang mengalami kesulitan belajar, salah satunya dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mencatat
anak-anak dengan berbagai indikasi, antara lain :
-
Tugas/kegiatan
akademisnya sering tidak selesai
-
Kualitas
pekerjaannya buruk (dibandingkan dengan
teman sekelasnya)
-
Tidak ada
motivasi belajar, sering absen di sekolah
2. Melakukan
pengamatan sistematik terhadap masing-masing anak
3. Menggunakan
alat/instrument seleksi(Screening test)
4. Testing
Psikometrik,meliputi :
-
Asesmen
potensi intelektual
-
Asesmen
hasil belajar / prestasi akademik
-
Asesmen
berbagai modalitas belajar.
Data
atau informasi tentang kesulitan belajar dapat juga diperoleh melalui lima cara
:
1. Case
history-melalui
informasi
2. Observasi
3. Informal
testing
4. Formal
standard test
Dalam
pelaksanaan diatas tidak terpisahkan tetapi saling menyempurnakan. Dibawah ini
akan diperkenalkan beberapa bentuk kesulitan belajar persepsi, yang dapat
digunakan pula untuk membuat tes informal dalam usaha mengenali adanya hambatan
dalam persepsi visual seorang anak.
1. Diskriminasi
Visual
Dapat
berbentuk kurang dapat melihat :
a) Ada
perbedaan bentuk yang kiri dan kanan, (mempertukarkan), misalnya :b-d; p-q;
e-3; s-z; y-j; 5-3
b) Atas dan
bawah (membalikkan), mislnya : n-u; m-w; 6-9; 7-F
c) Urutan/sekuens;
misalnya: 413-431; iba-aib; on-no; ibu-biu; bibi-ibib
d) Kekacauan
dalam huruf ; misalnya : h-n; r-n; p-t
e) Adanya
rincian
f) Adanya
“Gestalt”/kelengkapan
g) Bila
sedang membaca, anak menghilangkan kata, atau menukar kata; misalnya: taman
mini menjadi paman tini; membeli kelapa menjadi beli kepala.
2. Bentuk
dan Latar (Figure & Ground)
Adalah
kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatian terhadap terhadap stimulus yang
diberi, sementara stimulus lain juga ada. Gejala-gejala yang ditunjukkan berupa
hambatan dalam :
a. Memusatkan
pada detail,
b. Memisahkan
bagian pokok dan latar belakang,
c. Adanya
gerak (sulit untuk menelusuri garis)
d. Melihat
gambar dan tidak dapat menangkap tema sentralnya karena perhatiannya tertuju
pada detil-detil kecil yang lain.
e. Mengingat
apa yang sedang dibacanya karena perhatiannya teralih pada kata-kata atau
angka-angka yang ada dihalaman tersebut.
f. Membuat
replika atau contoh,
g. Menentukan
benda tertentu diantara beberapa benda
yang lain.
h. Menangkap
bola, karena adanya objek lain dalam penglihatan sehingga perhatian teralih
dari datangnya bola
3. Asosiasi
Visual dan Closure
Yang
membuat berbentuk :
a) Tidak
dapat menambahkan huruf yang hilang walaupun akan dibaca dengan mudah kalau
melihatnya secara lengkap. Misalnya : kaki, dibaca secara betul; tangan, dan
sebagainya.
b) Ada yang
dapat bercerita secara verbal, tapi tidak dapat menuliskannya, walaupun tahu
bagaimana mengeja kata-katanya.
c) Anak
mengalami kesulitan dalam memanipulasi simbol-simbol matematika (berhitung)
seperti : +, -, :, x
4. Ingatan
Visual
Baik
jangka pendek, maupun jangka panjang, berupa ketidakmampuan untuk :
a) Menceritakan
kembali apa yang dilihat pada gambar, apa yang baru saja dibaca atau apa yang
baru saja dilihat diTV/film.
b) Menceritakan
urutan gambar, ejaan, dari kata
c) Mengingat
kembali posisi, letak atau arah
d) Mengingat
stimulus visual, warna, bentuk terutama bila terjadi perubahan ukuran, detil,
posisi, dan lain-lain.
5. Visual Constance
a. Mengalami
kesulitan melihat gambar berdimensi.
b. Mengalami
kesulitan menggabungkan yang abstrak dengan pengalaman yang konkrit di
lingkungan sehari-hari.
c. Mengalami
kesulitan memahami bahwa benda nampak kecil bila jaraknya semakin jauh dari
pengamatan visual.
Mengalami proses belajar tingkat konseptual,
perlu dipertimbangkan materi/bahan yang telah dipelajari, usia dan tingkat
pemahaman anak secara umum.
DAMPAK
a. Segi
Psikologik
Masalah-masalah
yang seringkali muncul, seperti diuraikan sebelumnya adalah masalah-masalah
penggunaan bahasa lisan/tertulis, masalah-masalah dalam mendengarkan, berpikir,
membaca, mengeja, matematik, penekanan pada reaksi.
Masalah-masalah
yang berkaitan dengan ketidakmampuan memahami dan mengungkapkan (bahasa
reseptif & ekspresif) sering dijumpai pada anak-anak dengan kesulitan
belajar ini baik secara tersendiri maupun kombinasi keduanya.
Sedangkan
masalah motorik dihubungkan dengan kondisi seperti koordinasi motorik yang
buruk, gerakan ceroboh. Hal seperti ini (kerusakan otak) yang mempengaruhi
berbagai fungsi belajarnya.
b. Segi
Sosial Emosional
Hal yang paling sering dikemukakan tentang anak
belajar adalah ketidakstabilan emosi dan impulsivitas. Emosi yang labil di
tandai dengan seringnya terjadi perubahan-perubahan yang menyolok dalam suasana
hati dan temperamen. Impulsivitas menunjukkan kurang dapat dikontrolnya
impuls-impuls. Pada beberapa anak ada kemungkinan untuk tiba-tiba menyerang
orang lain atau benda-benda tanpa ada provokasi sebelumnya atau tiba-tiba
berdiam diri pada waktu yang sepantasnya. Tokoh lainnya memasukkan hiperaktif
kedalam aspek sosial, meskipun tokoh lain memasukkannya dalam aspek motorik.
Anak kesulitan belajar yang mengalami masalah
tingkah laku, dapat merasakan dampak yang berjangka panjang dan merusak. Di
tahun-tahun pertama, anak-anak ini seringkali ditolak oleh teman-teman mereka
dan memiliki konsep diri yang lemah. Pada masa dewasa, luka akibat penolakan di
tahun-tahun sebelumnya dapat melukai dan tidak mudah disembuhkan.
Kemungkinan penyebab masalah-masalah sosial
bagi sebagian siswa denagn kesulitan belajar adalah defisit dalam kognisi
sosial. Mereka salah membaca tanda-tanda sosial dan salah menginterprestasi
perasaan atau emosi dari orang lain. Mereka juga memiliki kesulitan menlihat
dari sudut pandang orang lain. Mereka juga memiliki kesulitan melihat dari
sudut pandang orang lain. Para peneliti mencatat bahwa masalah interaksi sosial
cendrung terjadi pada anak-anak yang memiliki masalah dalam matematika, tugas
visual-spasial, tugas taktual, serta regulasi diri dan organisasi (Rouke, 1995;
Worling,Humphries, & Tannock, 1999 dalam Hallahan & Kauffman, 2006).
Individu menunjukkan tingkahlaku tersebut memiliki nonverbal learning disabilities ini memilik depresi, bahkan
resiko bunuh diri (Bende, Rosenkrans, & Crane, 1999 dalam Hallahan &
Kauffman, 2006).
c. Segi
Pendidikan
Penelitian
menyebutkan bahwa siswa dengan kesulitan belajar tidak percaya pada kemampuan
dirnya sendiri, tidak memiliki kemampuan untuk menentukan strategi apa yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dan memiliki masalah dalam menghasilkan
strategi belajar secara spontan. Sesuai dengan kesulitan belajar juga memilki
kesulitan bekerja sendiri serta bermasalah dalam pekerjaaan.
Anak-anak yang mengalami masalah kesulitan
belajar dimasa prasekolah disebut high risk. Sedangkan kesulitan belajar
yang dialami anak remaja ataupun sekolah lanjutan disebabkan adanya masalah
perkembangan selama masa pubertas, kegagalan akademik yang berulang-ulang serta
tuntutan kurikulum sekolah yang dapat menyebabkan seorang anak tidak mampu
mengikuti pendidikan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar