KOMUNIKASI DALAM KONSELING
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
1.
Secara Etimotogi
Komunikasi berasal dari bahasa latin “comon”, atau “communication” yang
berarti pemberitahuan atau pertukaran. Komunikasi juga bersumber dari kata “communis” yang artinya sama atau kata sama
makna. Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang yang terlibat terdapat
kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
2.
Secara Terminologi
Pengertian komunikasi adalah sebuah proses pengiriman
dan penerimaan informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan baik
secara verbal maupun nonverbal.
B. MACAM-MACAM KOMUNIKASI
1.
Komunikasi Intrapersonal (Intim)
Komunikasi intrapersonal (intim)
merupakan penyampaian pesan seseorang kepada dirinya sendiri. Misalnya:
berbicara dalam hati seblum bertanya pada forum diskusi,atau berbicara dalam
hati menyesali keputusan yang telah diambil.
2.
Komunikasi Interpersonal
Arni Muhammad (2005:159) menyatakan
bahwa“komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang
yang dapat langsung diketahui balikannya”. Mulyana(2000: 73)menyatakanbahwa
“komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti
suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya”.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal merupakan penyampaian pesan dari seseorang kepada
orang lain, bersifat dua arah, secara vebal atau non verbal. Misalnya : antara konselor
dan kliennya.
3.
Komunikasi Massa
Menurut Tan dan Wright, (dalam
Liliweri, 1991), Komunikasi Massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan
saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara
massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat
heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Sedangkan Bittner menjelaskan
pengertian komunikasi massa sebagai pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang.
Jadi
dapat dipahami bahwa komunikasi massa adalah penyampaian pesan dari seseorang
kepada sekelompok besar orang, biasanya sebagian besar masyarakat. Misalnya :
Pidato kampanye atau khotbah
. Elizabeth Noelle Neuman (dalam Rakhmat, 1983 : 92 ) menyebutkan empat tanda
pokok dalam komunikasi massa yaitu :
a. Komunikasi massa bersifat tidak langsung.
b. komunikasi massa bersifat satu arah.
c. Komunikasi massa bersifat terbuka.
d. Memiliki publik yang secara geografis tersebar.
Rodman
(2006:8) dalam bukunya Mass Media In A Changing World menyebutkan perbedaan
komunikasi massa dengan jenis komunikasi lain yakni:
a. Proses umpan balik berjalan lamban dan interaksi antara
komunikator dan komunikan dibatasi.
b. Komunikasi massa memiliki efek yang besar dan meluas.
c. Proses encoding dan decoding melalui beberapa tahapan
(multistages) dengan kemungkinan gangguan semantik, alam dan mekanis.
d. Pesan yang disampaikan bersifat publik, mahal dan mudah
terputus.
e. Komunikan memiliki jumlah yang besar dan dapat memilih pesan
mana yang ingin ia akses.
Dari
uraian-uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik komunikasi
massa adalah sebagai berikut :
a.
Sumber atau komunikator dari
komunikasi massa merupakan sebuah organisasi terlembaga yang menentukan pesan
apa saja yang akan disebarkan.
b.
Pesan bersifat terbuka karena
semua orang mendapat isi pesan yang sama, mahal karena melibatkan beberapa
tahapan encoding dan decoding serta diperlukannya teknologi untuk memproduksi
dan menyebarkan pesan, serta dapat dipotong dengan gampang.
c.
Komunikan tidak memiliki identitas
(anonim), banyak, tersebar dan heterogen sehingga terpaan pesan dapat
diapresiasi berbeda oleh masing-masing individu.
d.
Proses umpan balik berjalan lambat
dan sulit mendapatkan respons dari komunikator.
C. KOMUNIKASI NONVERBAL
DALAM KONSELING
Komunikasi terjadi dalam dua bentuk, yaitu verbal dan
nonverbal. Komunikasi verbal adalah adalah komunikasi yang bersifat lebih
efisien yang memberikan kesempatan berpindahnya informasi secara kompleks.
Contonya berkata-kata, menulis. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah bentuk
komunikasi yang tidak bersifat efisien yang berupa sikap badan, ekspresi wajah,
nada suara, gerak-gerak isyarat.
Gazda et al (1977) yang dikutip oleh George dan
Cristiani (1981) membagi komunikasi nonverbal dalam empat kategori, yakni:
1.
Prilaku Komunikasi Nonverbal
Dengan Mempergunakan Waktu
Merupakan sikap seseorang dalam mempergunakan waktu,
apakah tepat atau terlambat berhubungan dengan kehadiran seseorang atau sebagai
reaksi dari cara berkomunikasinya. Demikian pula cara seseorang dalam
mempergunakan sejumlah waktu untuk berkomunikasi dengan orang lain menunjukan
ada arti tersendiri dibelakangnya.
2.
Prilaku komunikasi nonverbal
dengan mempergunakan badan
Hal ini dilakukan dengan :
a.
Kontak melalui mata
b.
Mata
c.
Kulit
d.
Ekspresi muka
e.
Gerakan pada tangan dan lengan
f.
Postur
g.
Melukai atau memprlihatkan anggota
badan
h.
Gerakan yang diulang-ulang
i.
Sentuhan
j.
Tanda-tanda
3.
Prilaku Komunikasi Nonverbal
Dengan Nada Suara
Dilihat dari :
a.
Tekanan pada suara
b.
Kecepatan dalam ucapan
c.
Kekuatan suara
d.
Cara mengucapkan kata
4.
Prilaku Komunikasi Nonverbal
Dengan Mempergunakan Lingkungan
a.
Menjauh kalau seseorang mendekat
atau sebaliknya
b.
Pengaturan lingkungan fisik
c.
Pakaian
d.
Posisi dalam ruangan
Dalam kegiatan konseling, perilaku nonverbal
yang diperlihatkan klien penting sekali diperhatikan. Acap kali hal ini bisa
menjadi petunjuk penting, menjadi bahan informasi untuk proses wawancara atau
konseling lebih lanjut.
Johnson (1972) mengidentifikasi ciri-ciri nonverbal sebagai sarana
komunikasi yaitu:
1.
Nada suara lemah lembut berarti
ada kehangatan dan begitu juga sebaliknya.
2.
Senyuman dan menaruh perhatian
sebagai tanda adanya sikap hangat
3.
Anggukan kepala/badan, relaks
seabagai tanda kehangatan.
4.
Tatapan mata secara langsung
sebagai tanda adanya kehangatan dan sebaliknya adalah mengelak bertatapan
muka.
5.
Sentuhan halus adalah tanda
adanya sikap hangat dan sebaliknya.
6.
Gerakan tubuh dengan aba-aba
terbuka dan menyambut mengandung arti senang.
7.
Gerakan yang mempersempit
jarak yang juga menandakan kehangatan
Menurut egan (1975), faktor-faktor “attending behaviour” adalah:
a.
Kontak mata. Kontak mata dengan
klien harus sewajarnya dan dipertahankan dengan baik.
b.
Sikap tubuh terbuka. Menunjukan
ada perhatian dan melibatkan diri dalam percakapan dan masalah klien.
c.
Menghadapi klien dengan tulus
hati.
d.
Sedikit membungkukan badan kedepan
yang juga sebagai tanda keterlibatan dalam masalah klien.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG
BERPENGARUH DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Jalaluddin Rakhmat (2007), meyakini bahwa komunikasi
interpersonal dipengaruhi oleh:
1. Persepsi Interpersonal.
Persepsi merupakan keadaan dimana
manusia dapat memberi penilaian terhadap suatu objek dan peristiwa yang sedang
dihadapi. Oleh sebab itu faktor situasional akan berpengaruh besar terhadap
proses terbentuknya persepsi. Dalam situasi yang menyenangkan akan menimbulkan
persepsi yang menyenangkan, begitu pula sebaliknya, jika berada pada situasi
yang salah maka akan terbentuk persepsi yang salah pula, serta akan menjadi
penghambat dalam proses komunikasi yang terjadi.
2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang
diri sendiri. Konsep diri yang positif ditandai oleh lima hal, yaitu:
a.
Yakin akan kemampuan mengatasi
masalahnya.
b.
Merasa setara dengan orang lain.
c.
Menerima pujian tanpa rasa malu.
d.
Menyadari bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya
disetujui oleh masyarakat.
e.
Mampu memperbaiki dirinya
sendirikarena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak
disenangi dan berusaha mengubahnya.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentu dalam
komunikasi interpersonal, karena alasan-alasan berikut:
a.
Setiap orang bertingkahlaku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya:
jika seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, maka ia
akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan dengan baik,
mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai
akademis yang baik.
b.
Membuka diri: pengetahuan tentang
diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi
dengan orang lain dapat meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan
membuka diri sesuai dengan pengalaman, kita akan lebih terbuka untuk menerima
pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
c.
Percaya diri: ketakutan untuk
melaukan komunikasi dikenal sebagai communication
apprehension. Orang yang apprehensive dalam komunikasi disebabklan oleh
kurangnya rasa percaya diri. Sehingga perlunya menumbuhkan percaya diri yang
sehat.
d.
Selektivitas: konsep diri
mempengaruhi perilaku komunikasi, karena konsep diri mempengaruhi pesan apakah
kita bersedia membuka diri (terapan selektif), bagaimana kita mempersepsikan
pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif).
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi
interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif, dan daya darik
seseorang. Komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh atraksi interpersonal
dalam hal:
a.
Penafsiran pesan dan penilaian:
pendapat kita terhadap orang lain, tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan
rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi
seseorang, kita cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengannya secara
positif, sebaliknya jika kita membecinya, kita cenderung melihat
karakteristiknya secara negatif.
b.
Efektifitas komunikasi: komunikasi
interpersonal dinyatakan efektif jika pertemuan komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi komunikan. Jika kita berkumpul dalam satu kelompok yang
memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka, jika kita
berkumpul dengan orang yang kita benci, maka kita akan tegang, resah, dan tidak
enak sehingga kita menutup diri dan menghindari komunikasi.
4. Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang
lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbuakaan
orang untuk mengungkapkan dirinya. Makin cermat persepsinya tentang orang lain
dan persepsinya tentang orang lain, dan persepsi dirinya, sehingga makin
efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi.
E. KOMPONEN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
Dari pengertian komunikasi interpersonal yang telah
diuraikan diatas, dapat diidentifikasikan beberapa komponen yang harus ada
dalam komunikasi interpersonal. Menurut Suranto A.W (2011:9), komponen-komponen
komunikasi interpersonal adalah:
1. Sumber/Komunikator
Merupakan orang yang
mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yaitu keinginan untuk membagi keadaan
internal diri sendiri, baik bersifat emosional maupun informasional dengan
orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan
sosial sampai pada keinginan mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain.
Dalam konteks komunikasi interpersonal, komunikator adalah individu yang
menciptakan, memformulasikan dan menyampaikan pesan.
2. Encoding
Encoding adalah
suatu aktivitas internal pada komunikator dalam menciptakan pesan melalui
pemilihan symbol-simbol verbal dan nonverbal, yang bersumber berdasarkan
aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan.
3. Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat
symbol-simbol baik verbal maupun nonverbal atau gabungan keduanya, yang
mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam
aktivitas komunikasi pesan merupakan unsur-unsur yang sangat penting. Pesan
itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasikan oleh
komunikan.
4. Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber
kepenerimaan atau yang menghubungkan orang-ke oranglain secara umum. Dalam
konteks komunikasi interpersonal, pengguanaan saluran atau media semata-mata
karena situasi dan kondisi tidak mungkin dilakukan komunikasi secara tatap
muka.
5. Penerimaa/Komunikan
Adalah seorang yang menerima, memahami, dan
menginterpretasi pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima
bersifat aktif, selain menerima pesan juga melakukan proses interpretasi dalam
memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah seorang
komunikator akan dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah dilakukan,
apakah makna pesan dapat dipahami secara bersama oleh kedua belah pihak yakni
komunikator dan komunikan.
6. Decoding
Merupakan kegiatan internal dalam diri penerima.
Melalui indera penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”,
berupa kata-kata dan symbol yang harus diubah ke dalam pengalaman-pengalaman
yang mengandung makna. Secara bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu
proses dimana indera menangkap stimuli.
7. Respon
Adalah apa yang telah diputuskan oleh penerima untul
dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat
positif, netral, maupun negative. Respon positif terjadi apabila sesuai dengan
yang dikehendaki komunikator. Respon nentral merupakanrespon yang tidak
menerima, maupun menolak keinginan komunikator. Dan respon negatif, terjadi
apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh
kumnikator.
8. Gangguan (Noise/Barier)
Gangguan/noise dapat terjadi di dalam
komponen-komponen maupun dari system komunikasi. Noise merupakan apa saja yang
mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang
bersifat fisik dan psikis.
9. Konteks Komunikasi
Konteks komunikasi terjadi di dalam suatu konteks
tertentu, paling tidak tiga dimensi yaitu: ruang, waktu, dan nilai. Konteks
ruangan menunjuk pada lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya
komunikasi, seperti ruangan halaman, dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada
waktu kapan kumunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang sore,
malam. Konteks nilai meliputi nilai sosial dan budaya yang mempengaruhi suasana
komunikasi seperti: adat istiadat, situasi rumah, norma pergaulan, etika,
tatakrama, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar