Terapi Abnormalitas
A. Problem
Kesehatan Mental
Dahulu anggapan orang Cina, Mesir,
maupun Yahudi kuno mengenai seseorang yang mengalami gangguan jiwa adalah karna
dikuasai oleh roh jahat yang dapat disembuhkan dengan do’a, mantra, sihir dan
penggunaan obat-obat alami tertentu. Tapi
terkadang cara yang dilakukan sangat ekstrim yaitu dengan cara mencabuk,
membiarkannya lapar, atau melemparinya dengan batu sampai penderita meninggal
dunia.
Kemajuan pemikiran dalam upaya
menyembuhkan penderita gangguan jiwa adalah ketika Hippocrates, seorang dokter
Yunani menolak adanya roh jahat. Ia berpendapat bahwa gangguan terjadi karna
adanya kekecauan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh penderita. Hippocrates
dan beberapa pengikutnya (para dokter dari Yunani dan Romawi) mengajukan cara
penyembuhan yang lebih manusiawi. Mereka lebih mementingkan lingkungan yang
menyenangkan, olahraga, aturan makan yang teratur, pijat/mandi yang menyejukan
di samping beberapa pengobatan yang kurang menyenangkan seperti: mengeluarkan
darah , penggunaan obat pencahar dan pengekangan mekanis
Para penderita gangguan jiwa dianggap
berada dalam kelompok setan yang memiliki kekuatan gaib untuk dapat menimbulkan
bencana dan kecelakaan bagi orang lain. Mereka diperlakukan secara kejam ,
karna ada keyakinan bahwa dengan memukul, membuatnya lapar dan menyiksa. Setan
yang merasuk didalamnya yang akan menderita . kekejaman ini memucak pada abad
ke 15, 16, dan 17, karna pada saat itu sedang berlangsung pengabdian ilmu
sihir yang akhirya menghukum mati ribuan
penderita.
Pada abad pertengahan, banyak rumah
sakit didirikan untuk menanggulangi para penderita penyakit jiwa. Rumah sakit
bukan merupakan pusat perawatan dan penyembuhan, melainkan merupakan semacam
penjara dimana para penghuninya dirantai didalam sel yang gelap dan kotor serta
diperlakukan secara tidak manusiawi.
Pinel justru menunjukkan hasil yang
lebih baik, ketika akhirnya dilepas dari kekangan nya, lalu ditempatkan
ditempat yang bersih dan bercahaya, diperlakukan dengan baik, banyak penderita
yang dulu dianggap tidak dapat disembuhkan memperlihatkan kemajuan yang pesat
sehingga akhirnya diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit jiwa.
Pada awal abad 20, dicapai kemajuan
besar dalam kemajuan besar dalam bidang obat-obatan dan psikologi, gangguan
fisik yang terkenal adalah General Paresis dengan ditandai dengan adanya
penurunan fungsi mental dan fisik seseorang secara lambat , perubahan
kepribadian serta adanya delusi dan halusinasi.
Penerimaan general paresis tersebut
meyakinkan para ahli bahwa penyakit jiwa berpangkal pada gangguan biologis. Sigmud frued dan para
pengikutnya meletakan dasar pemahaman penyakit jiwa sebagai gangguan yang
berkaitan dengan factor psikologis, sementara Ivan Pavlov telah berhasil
menunjukkan bahwa binatang dapat terganggu secara emosional bila dipaksa
mengambil keputusan diluar kemampuan mereka.
B. Macam-macam
Terapi
1. Terapi Medis
a)
Penggunaan
obat-obatan
Terapi obat-obatan merupakan terapi
yang paling efektif diantara terapi medis yang lain, terutama dalam mengubah
suasana hati dn perilaku, seperti obat penawar, obat penenang, Stimulan,
Halusinogen.
Obat penenang berfungsi sebagai obat
anti kecemasan dan anti psikosis dan beberapa dan jenis stimulant sebagai anti
depresi.
Terapi obat-obatan pada mulanya
ditemukan pada tahun 1950 an dan sangat berguna bagi penderita gangguan jiwa.
b)
Electroconvulsive
Therapy (ECT)
Adalah suatu terapi berupa aliran
listrik ringan yang dialirkan ke dalam otak untuk menghasilkan suatu serangan
yang serupa dengan serangan epilepsy. Terapi ini kemudian dikenal dengan terapi
electroshock. ECT sangat berguna sebelum obat-obatan mengenai depresi
muncul.
Pada awal populernya ECT penggunaannya
tidak pandang bulu untuk mengobati berbagai gangguan perilaku seperti alkoholisme
dan skizofrenia. Hasilnya pun dipertanyakan oleh beberapa kalangan. Pada
saat ini ECT merupakan pengalaman yang menakutkan bagi penderita. penderita
sering kali tidak bangun untuk beberapa waktu yang lama setelah aliran listrik
dialirkan kedalam tubuhnya, mengalami ketidaksadaraan sementara serta sering
juga menderita keracuan pikiran dn kehilangan ingatan setelah itu. Adakalanya
oto menyertai serangan otak yang menyebabkan terjadinya cacat fisik pada
penderita. Penderita sering kali tidak bangun untuk beberapa waktu yang lama
setelah aliran listrik dialirkan kedalam tubuhnya, mengalami ketidaksadaran sementara,
serta seringkali juga menderita keracuan pikiran dan kehilangan ingatan setelah
itu. Adakalanya kekejangan otot akan menyertai serangan otak yang menyebabkan
terjadinya cacat fisik pada penderita.
Pasien pada mulanya diberi obat bius
ringan dan kemudian disuntik dengan penenang otot. Aliran listrik sangat lemah
dialirkan ke otak melalui 2 pelipis atau pelipis yang mengandung otak dominan.
Penenangan otak berfungsi mencegah kekejangan otot tubuh dan kemungkinan
terjadinya luka. Penderita bangun beberapa menit dan tak mengingat apa-apa
tentang pengobatan yang baru saja dilakukan. Keracuan pikiran dan hilangnya ingatan
hampir tidak terjadi , karna aliran listrik hanya diberikan pada otak belahan
yang tidak dominan. Dan umumnya penderita mendapat ETC enam kali dua minggu.
c)
Bedah Syaraf
(Psychosurgery)
Pada bedah syaraf cara yang dilakukan
adalah dengan merusak area tertentu dengan memotong serabut syaraf atau dengan
penyinaran ultrasonic. Yang paling sering adalah rusaknya serabut yang
menghubungkan frontal lobe dengan system limbic atau dengan area
hiphotalamus tertentu. karna hipotalamus dan system limbic berperan penting
dalam emosi.
Terapi ini juga merupakan prosedur
yang kontrovesional, karna memiliki beberapa efek yang negative. bedah syaraf
dengan cara terdahulu ternyata memiliki efek penderita berprilaku santai dan
ceria, sehingga tidak lagi bersifat agresif dan terganggu pikiran akan bunuh
diri. Otak mereka begitu rusaknya, sehingga tidak dapat lagi berfungsi secara
efisien. Teknik bedah syaraf modern agaknya memiliki gangguan pada intelektual
penderita. Terutama jika diberikan untuk mengobati depresi berat atau rasa
sakit yang hebat. Teknik ini belum memberikan bukti untuk menyembuhkan
skizofrenia dan obsesif-komulatif.
2. Psikoterapi
Psikoterapi adalah perawatan
penyembuhan terhadap gangguan penyakit jiwa dengan cara yang lebih psikologis
daripada fisiologis maupun biologis. Istilah ini mencakup beberapa macam teknik
yang kesemuanya itu dimaksudkan untuk membantu individu yang emosinya treganggu
yang, sehingga mereka dapat mengembangkan cara yang lebih bermanfaat dalam
menghadapi orang lain. Terdapat beberapa teknik yang berbeda yang digunakan
psikoterapi. Meskipun demikian tapi teknik-teknik dalam psikoterapi kebanyakan
memiliki ciri-ciri yang sama yaitu adanya komunikasi antara klien dengan
terapi. Klien di dorong untuk mengungkapkan rasa takut, emosi, dan pengalaman-pengalaman
yang tidak menyenangkan secara bebas tanpa rasa takut dan malu dicemooh terapi.
Di lain pihak, seorang terapi harus memiliki rasa empati dan simpati serta
mencoba membantu klien mengembangkan cara yang efektif pada masalahnya.
3. Teknik Prilaku
Terapi prilaku mencakup sejumlah
metode terapi yang berbeda-beda yang kesemuanya didasarkan kepada teori-teori
belajar. Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa prilaku maladatif merupakan
cara untuk menanggulangi stress yang sudah terbiasa pada diri seseorang
sehingga beberapa teknik prilaku yang dikembangkan dalam percobaan dapat
digunakan untuk menggantikan respon maladatif tersebut dengan respon baru yang
lebih tepat. Jika terapi psikoloanalisis berkaitan dengan pemahaman konflik
masa lalu, maka terapi prilakuan lebih memusatkan pada prilaku itu sendiri.
Dua aliran utama yang menjadi dasar
pijakan dalam metode-meTode dan teknik pendekatan terapi yang didasarkan pada
teori belajar adalah pengkondisian klasik dan pengkondisian operan.
Pengkondisian klasik dan pengondisian respon dari Ivan Palvov, pada dasarnya
melibatkan stimulus tak berkondisi (UCS) yang secara otomotis membangkitkan
respon berkondisi (CR), yang sama dengan
respon tak berkondisi (UCR) apabila diasosiasikan dengan stimulus berkondisi (CS),
sehingga lambat laun CS mengarahkan kemunculan CR.
Pengkondisian operan melibatkan pemberi ganjaran kepada
individu atas pemunculan tingkah lakunya yang diharapakan pada saat tingkah
laku itu muncul. Pengkondisian ini disebut juga pengkondisian instrumental.
Karna memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental dapat dimunculkan oleh
organisme yang aktif sebelum perkuatan diberikan oleh tingkah laku tersebut.
Desensitisasi Sistematis
Adalah salah satu teknik yang
digunakan untuk menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negative sehingga memunculkan tingkah
laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan
tersebut. Teknik ini mengarahkan agar klien dilatih untuk menampilkan suatu
respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialaminya.
Wolpe seorang ahli yang pertama kali
mengembangkan teknik desensitisasi sistematis, mengajukan argument bahwa setiap
tingkah laku neurotic adalah ungkapan dari kecemasan tersebut menurutnya dapat
dihilangkan. Dengan respon-respon secara inheren berlawanan dengan respon
tersebut. Dengan menggunkana pengkondisian klasik, maka kekuatan stimulus yang
menyebabkan kecemasan dapat dilemahkan dan gejela kecemasan dapat dikendalikan
dan dihapuskan melalui penggantian stimulus.
Bagian dari desentisasi sistematis adalah :
1.
Relaksasi adalah
suatu prosedur pelatihan bagi individu untuk melemaskan otot-otot. Melalui
relaksasi ini individu mengkerutkan dan mengendalikan otot-otot, misalnya otot
leher, waah, otot tubuh, pergelangan kaki dan kaki. Individu dapat belajar
bagaimana rasanya rilek dan dapat membedakan tingkatan tegang.
2.
Hirarki kecemasan
adalah sejumlah situasi atau stimulus yang menyebabkan orang mengalami
kecemasan. Keseluruhan situasi ini disusun mulai dari tidak membuat merasakn
kecemasan menjadi sampai mengalami ketakutan. Misalnya seorang gadis yang takut
akan kecoa. Diberi terapi dengan menceritakan kecoa yang ringan sampai dengan
yang berat.
3.
Prosedur
desensitisasi sistematis. Individu mengalami fobia belajar untuk rileks
dari hirarki kecemasan yang telah disusun, maka desentisasi dimulai. Penderita
duduk dikursi yang nyaman dengan terapis menguraikan situasi yag tidak
membuatnya cemas. Jika dia membayangkan pada dirinya berada pada situasi
tersebut tanpa adanya ketegangan otot yang meningkat. Jika penderita mengalami
kecemasan maka dia dikonsentrasikan pada situasi yang rileks., sehingga dapat
melakukan beberapa kali kecemasan penderita dapat di netralkan.
4.
Pelatif asertif.
Beberapa orang mengalami berbagai macam situasi social dan tidak tau bagaimana
berbicara terus terang jika orang lain berusaha memanfaatkan mereka. Misalnya
direktur anda mengkritik secara tidak benar. Cara yang dilakukan dalah dengan
memberi latihan respon yang cerdas, sehingga seorang klien tidak hanya
mengurangi rasa kecemasan akan tetapi juga mengembangkan teknik penanggulangan
yang efektif. Latihan asertif diberikan secara bertahap, dimulai dengan latihan
pemainan peran dengan terapis sampai dengan menghadapi situasi kehidupan yang
benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar