Selasa, 14 Oktober 2014

Terapi Abnormalitas


Terapi  Abnormalitas
A.    Problem Kesehatan Mental
Dahulu anggapan orang Cina, Mesir, maupun Yahudi kuno mengenai seseorang yang mengalami gangguan jiwa adalah karna dikuasai oleh roh jahat yang dapat disembuhkan dengan do’a, mantra, sihir dan penggunaan obat-obat alami tertentu. Tapi  terkadang cara yang dilakukan sangat ekstrim yaitu dengan cara mencabuk, membiarkannya lapar, atau melemparinya dengan batu sampai penderita meninggal dunia.
Kemajuan pemikiran dalam upaya menyembuhkan penderita gangguan jiwa adalah ketika Hippocrates, seorang dokter Yunani menolak adanya roh jahat. Ia berpendapat bahwa gangguan terjadi karna adanya kekecauan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh penderita. Hippocrates dan beberapa pengikutnya (para dokter dari Yunani dan Romawi) mengajukan cara penyembuhan yang lebih manusiawi. Mereka lebih mementingkan lingkungan yang menyenangkan, olahraga, aturan makan yang teratur, pijat/mandi yang menyejukan di samping beberapa pengobatan yang kurang menyenangkan seperti: mengeluarkan darah , penggunaan obat pencahar dan pengekangan mekanis
Para penderita gangguan jiwa dianggap berada dalam kelompok setan yang memiliki kekuatan gaib untuk dapat menimbulkan bencana dan kecelakaan bagi orang lain. Mereka diperlakukan secara kejam , karna ada keyakinan bahwa dengan memukul, membuatnya lapar dan menyiksa. Setan yang merasuk didalamnya yang akan menderita . kekejaman ini memucak pada abad ke 15, 16, dan 17, karna pada saat itu sedang berlangsung pengabdian ilmu sihir  yang akhirya menghukum mati ribuan penderita.
Pada abad pertengahan, banyak rumah sakit didirikan untuk menanggulangi para penderita penyakit jiwa. Rumah sakit bukan merupakan pusat perawatan dan penyembuhan, melainkan merupakan semacam penjara dimana para penghuninya dirantai didalam sel yang gelap dan kotor serta diperlakukan secara tidak manusiawi.
Pinel justru menunjukkan hasil yang lebih baik, ketika akhirnya dilepas dari kekangan nya, lalu ditempatkan ditempat yang bersih dan bercahaya, diperlakukan dengan baik, banyak penderita yang dulu dianggap tidak dapat disembuhkan memperlihatkan kemajuan yang pesat sehingga akhirnya diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit jiwa.
Pada awal abad 20, dicapai kemajuan besar dalam kemajuan besar dalam bidang obat-obatan dan psikologi, gangguan fisik yang terkenal adalah General Paresis dengan ditandai dengan adanya penurunan fungsi mental dan fisik seseorang secara lambat , perubahan kepribadian serta adanya delusi dan halusinasi.
Penerimaan general paresis tersebut meyakinkan para ahli bahwa penyakit jiwa berpangkal  pada gangguan biologis. Sigmud frued dan para pengikutnya meletakan dasar pemahaman penyakit jiwa sebagai gangguan yang berkaitan dengan factor psikologis, sementara Ivan Pavlov telah berhasil menunjukkan bahwa binatang dapat terganggu secara emosional bila dipaksa mengambil keputusan diluar kemampuan mereka.
B.    Macam-macam Terapi

1.     Terapi Medis

a)      Penggunaan obat-obatan
Terapi obat-obatan merupakan terapi yang paling efektif diantara terapi medis yang lain, terutama dalam mengubah suasana hati dn perilaku, seperti obat penawar, obat penenang, Stimulan, Halusinogen.
Obat penenang berfungsi sebagai obat anti kecemasan dan anti psikosis dan beberapa dan jenis stimulant sebagai anti depresi.
Terapi obat-obatan pada mulanya ditemukan pada tahun 1950 an dan sangat berguna bagi penderita gangguan jiwa.
b)      Electroconvulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu terapi berupa aliran listrik ringan yang dialirkan ke dalam otak untuk menghasilkan suatu serangan yang serupa dengan serangan epilepsy. Terapi ini kemudian dikenal dengan terapi electroshock. ECT sangat berguna sebelum obat-obatan mengenai depresi muncul.
Pada awal populernya ECT penggunaannya tidak pandang bulu untuk mengobati berbagai gangguan perilaku seperti alkoholisme dan skizofrenia. Hasilnya pun dipertanyakan oleh beberapa kalangan. Pada saat ini ECT merupakan pengalaman yang menakutkan bagi penderita. penderita sering kali tidak bangun untuk beberapa waktu yang lama setelah aliran listrik dialirkan kedalam tubuhnya, mengalami ketidaksadaraan sementara serta sering juga menderita keracuan pikiran dn kehilangan ingatan setelah itu. Adakalanya oto menyertai serangan otak yang menyebabkan terjadinya cacat fisik pada penderita. Penderita sering kali tidak bangun untuk beberapa waktu yang lama setelah aliran listrik dialirkan kedalam tubuhnya, mengalami ketidaksadaran sementara, serta seringkali juga menderita keracuan pikiran dan kehilangan ingatan setelah itu. Adakalanya kekejangan otot akan menyertai serangan otak yang menyebabkan terjadinya cacat fisik pada penderita.
Pasien pada mulanya diberi obat bius ringan dan kemudian disuntik dengan penenang otot. Aliran listrik sangat lemah dialirkan ke otak melalui 2 pelipis atau pelipis yang mengandung otak dominan. Penenangan otak berfungsi mencegah kekejangan otot tubuh dan kemungkinan terjadinya luka. Penderita bangun beberapa menit dan tak mengingat apa-apa tentang pengobatan yang baru saja dilakukan. Keracuan pikiran dan hilangnya ingatan hampir tidak terjadi , karna aliran listrik hanya diberikan pada otak belahan yang tidak dominan. Dan umumnya penderita mendapat ETC enam kali dua minggu.
c)       Bedah Syaraf (Psychosurgery)
Pada bedah syaraf cara yang dilakukan adalah dengan merusak area tertentu dengan memotong serabut syaraf atau dengan penyinaran ultrasonic. Yang paling sering adalah rusaknya serabut yang menghubungkan frontal lobe dengan system limbic atau dengan area hiphotalamus tertentu. karna hipotalamus dan system limbic berperan penting dalam emosi.
Terapi ini juga merupakan prosedur yang kontrovesional, karna memiliki beberapa efek yang negative. bedah syaraf dengan cara terdahulu ternyata memiliki efek penderita berprilaku santai dan ceria, sehingga tidak lagi bersifat agresif dan terganggu pikiran akan bunuh diri. Otak mereka begitu rusaknya, sehingga tidak dapat lagi berfungsi secara efisien. Teknik bedah syaraf modern agaknya memiliki gangguan pada intelektual penderita. Terutama jika diberikan untuk mengobati depresi berat atau rasa sakit yang hebat. Teknik ini belum memberikan bukti untuk menyembuhkan skizofrenia dan obsesif-komulatif.
2.     Psikoterapi
Psikoterapi adalah perawatan penyembuhan terhadap gangguan penyakit jiwa dengan cara yang lebih psikologis daripada fisiologis maupun biologis. Istilah ini mencakup beberapa macam teknik yang kesemuanya itu dimaksudkan untuk membantu individu yang emosinya treganggu yang, sehingga mereka dapat mengembangkan cara yang lebih bermanfaat dalam menghadapi orang lain. Terdapat beberapa teknik yang berbeda yang digunakan psikoterapi. Meskipun demikian tapi teknik-teknik dalam psikoterapi kebanyakan memiliki ciri-ciri yang sama yaitu adanya komunikasi antara klien dengan terapi. Klien di dorong untuk mengungkapkan rasa takut, emosi, dan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan secara bebas tanpa rasa takut dan malu dicemooh terapi. Di lain pihak, seorang terapi harus memiliki rasa empati dan simpati serta mencoba membantu klien mengembangkan cara yang efektif pada masalahnya.
3.     Teknik Prilaku
Terapi prilaku mencakup sejumlah metode terapi yang berbeda-beda yang kesemuanya didasarkan kepada teori-teori belajar. Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa prilaku maladatif merupakan cara untuk menanggulangi stress yang sudah terbiasa pada diri seseorang sehingga beberapa teknik prilaku yang dikembangkan dalam percobaan dapat digunakan untuk menggantikan respon maladatif tersebut dengan respon baru yang lebih tepat. Jika terapi psikoloanalisis berkaitan dengan pemahaman konflik masa lalu, maka terapi prilakuan lebih memusatkan pada prilaku itu sendiri.
Dua aliran utama yang menjadi dasar pijakan dalam metode-meTode dan teknik pendekatan terapi yang didasarkan pada teori belajar adalah pengkondisian klasik dan pengkondisian operan. Pengkondisian klasik dan pengondisian respon dari Ivan Palvov, pada dasarnya melibatkan stimulus tak berkondisi (UCS) yang secara otomotis membangkitkan respon  berkondisi (CR), yang sama dengan respon tak berkondisi (UCR) apabila diasosiasikan dengan stimulus berkondisi (CS), sehingga lambat laun CS mengarahkan kemunculan CR.
Pengkondisian operan melibatkan pemberi ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya yang diharapakan pada saat tingkah laku itu muncul. Pengkondisian ini disebut juga pengkondisian instrumental. Karna memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental dapat dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum perkuatan diberikan oleh tingkah laku tersebut.
Desensitisasi Sistematis
Adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menghilangkan tingkah laku yang diperkuat  secara negative sehingga memunculkan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan tersebut. Teknik ini mengarahkan agar klien dilatih untuk menampilkan suatu respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialaminya.
Wolpe seorang ahli yang pertama kali mengembangkan teknik desensitisasi sistematis, mengajukan argument bahwa setiap tingkah laku neurotic adalah ungkapan dari kecemasan tersebut menurutnya dapat dihilangkan. Dengan respon-respon secara inheren berlawanan dengan respon tersebut. Dengan menggunkana pengkondisian klasik, maka kekuatan stimulus yang menyebabkan kecemasan dapat dilemahkan dan gejela kecemasan dapat dikendalikan dan dihapuskan melalui penggantian stimulus.
Bagian dari desentisasi sistematis adalah :
1.       Relaksasi adalah suatu prosedur pelatihan bagi individu untuk melemaskan otot-otot. Melalui relaksasi ini individu mengkerutkan dan mengendalikan otot-otot, misalnya otot leher, waah, otot tubuh, pergelangan kaki dan kaki. Individu dapat belajar bagaimana rasanya rilek dan dapat membedakan tingkatan tegang.

2.       Hirarki kecemasan adalah sejumlah situasi atau stimulus yang menyebabkan orang mengalami kecemasan. Keseluruhan situasi ini disusun mulai dari tidak membuat merasakn kecemasan menjadi sampai mengalami ketakutan. Misalnya seorang gadis yang takut akan kecoa. Diberi terapi dengan menceritakan kecoa yang ringan sampai dengan yang berat.



3.       Prosedur desensitisasi sistematis. Individu mengalami fobia belajar untuk rileks dari hirarki kecemasan yang telah disusun, maka desentisasi dimulai. Penderita duduk dikursi yang nyaman dengan terapis menguraikan situasi yag tidak membuatnya cemas. Jika dia membayangkan pada dirinya berada pada situasi tersebut tanpa adanya ketegangan otot yang meningkat. Jika penderita mengalami kecemasan maka dia dikonsentrasikan pada situasi yang rileks., sehingga dapat melakukan beberapa kali kecemasan penderita dapat di netralkan.

4.       Pelatif asertif. Beberapa orang mengalami berbagai macam situasi social dan tidak tau bagaimana berbicara terus terang jika orang lain berusaha memanfaatkan mereka. Misalnya direktur anda mengkritik secara tidak benar. Cara yang dilakukan dalah dengan memberi latihan respon yang cerdas, sehingga seorang klien tidak hanya mengurangi rasa kecemasan akan tetapi juga mengembangkan teknik penanggulangan yang efektif. Latihan asertif diberikan secara bertahap, dimulai dengan latihan pemainan peran dengan terapis sampai dengan menghadapi situasi kehidupan yang benar.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar